10

702 58 2
                                    

Dua Minggu berlalu sejak Alan menjelaskan kepada kakak dan ayahnya tentang kematian dan transmigrasi yang ia alami.

Flashback

"ATLAN!"

"Astaga, kau baik-baik saja?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Jordan, membuat mereka yang ada disana menatapnya datar, apa ia tidak melihat jika Alan sedang tidak baik-baik saja? Itulah pikir mereka.

"Apa maksud kalian memanggil nama adikku?" Henry yang penasaran lantas bertanya pada mereka, bahkan mereka tidak sengaja sudah memanggil Alan dengan nama Atlan saking terkejutnya melihat Alan terjatuh.

"Kami jelaskan nanti bang, biar kami membereskan kekacauan ini dulu." Jawab Ryuta yang diberi anggukan setuju oleh Henry, sedang sang ayah, Luis, masih terdiam dengan pandangan terkunci pada Alan yang tengah mengelap hidungnya yang berdarah, ada perasaan yang akrab saat melihat wajah Alan.

Setelah selesai berberes, kini mereka duduk di sofa dengan Alan yang berada dipangkuan Daniel. Menatap Henry dan Luis dengan pandangan rindu membuat yang ditatap tentu merasa bingung.

Hening...

"Ehem. Jadi, apa yang ingin kalian sampaikan?" Tanya Henry.

"Atlanta masih hidup." Ucapan Daniel membuat Henry mengepalkan tangannya, sedangkan Luis masih terdiam dengan berbagai pikiran.

"Jangan main-main dengan ku Daniel." Tekan Henry menatap tajam Daniel.

Daniel menghela nafas, ia sudah menduga ini. Henry tak akan percaya jika mereka mengatakan itu tanpa adanya bukti. Daniel lantas menatap Alan dipangkunya, Alan yang mengerti langsung menganguk sambil menghela nafas.

"Bang Ery." Panggil Alan sambil menatap Henry.

Deg

Henry merasa jantungnya berdetak lebih cepat, ia tentu tahu hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Matanya menatap Alan yang sudah menatapnya berkaca-kaca, menahan tangis.

"At,, Atlan." Suara Henry bergetar saat memanggil Alan.

Henry langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang kini duduk disamping Daniel, membelai pipi gembulnya, memeluknya erat saat yakin bahwa yang di depannya ini adalah adiknya. Alan membalas pelukan erat Henry tak kalah erat, lalu pandangannya beralih pada Luis yang masih anteng duduk menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ayah tidak rindu Atlan?" Tanya Alan dengan sesegukan, membuat Luis langsung menghampiri mereka dan memeluk kedua anaknya itu dengan erat.

"Bagaimana ini bisa terjadi, boy?" Tanya Luis saat pelukan mereka terlepas.

Alan langsung menceritakan apa yang terjadi padanya, serta siapa yang sudah membunuhnya.

"Kurang ajar, tidak ku sangka ternyata dia berkhianat." Geram Luis saat tahu bahwa asisten pribadi Atlan telah berkhianat.

"Jadi, sekarang kau jadi anak bungsu Dirgantara?" Tanya Henry dengan Alan dipangkunya.

"Benar. Abang tahu, kehidupan Alan sangat menyedihkan ia dibenci oleh ayah dan kakak ketiganya karena hasutan anak pungut itu." Jelas Alan membuat Henry geram.

"Oh ya, mulai sekarang panggil Atlan dengan nama Alan saja." Pinta Alan yang diberi anggukan oleh Henry dan Luis.

Flashback end

Kini Alan kembali ke rutinitasnya, tidak ada yang berubah, mungkin ada yang berubah karena sekarang Ferxan dan Vivian tak lagi mengacuhkannya.

Seperti saat ini mereka bertiga tengah duduk diruang tamu, tidak hanya bertiga sebenarnya, karena teman-teman Ferxan dan Vivian datang.

Atlanta or Alanta || Slow Up ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang