2

987 60 14
                                    

Hidup memang terkadang tidak adil.

Entah bagaimana Tuhan merencanakan semua ini atau memberimu jalan yang diberikannya.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Orang biasa, kaya, miskin atau orang yang memiliki kekuatan spesial terkadang harus membuat pilihan yang sulit karena kekurangannya itu.

Manusia tetaplah manusia. Baiknya bisa melebihi Malaikat dan jahatnya melebihi Iblis itu sendiri, musuh mereka bukanlah sosok yang mereka benci atau tidak disukai. Musuh mereka adalah perasaan mereka sendiri.

Jika seorang manusia memahami perasaan mereka sendiri. Mereka akan lebih jadi manusia itu sendiri, seperti diriku ini.

Aku yang dulu dihina, dibenci, dibuang, dipanggil cacat, pecundang dan yang lainnya lagi. Tidak ada yang peduli padaku, nasibku gimana dan kurasa mati juga tetap tidak ada yang peduli, malahan itu bagus bagi mereka.

Orang-orang yang ku sayangi perlahan-lahan meninggalkanku. Rasa sakit ini tidak bisa dibayangkan, namun rasa sakit ini juga membangun diriku.

Lebih kuat daripada mereka bayangkan.

-1-

BRAK

"APA MAKSUDMU BOCAH?! MENYAKITI SEORANG BANGSAWAN DENGAN MENENGGELAMKANNYA DI KLOSET TOILET BEKAS BUANG AIR MU ITU HAH?!" teriak seorang wanita berambut pirang yang menggebrak meja.

Wanita itu memakai pakaian seorang setelan jas layaknya seorang guru, bewarna abu-abu dengan dalaman putih walaupun sudah berumur tapi tubuhnya masih seperti wanita yang matang. Terbukti dengan jas yang agak ketat menampilkan tubuh seksinya.

Lalu disebelahnya ada seorang pria berambut unik pirang dan hitam, mempunyai sebuah janggut dan memakai setelan jas bewarna merah.

"Bisakah kau tenang, Tsunade?" ujar pria itu.

Wanita yang menjabat Wakil Kepala Sekolah menatap pria yang menjabat Kepala Sekolah.

"Tidak bisa Azazel! Dia harus diberi pelajaran yang setimpal dan kau tahu saat aku meriksa keadaan Menma. Keadaannya sangat buruk sekali bahkan harus mengalami muntaber akibat bocah sialan ini" ujar Tsunade menunjuk seorang pemuda berambut pirang yang sedang duduk santai di hadapannya.

Pemuda berambut pirang itu adalah Naruto yang menatap datar dan tidak peduli, atas kemarahan Tsunade Senju meskipun dia adalah salah satu Sannin.

'Untuk seumuran yang masih muda dia tampak tenang sekali dengan ini... Atau dia ini bodoh?' batin Azazel melihat Naruto yang tenang-tenang saja.

"Jadi Uzumaki Naruto, apa alasanmu menyakiti Namikaze Menma?" ujar Azazel menatap serius Naruto.

"Tidak ada. Hanya membalas perbuatannya kepadaku, kalian tahu bukan aku di juluki apa disini?" jawab Naruto.

"Jadi kau berbalas dendam bocah?!" ujar Tsunade menatap marah Naruto dengan tangan urat-uratnya menebal.

"Tenang Tsunade, tenang, biarkan aku mengatasi ini" Azazel menatap Tsunade yang memalingkan mukanya.

"Yang dikatakan Nenek tua itu benar, aku ingin berbalas dendam. Uang dibayar uang, darah dibayar darah dan mata dibalas mata" terang Naruto.

Tsunade yang dipanggil nenek tua tentu saja tersinggung, tapi jika dia menghadapi bocah seperti Naruto hanya akan buang-buang waktu saja. Jadi dia urungkan menghajar bocah ini.

King of Draco Sine a ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang