Chapter 11

1.9K 178 7
                                    

Setelah makan siang, Bella menyempatkan diri berbelanja ke supermarket dekat kantor. Ia berniat membeli kopi susu paling mahal sebagai permintaan maaf kepada Anka. Bella kemudian membayar belanjaan dengan perasaan campur aduk. Antara senang dengan deg-degan membayangkan reaksi Anka nanti.

Sesampainya di kantor, sialnya hatinya kembali memanas saat penglihatannya menangkap mobil milik Krisanti terparkir di depan kantornya. Pengemudinya membuka pintu, mata Bella menyipit menangkap sosok tak asing baginya. Anka baru saja keluar dari dalam mobil Krisan. Ah iya, ia baru ingat, tadi siang Krisanti memang mengajak Anka makan di luar kan? Dan kini mereka telah kembali.

Tanpa sadar Bella mengepalkan tangan melihat interaksi antara Krisan dan Anka yang baginya berlebihan. Sepertinya ia cemburu melihat Krisan akrab dengan Anka, sementara dirinya sendiri dengan Anka seperti kucing dan anjing. Jangankan tertawa bersama seperti itu, yang ada ia dan Anka selalu cekcok dan tak pernah akur. Tapi kan yang membuat mereka tak aku karena sifat Anka yang terlalu kekanakan dan Bella tak menyukai itu.

Namun jujur Bella tak suka melihat mereka tertawa bersama dan lebih tepatnya Bella tak suka melihat mereka berduaan. Dengan hati panas dingin, Bella masih memperhatikan mereka dari kejauhan tanpa mau mendekat untuk sekedar basa-basi. Ia hanya ini melihat apa saja yang dilakukan mereka jika sedang berduaan tanpa ada dirinya. Selama ini mereka memang tak melakukan hal aneh , mungkin karena ini lingkungan kantor. Tapi ia tak yakin, di luar sana Krisan bisa melakukan apapun pada Anka. Ya, sahabatnya yang gila itu kan suka nekat dan aneh-aneh.

Tak lama mobil Krisan melaju pergi, sedangkan Anka melangkah menuju kantor saat itulah Bella membuntuti Anka.

"Dari mana saja kamu?" Bella berusaha menyamakan langkahnya dengan Anka.

Mendengar suara pujaan hatinya, Anka pun menoleh. Mendapati Bella sudah berjalan disampingnya sambil membawa kantung plastik yang entah isinya apa. "Habis makan siang sama Kak Krisanti," jawab Anka tanpa merasa berdosa padahal jawaban itu membuat Bella makin panas.

Bella mendecih. Kesal sekaligus muak. "Lain kali kalau makanan di kafetaria ini masih banyak, kamu gak perlu makan di luar," ucapnya tegas.

"Memang ada aturan seperti itu ya?" tanya Anka polos.

"Ya ada lah," kata Bella cepat.

"Emm... kayaknya aturan itu khusus di buat untuk saya ya Bu?" Sindiran Anka berhasil membuat Bella terdiam sesaat. "Lebih tepatnya saya gak boleh makan di luar kalau yang ngajak makan Kak Krisan, karena ibu cemburu iya kan?" Anka senyum-senyum sendiri dengan tebakannya.

"Nggak, saya gak cemburu. Ngapain juga saya cemburu. Mau kamu pergi sama Krisan atau siapapun itu bukan urusan saya. Lagian aturan ini khusus di buat untuk semua karyawan di kantor ini. Jadi kamu jangan ke-geeran," ujar Bella lugas.

"Tapi ibu juga sering kan makan di luar bareng Pak Dewa?"

"Itu beda lagi, itu di luar kantor dan hari Sabtu."

"Tapi beneran ibu nggak cemburu lihat saya jalan sama Kak Krisanti?" Tiba-tiba Anka berhenti tepat di depan Bella, menahan langkah wanita itu dengan badannya. Mata Anka menatap lekat-lekat manik mata Bella. Mencari tahu kebohongan apa lagi yang coba disembunyikan oleh Bella.

"Saya gak cemburu!" seru Bella cepat.
Buru-buru ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Tak mau Anka menatapnya sedekat ini.

"Kalau gak cemburu kenapa membuang muka Bu? Muka saya di depan ibu, bukan di samping," goda Anka sambil senyum-senyum.

Bella kembali menatap Anka. "Saya gak cemburu Anka, tapi saya kesal sama kamu."

"Oh kesal karena saya pergi bareng Ka Krisanti ya? Ya udah deh kalau ibu gak suka, saya gak akan kemana-mana. Mulai sekarang saya bakalan makan siang di sini terus bareng sama Bu Bella hehehe." Anka mencengir kuda. "Itu ngomong-ngomong ibu bawa apa?" Anka menunjuk kantung plastik yang di jinjing Bella. Penasaran dengan isinya.

Falling for the Boss [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang