Prolog

465 55 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Waktu sendakala pun tiba, langit mulai berubah menjadi warna jingga kekuningan. Di sebuah taman bernama mawar II, seorang gadis tengah duduk diantara rerumputan hijau yang terpotong pendek dan rapih. Ia memegang sebuah mawar merah yang durinya sudah dipisahkan

Gadis dengan rambut yang diurai panjang itu tersenyum begitu manis. Matanya terpejam dan mulutnya terbuka untuk melantunkan sebuah lagu

“once upon a time in a land so far away”

“was an evil kingdom that so person dared to face”

“ruling with an iron first and standing center strage

“was a Noble Princess only fourteen years of age”

“there wasn't anything the princess couldn't have”

“with a boy just like her serving as her right hand man”

starble full of horses and her favorite Josephine—”

she could buy the world no matter what the prince may be—”

Alunan lagunya terpotong karena tiba tiba disambung oleh suara yang tak kalah merdu darinya

“if there wasn't money for the tyrant left to spend”

“she'd take it from her loyal subjects to no end”

“anyone opposing her was punished for their crime”

Gadis berambut panjang itu tersenyum melihat sahabatnya yang sama sama menyanyikan satu lagu

All those who defy me are you die”

Mereka berdua menatap satu sama lain. Dan tertawa bersama sama

“hahaha!”

Bahkan ketika tertawa pun, mereka terlihat seperti dua gadis cantik yang begitu beretika

Gadis berambut panjang itu tersenyum ketika ia mendongak untuk menatap wajah gadis berambut pendek disampingnya dan dibalas juga senyuman lebar darinya

“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya gadis berambut panjang

Gadis berambut pendek itu tersentak “a-ah cuman kebetulan lewat aja! K-kalau kamu si, ngapain disini?”

Gadis berambut panjang itu mengangguk tenang, ia pun berdiri dari duduknya dan kembali menatap gadis berambut pendek itu

“hanya sekedar jalan jalan sore. Ah, langit sudah mulai menggelap, ayo kita pulang”

Gadis berambut pendek itu tersenyum dan mengangguk. Ia berjalan duluan sembari menarik tangan kanan gadis berambut panjang itu untuk ikut pulang bersamanya

Keheningan melanda mereka sejenak.

“Sophia”

Gadis berambut pendek yang dipanggil Sophia itu hanya berdehem sebagai jawaban

“apa pendapatmu jika suatu saat nanti kita akan berpisah karena suatu masalah?”

Langkah Sophia terhenti. Ia menoleh kebelakang—menatap gadis berambut panjang itu

“maksud kamu apa? Hal begituan pasti ga bakal kejadian kok!”

Gadis berambut panjang itu terkekeh. Ia berkata “Apapun bisa terjadi di dunia ini”

Wajah Sophia sedikit memerah karena malu “a-aku bakal ngelakuin hal apapun biar kita gak pisah!”

“ma-maksudnya biar kita ber empat ga pisah. Aku, Kamu, Rin, sama Dira!”

Gadis berambut panjang itu tersenyum tipis dan kembali terkekeh “Baiklah, apapun itu. Aku akan memegang ucapanmu”

“iya deh! Udah, jangan dipikirin, yok kita pulang. Sebentar lagi mau magrib ” ucap sophia yang dibalas dengan anggukan oleh gadis berambut panjang

Mereka berdua pun kembali melangkah pergi menuju ke rumah masing masing. Syukur arah rumah mereka sekarang masih sama

Diperjalanan itu, mereka berdua tidak hanya sekedar mengobrol, tetapi juga tertawa dan berbagi kebahagiaan satu sama lain

Namun entah mengapa, tiba tiba sophia merasa bahwa suatu saat pertanyaan sahabatnya itu akan menjadi kenyataan, tapi Sophia berusaha untuk menghapus pemikiran itu

‘Enggak enggak! Persahabatan ini ga boleh hancur cuman karena masalah masalah kupret, gue yakin kok! s-semoga. . .’ Batin Sophia

.
.
.
.

!End For Prolog!

She's My Love || Troublemaker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang