Chapter 14

922 75 1
                                    

"Jadi si brengsek itu maksa cium kamu?" tanya Anka setelah isakan Bella mereda.

Bella mengangguk sambil menatap kosong ke depan.

"Dasar cowok kurang ajar. Kalau bukan boss, udah aku bogem dia." Anka geleng-geleng kepala sambil mengacungkan kepalan tangannya.

"Tapi kamu gak di apa-apain kan sama dia? Nggak di ancam atau di grepe-grepein?" Anka memindai tubuh Bella dari atas sampai bawah, memastikan tidak ada lecet sedikit pun di tubuh kekasihnya.

"Ih apaan sih Ka, ya enggak lah." Bella mendelik kesal.

Anka tersenyum, ada rasa lega setelah mendapat jawaban itu, tapi Bella yang merajuk nyatanya nampak indah dimata Anka.

"Ya takutnya dia ngapa-ngapain kamu Bell. Kan udah aku bilang jangan terlalu dekat sama si bule bolot itu. Lihat, jadinya kan berabe?"

"Aku gak terlalu deket kok sama dia. Emang dasar dianya aja yang brengsek," ujar Bella kesal setengah mati, apalagi saat bayang-bayang wajah Dewangga muncul dibenaknya. Rasanya ingin sekali ia menampar dan memukul wajah bosnya hingga babak belur.

"Kalau udah tahu gini, mulai saat ini kayaknya kamu harus jaga jarak deh sama dia," terang Anka.

"Iya aku tahu, aku juga sempat nampar dia tadi. Bahkan mungkin setelah ini dia bakalan pecat aku, tapi aku gak peduli. Yang aku sayangkan, dia curi ciuman aku secara paksa. Dan aku gak rela," seru Bella seraya mengelap bibirnya dengan punggung tangan. Mencoba menghapus sisa ciuman Dewangga yang mungkin masih menempel di bibirnya.

"Apalagi aku." Anka langsung menunjuk dirinya. "Aku beneran nggak rela banget ciuman pertamaku sama kamu malah direbut si Dewangga. Ini sih rugi besar," gerutu Anka.

Kini giliran Bella yang tersenyum melihat Anka memberengut.

"Kok senyum-senyum?" selidik Anka dengan alis tertaut.

Bella malah semakin melebarkan senyumnya. "Kamu lucu juga kalau lagi ngedumel."

"Bukan lucu, aku tuh lagi kesel." Anka memutar bola mata jengah.

Bella tertawa makin lebar.

"Yee malah ngeledek. Kamu ya, emang bener-bener?!" Anka meraih tangan kanan Bella lalu menarik tubuh wanita itu untuk semakin mendekat ke arahnya.

"Bener-bener apa?" tantang Bella dalam pelukan Anka.

"Bener-bener nyebelin, tapi untung sayang," jawab Anka sambil memencet gemas hidung mancung Bella.

Dalam jarak sedekat ini Anka bisa melihat setiap detail wajah Bella dengan jelas. Bibirnya yang kini mengulum senyum tipis. Mata teduhnya yang di hiasi oleh bulu mata panjang dan halus. Hidung mancung serta pipi putih yang empuk menjadi daya tarik tersendiri. Semuanya terlihat indah di mata Anka. Bagi Anka, menatap wajah Bella dalam jarak sedekat ini adalah sesuatu yang menyenangkan tapi juga sangat beresiko, takut jika tiba-tiba ia memiliki penyakit jantung.

"Kalau aku hapus bekas ciuman Dewangga di bibir kamu gimana?" ujar Anka sambil mengusap lembut bibir Bella dengan ibu jarinya. Demi Tuhan, bibir itu benar-benar menggoda iman seorang Jovanka.

"Caranya?" Bella menahan napas saat tangan Anka menyapu lembut bibir bawahnya. Jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Ia menatap Anka tanpa berkedip.

"Caranya...." Anka berpikir sejenak. "Boleh aku cium kamu?" bisiknya ditelinga Bella.

Bella tersenyum canggung. Benarkah Anka mau menciumnya? Seperti apa rasanya saat ia mencium bibir seorang gadis?

Mereka terdiam dengan mata saling menatap antara satu sama lain. Sementara jemari Anka tak berhenti mengusap bibir Bella, sepertinya bibir itu akan menjadi candu baginya.
Anka benar-benar tak bisa untuk menahan hasratnya lagi, perlahan Anka mendekatkan wajahnya ke arah Bella, lalu dengan segenap perasaan yang ia miliki Anka mencium lembut bibir yang ada di hadapannya.

Falling for the Boss [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang