"Kamu belum pulang, Bulan?"
Seseorang yang dipanggil Bulan itu terlonjak kaget, lalu segera membalikkan badannya untuk menghadap seseorang yang berbicara padanya
"Belum, bu. Yaudah saya mau pulang sekarang" Bulan menundukkan kepalanya lalu memutar badan untuk melangkah menuju pintu, tapi dia tertahan saat guru itu menahan pergelangan tangannya "Ada apa ya, bu?" Tanya Bulan, dia perlahan melepaskan tangan guru itu dari tangannya
"Saya sudah mendapati kamu ada diruang seni ini 2 kali loh. Kamu yakin kamu gak mau ikut ekskul ini? Kamu sering liatin lukisan disini, kan? Kamu suka melukis?"
"Ngga, bu. Maaf saya harus pergi" Bulan melirik sinis guru itu lalu berjalan pergi, dia tidak bisa membuang-buang waktunya, karena waktu belajarnya akan terpotong. Dia juga perlu waktu istirahat ditengah waktu belajarnya, sehingga dia bisa tetap konsen dalam belajar "Ya, gue suka melukis" gumamnya pelan
Bulan terus berjalan setelah keluar dari gerbang sekolahnya. Kini dia menuju stasiun yang cukup dekat dari sekolah. Bisa dibilang dia bersekolah di kota sehingga dia harus menggunakan kereta sebagai transportasinya
Setelah cukup lama dia berjalan akhirnya dia sampai di stasiun. Langsung saja Bulan ke loket, mengantri sebentar, lalu langsung dapat tiket untuk pulang. Setelah itu dia duduk untuk menunggu kereta sembari membaca buku
"Gue juga gak mau kaya gini" lirihnya, dia menurunkan buku itu "Gue gak mau terus terusan belajar kaya gini" Bulan mengangkat bukunya seolah ingin melemparnya, tapi tangannya itu terhenti. Bagaimanapun dia harus tetap belajar, dia tidak bisa melawan orang tuanya "Gue gak bisa jadi pelukis. Gue harus jadi apa yang orang tua gue mau."
Tak lama kereta yang ditunggunya datang. Setelah pintu kereta itu terbuka dan membuat beberapa orang keluar, Bulan langsung berdiri dan masuk kereta. Dia duduk di kursi didekat jendela
"Ibu, nanti bantuin aku gambar ya"
Bulan melirik suara anak kecil yang berada di seberang kursinya. Anak itu membawa kanvas kecil persegi dan juga tas yang berisi krayon. Anak kecil itu juga membawa sebuah buku gambar dan dia membuka halaman buku gambar itu, terlihat coretan gambar anak kecil itu yang membuat ibunya terus mengucapkan pujian
"Aku juga ingin seperti itu" batin Bulan
Sejak kecil dia suka menggambar, suka hal-hal berbau seni. Dia tidak suka dengan pelajaran menghitung, menghafal, menulis, sama sekali tidak suka. Tapi orang tuanya menutut dia belajar untuk menjadi orang yang sukses. Orang tuanya menjauhkannya dengan hal-hal yang menyangkut tentang seni. Mereka mengatakan seniman itu pekerjaan buruk
"Memangnya sukses itu apa? Tidak mengerti. Apa yang mengukur sebuah kesuksesan?" Monolognya. Perlahan Bulan menyandarkan kepalanya ke jendela sembari melepas kaca matanya "Tidur sesaat tidak masalah, kan?" Lalu dia memejamkan matanya
***
Bulan berjalan kaki setelah tadi turun dari kereta dan bus. Rumahnya memang dikampung walaupun dia termasuk orang yang kaya. Sehingga dia harus banyak berjalan kaki karena tidak ada transportasi umum yang bisa mengantarkannya sampai rumah
"Alana" gumam Bulan pelan saat sedang membenarkan kacamatanya yang turun. Dia melihat Alana teman semasa kecilnya yang berdiri dipinggir jalan cukup jauh darinya. Tapi Bulan berusaha untuk tidak menghiraukannya dengan kembali membaca buku meski sangat terlihat bahwa Alana seperti menunggunya
"Hai, Bul---"
Bulan terus berjalan melewati Alana yang menyapanya
"WOI BULAN JELEK!!!"
"Apaan sih?!" Dia berhenti dan berbalik badan dengan kesal menatap Alana
"Ayo ma---"
"AYO MAIN, BULBUL"
"HANTU!" teriak Bulan kencang saat secara tiba-tiba sosok berbaju putih keluar dari belakang tubuh Alana sembari mengajaknya main. Sosok yang sangat dikenalinya, sahabatnya sendiri. Sahabatnya yang sudah tiada itu kini berdiri didepannya dengan senyum lebar seperti biasa
"Dia teman kita woy"
"Tapi tetap aja hantu" Bulan mengatur kembali napasnya yang tadi terengah-engah karena terkejut. Ya memang benar, bagaimana pun hantu didepannya itu adalah temannya "Ngapain kamu disini, Ra? Kenapa gentayangan?" Tanyanya, dia melangkah mundur saat hantu itu berjalan mendekatinya
"Sebenarnya aku ingin kita berkumpul, dan mengabulkan permintaanku yang aku sendiri gak tau"
"Kenapa gak tau?"
"Ya gak tau aja, hehe~"
"Agak aneh ya kalo diliat orang ngobrol sama hantu kaya gini. Mending kita ke tempat lain dulu deh biar enak juga ngobrolnya sambil duduk" ucap Alana yang sebenarnya sudah cape sedari tadi ingin duduk dan haus "Gue haus, mau ke cafe gak? Disini ada didepan" tanyanya yang mendapat anggukan cepat dari Clara tapi tidak dengan Bulan
"Gue gak bisa buang-buang waktu"
"Tck! Emang susah ya sama orang sok sibuk! Yaudah gak usah aja, gue juga mau pulang"
"Ihhh jangan dong. Kalian ini kenapa sih? Kita ini teman loh, kok gitu sih. Ayo lah kita ngobrol dulu yuk" ucap Clara memohon pada Bulan dan Alana
"Gue mau aja, gak tau tuh si ambis"
"Plisss, Bulbul~"
"Yaudah ayok, sebentar aja ya, Ra"
"YEAYY!!! AYOOKK" Clara bersorak senang, dia langsung berjalan lebih dulu, lalu diikuti Alana dan Bulan dibelakang "Bulbul, kamu gak cape apa sekolah di kota? Itu kan jauh loh." Tanya Clara yang kini berada di samping Bulan, berjalan beriringan dengan gadis itu "Kamu juga tadi aku lihat jalan sambil baca, emang gak cape belajar disekolah?"
"Ya cape sih, tapi mau gimana lagi"
"Kamu juga---"
"Udah nanyanya, Ra. Ayo masuk" ucap Alana setelah mereka sampai didepan cafe yang mereka tuju. Lalu Alana duduk didekat jendela, disusul Clara yang duduk disampingnya, dan Bulan yang duduk didepannya. Kemudian Alana dan Bulan memesan minuman, dan setelahnya kembali bertatapan "Kita harus kumpul, Bul. Biar Clara bisa kembali---"
"Gak usah sok peduli sama aku deh, Lana. Es krim gak dibeliin, minuman aku mau pesan juga gak boleh. Jahat"
"Lu kan hantu! Ih kesel! Yaudah nanti minum yang gue aja, kalau bisa itu juga"
"Bakal susah buat kumpul lagi. Apalagi Erisa udah gak tinggal disini, kan?"
"Kalo Erisa...gue pernah denger dari ayah gue, kalo dia di kota tinggal sama bibinya. Suka pulang kesini buat ketemu ibunya" ucap Alana, dan Bulan hanya mengangguk-angguk. Walaupun sebenarnya masalahnya bukan di Erisa yang tinggal di kota toh dia juga sekolah disana, dia bisa cari Erisa, tapi ada di seseorang
"Btw kenapa lu nunggu gue? Kenapa nggak Danira?" Tanya Bulan setelah sadar akan hal itu. Bukannya lebih mending nunggu Danira karena dia sekolah disana yang berarti Alana tidak harus menunggu lama
"Dia gak bakal pulang sendirilah. Pasti sama temen geng nya, dan mereka satu sekolah sama gue, jadi...ya malas"
"Oh"
KAMU SEDANG MEMBACA
abcde✔
Teen Fictionkisah 5 orang sahabat yang kini menjadi asing karena meninggalnya salah satu dari mereka