11

486 47 0
                                    

Alan kini tengah berdiri di depan cermin full body di kamarnya, melihat apakah ada yang kurang dari penampilannya. Dirasa sudah siap Alan langsung turun untuk sarapan, menuruni tangga sambil mengangkat telepon.

"… Iya"

"…"

"Kok gitu, kenapa gak bilang dari tadi malem sih?"

"…"

"Gitu aja terus."

"…"

"Iya, ini juga lagi mau sarapan."

"…"

"Iya Abang sayang, udah dulu ya bang Eza mau sarapan."

"…"

"Iya iya, me too."


Alan menghiraukan pandangan mereka yang ada di meja makan dan berlalu menghampiri sang mommy.

"Pagi mommy." Sapa Alan sambil mencium pipi sang mommy, menghiraukan tatapan iri dari yang lain dan geram dari seseorang.

'aku tidak dapat ciuman selamat pagi juga gitu?'

'aku juga mau'

'kok gue iri sih'

'kenapa dia tidak caper lagi?!'

"Pagi sayang, mau sarapan sama apa hm?" Tanya mommy Lina.

"Alan mau roti selai coklat, sama susu coklat ya mom." Jawab Alan, sebelum duduk di kursinya ia berjalan kearah Ferxan dan Vian lalu mengecup pipi mereka, kebiasaan Alan saat menjadi Atlan ternyata tidak hilang sepenuhnya.

"Pagi bang Fer, bang Vian."

"Hm/pagi." Jawab mereka dengan datar dan ekspresi malas dari Vian, walau dalam hati mereka merasa sangat senang.

Alan kembali duduk sambil memakan roti serta meminum susunya. Sarapan berjalan dengan baik dan damai, setidaknya itulah yang dipikirkan Alan, sebelum Reno buka suara.

"Bang Alan, kok cuma bang Ferxan sama bang Vian yang disapa?" Tanya Reno dengan tampang sok polosnya, membuat Alan menatapnya tanpa menghentikan sarapannya.

"Emang kalo gue sapa bakal dijawab gitu, kalaupun gue nyapa mending gue nyapa orang yang bakal bales sapaan gue." Jawab Alan dengan bahasa gaulnya, Albert dan Avril entah kenapa ada perasaan aneh saat mendengar ucapan itu dari Alan, namun tak mereka hiraukan.

"Bang Alan kok gitu, Eno kan cuma tanya." Mata Reno berkaca-kaca menahan tangis, membuat Avril menatap Alan tajam, sedangkan yang ditatap tak menghiraukan dan kembali memakan sarapannya, sampai ponsel Alan berbunyi.

"Hawwo?" Masih dengan roti dimulutnya Alan menjawab telepon.

"Telan dulu makananmu baby, baru bicara."

"Hehee, sorry bang. Ada apa bang?" Balas Alan sambil cengengesan.

"Sudah selesai sarapannya? Abang sudah di depan menunggumu."

" Yang bener aja, kok udah sampe sih. Tunggu bentar lagi ya, tinggal satu gigitan lagi, sama setengah gelas lagi susunya." Jawab Alan lalu buru-buru memakan rotinya.

"Gak usah buru-buru nanti tersedak." Ucap Henry saat mendengar grusuk-grusuk.

"Iywa abwang, Abang udah dulu ya." Alan langsung meminum habis susu coklatnya setelah mematikan sambungan telepon. Lalu berpamitan dengan sang mommy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Atlanta or Alanta || Slow Up ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang