Chapter 9

1.8K 183 8
                                    

Pagi hari saat Anka bersiap hendak berangkat kerja. Ponselnya berbunyi, dengan sigap gadis yang mengenakan setelan jumpsuit berwarna pastel itu segera mengangkat telepon.

"Iya, ada apa Bu Bella?" ucap Anka.

"Hm... saya minta maaf atas kejadian semalam, bukan maksud saya untuk pergi begitu saja meninggalkan kamu. Tapi, ada alasan di balik itu semua."

Anka teringat pada perkataan Kim. Tarik ulur hatinya Bella.

"Oh... yang Sabtu malam. Saya udah lupa. Santai aja lagi, saya udah biasa digituin."

Mendengar jawaban Anka, Bella semakin merasa bersalah dibuatnya.

"Tapi Ka — " Belum sempat Bella meneruskan perkataan, Anka telah lebih dahulu memotong.

"Udah dulu ya, Bu. Saya mau berangkat kerja udah kesiangan. Assalamu'alaikum." Sambungan telepon pun terputus.

Seperti biasa sebelum berangkat kerja, Anka terlebih dahulu mengelap motor kesayangannya dengan kanebo. Meskipun seringnya menyusahkan, tapi motor hitam bekas warisan dari sang ayah itu ia rawat dengan sepenuh hati.

"Duh Beb, hari ini gue harus jalanin misi dari si Kim. Kira-kira bisa gak ya gue nyuekin Bella, barusan aja gue ngerasa jahat banget beb?" ungkapnya pada benda mati itu. Sementara tangannya tak berhenti mengelap bodi motor yang kelewat mengkilat.

"Tapi kalau gue nggak ngelakuin itu, gue gak tau apa Bella juga punya perasaan ke gue? Kim bilang gue harus tarik-ulur hatinya Bella, mungkin maksudnya gue harus jauhin Bella tapi pepetin lagi. Gitu ya Beb?"

Saat sedang asik berbicara dengan motor kesayangannya, ayah Anka datang sambil membawa segelas kopi untuk putri semata wayangnya itu.

"Ka, ini kopinya di simpan di mana?" ujar ayah Anka seraya membawa segelas kopi yang masih mengepul.

"Oh, taro disitu aja Yah," balas Anka seraya menunjuk meja yang terbuat dari rotan.

Setelah menyimpan kopi tadi ayah Anka berjalan menghampiri Anka.

"Itu motor kamu udah tua banget lho Ka, emang gak sering mogok dijalan?"

"Hehe ya gitu deh Yah," kata Anka sambil tersenyum.

"Maaf Ka, ayah belum bisa beliin kamu motor baru. Tapi kalau kamu mau berangkat ke kantor kamu gak perlu naik taksi atau naik motor butut itu, bareng ayah aja pake mobil inventaris kantor ayah?" usul ayah Anka.

"Gak papa Yah, lagian motor ini juga masih bisa dipake dan berguna. Anka kan lagi nabung buat beli motor baru."

"Sudah kamu simpan aja uang tabunganmu itu untuk keperluan kamu, ayah lagi kumpulin uang buat beli motor baru buat kamu."

"Anka kan udah kerja masa beli motor harus dibeliin ayah. Malu dong, harga diri Anka dimana?"

"Ah gak usah malu, kamu kan anak ayah. Semua keperluan kamu masih tanggung jawab ayah sebelum kamu punya suami."

"Iya Anka tahu, tapi Anka kan udah dewasa dan udah bekerja jadi Anka gak mau nyusahin ayah sama ibu. Kalau Anka mau apa-apa Anka harus beli pake uang sendiri." Anka berdiri lalu mengambil gelas kopi tadi dan meneguk sedikit isinya.

"Anka pamit kerja dulu ya, udah siang takut kesiangan sekalian bilangan sama ibu Anka berangkat kerja dulu?" pamit Anka pada ayahnya lalu mulai melajukan motor hitamnya.

Disepanjang perjalanan mulut Anka tak henti menggumamkan nada dan bernyanyi. Namun saat Anka sedang asik menyanyikan lagu, tiba-tiba motor hitam Anka mendadak mati. Gadis itu panik bukan main. Bagaimana tidak, ia sedang dalam tengah-tengah perjalanan menuju kantornya dan waktu cukup mepet.

Falling for the Boss [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang