PART 4

57 10 1
                                    

2 month later ...

Sekolah telah usai, suasana di kelas itu terlihat hening. Satu-satunya pria mungil yang berada di kelas itu menghampiri seorang pemuda bersurai hitam, "phi off bisakah sekarang kau mengantarku ke toko buku?" tanya seorang pria mungil itu kepada pemuda yang kini tengah sibuk dengan ponselnya.

"Hn, lain kali saja gun aku tidak bisa." Sahutnya datar tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya itu, gun tersenyum getir.

"Ah, baiklah tak apa. Aku pulang dulu ya,"

"Hn."

Cup!

"Sampai jumpa phi off" melambaikan tangannya, gun pun berlari keluar kelasnya.

Off menghela napas lega dan menatap punggung kekasihnya yang mulai menjauh itu dengan tatapan datar ... tanpa menyadari bahwa sesungguhnya kedua bahu sang kekasih bergetar hebat.

Tak sadarkah kau? Untuk kesekian kalinya kau telah sukses membuat gunmu menangis, eh tuan jumpol?

"Off?" Off menyeringai ketika melihat gadis  memanggilnya lalu menghampirinya dan duduk di kursi sampingnya.

"Hn?" Off melingkarkan tangan kekarnya di bahu gadis ber-name tag mook atthaphan itu.

"Kau tidak pulang bersama gun?" tanya mook heran.

Off sedikit gugup mendengar pertanyaan dari gadis di sampingnya itu, "Hn, gun ada urusan katanya," sahutnya. Berbohong.

Mook mengangguk mengerti, "Oh. Em aku bosan di rumah, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" ujar mook manja.

Off menyeringai tipis setipis kertas, "Hn, baiklah." mendengar jawaban itu lantas saja mook tersenyum senang. Off beranjak berdiri lalu menggandeng tangan gadis itu dan berjalan beriringan dengan mesra keluar kelas menuju basement sekolah untuk mengambil kendaraan berupa Audi putih milik off.

Mereka tak menyadari sesosok pria mungil yang kini menatap punggung mereka dengan senyum getir terpeta jelas di kedua sudut bibirnya yang bergetar.

Gun tersenyum sendu memandang punggung kedua orang yang sangat ia cintai itu perlahan menghilang di balik dinding koridor. Dengan gontai gun mulai melangkahkan kakinya keluar area sekolah.

Berjalan dengan tatapan kosong di trotoar jalan, pikiran gun terus tertuju kepada nasibnya selama beberapa bulan terakhir. Setelah dua bulan berlalu sejak kejadian di mana off memintanya menjadi kekasihnya, gun pikir kehidupan suramnya akan sedikit membaik dengan adanya off sebagai kekasihnya, tetapi ternyata semua pikirannya salah.

Ia harus menerima kenyataan pahit bahwa ternyata ... off jumpol sang kekasih tak pernah mencintainya. Dari awal menjalani hidup sebagai kekasih off sikap pemuda itu tak berubah padanya, masih tetap tak acuh dan datar. Apakah itu pantas dilakukan off pada dirinya yang notabenenya kekasihnya sendiri? Semakin hari gun mencoba untuk mendekati off dengan sikap lembut dan hangatnya, tapi apa yang ia terima? Off bahkan tak pernah menganggapnya ada.
Mungkin ia memang bukan gay dan hanya memanfaatkan dirinya

Dan lagi-lagi gun harus menelan kekecewaan untuk yang kesekian kalinya ketika mengetahui bahwa off hanya memanfaatkan status mereka untuk lebih dekat lagi dengan kakaknya ... mook atthaphan. Ya, mook. Bahkan ketika mereka kencan pun mook tak pernah absen untuk ikut dalam kencan mereka, off tak pernah lupa selalu mengajak mook dalam kencan mereka dan tololnya mook tak pernah peka dengan perasaan sang adik bahwa sesungguhnya gun sangat keberatan dengan adanya mook berada di tengah-tengah mereka.

Ah, bahkan gun merasa bahwa dirinyalah yang berada di tengah-tengah mook dan off. Gun tahu sesungguhnya mook 'lah yang off cintai dan bagaimana bisa ia tahu? Semua itu berawal dari satu bulan yang lalu ketika ia memaksa berkunjung ke kediaman sang kekasih. Awalnya off keberatan dan menolak akan hal itu, tetapi karena gun memaksa akhirnya off pun menyerah dan membiarkannya.

winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang