08XXXX : Ini gue Dion. Sorry ganggu waktu lo.
08XXXX : Adek lo jatuh dari tangga
08XXXX : Uks sekolah, dia bilang mau ditemenin sama lo
Rafa membaca deretan pesan itu dengan cepat. Tak menunggu lama, diapun lekas beranjak pergi ketika mengingat kondisi Ghata yang semalam sangat kelelahan akibat terus menerus memastikan suhu badannya yang panas. Cowok itupun lekas menatap Afra yang terdiam dengan tatapan mata yang menatapnya lekat. Senyumnya mengembang manis ketika melihat raut wajahnya yang menunjukkan sebuah ketegangan yang cukup terlihat nyata.
"Kita teman, ra, tapi ga menutup kemungkinan status teman itu akan selalu menetap selamanya." Rafa menatapnya lekat setelah memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana.
"Gue pergi dulu, Ghata butuh gue."
"Raf." Afra terlebih dahulu bersuara ketika Rafa ingin beranjak pergi. Gadis itu lekas menatap pergelangan tangan Rafa yang dia cekal tanpa kesengajaan.
"Maaf," ujarnya sedikit salah tingkah.
Rafa terkekeh kecil. Definisi jatuh cinta itu ternyata cukup rumit. Dia sendiri merasa bingung harus melakukan apa untuk menyadari perasaannya yang sepertinya telah menemukan pemilik hati tetap yang datang tanpa pernah dia sangka akan ada.
"Gue pernah bilang nyaman sama lo," suaranya sengaja Laki-laki itu jeda. Dia bingung harus mengatakan hal apa lagi untuk mendefinisikan senang yang tengah membuncah di dalam sana. "You're part of the beauty that I never get tired of defining all the time, ra."
"Do you know love? I entered the happy part that I always took for granted, ra. stay with me, forever, without anyone leaving."
Afra terdiam lama ketika sosok Laki-laki itu perlahan pergi dari hadapannya. Napasnya perlahan mengembus kasar dengan detak jantungnya yang berdetak kencang. Tidak ada yang bisa dia jawab, hanya diam yang selalu berhasil membuat Laki-laki itu ragu untuk bersuara mengenai rasa yang saat ini semesta titipkan pada hati kecilnya yang terluka.
"Jatuh cinta?"
Afra mematung lama ketika kalimat itu terdengar sedikit ambigu di indera pendengarannya. Dia menatap lorong kelas di depannya yang tidak terlalu ramai oleh semua siswa. Lalu lalang yang mampu membuat sosok Laki-laki itu berbaur hilang dengan begitu mudah, meninggalkan banyak tanya akan ungkapan yang masih meninggalkan banyak tanya. Afra menghela napas, sebisa mungkin dia menepis pikirannya yang seolah membenarkan ucapan Rafa tadi. Dia harus ingat akan sakit hati yang tidak memandang apa-apa. Terkadang, ucapan manis sekalipun, hal itu bisa berubah pahit ketika pemiliknya tidak menepat pada kata yang semula di ucap.
"Lo mau kemana."
Sosok Gavin muncul di balik pintu kelas dengan alisnya yang saling menaut. Dia menatap penuh tanya ketika melihat kekhawatiran Rafa yang terlihat jelas.
"Uks, Ghata disana."
Tidak banyak tanya, Gavin lekas mengikuti kemana sahabatnya itu melangkah pergi. Tatapan matanya sesekali menatap banyaknya siswa yang tengah beraktivitas ria di lapangan sana. Senyum kecilnya terangkat tipis, menyungging penuh arti ketika melihat sosok Ayla yang tengah berjalan berdua dengan Afra yang entah akan kemana.
"Jatuh cinta. Lo termasuk kedalam bagian itu?"
Suara Gavin terdengar keluar ketika Cowok itu mulai menuruni anak tangga yang menghubungkan dengan lantai bawah dimana ruangan UKS berada. Penampilannya yang memang terlihat sedikit mencolok dengan rambut yang teracak asal, hal itu sangatlah tidak pantas menampilkan sosok seorang pelajar di dalam dirinya.
YOU ARE READING
Al-Birru (DIROMBAK)
Teen Fiction📌 GA FOLLOW GA ELIT 📌 "Kembali pulang jika lelahmu sudah usai." Rafa masih ingat jika ia terlahir bersama. Rafa juga masih ingat akan penyebab berubahnya sikap sang Papa terhadap dirinya. Umur tujuh belas tahun dimana semuanya berubah dengan begit...