Setelah menghilangnya Clara, tidak ada yang berubah. Mereka tidak berteman kembali seperti keinginan terakhir Clara. Alana kembali ke sekolah dengan bertingkah tidak mengenali Danira, begitu pula Danira, Bulan juga kembali dengan rutinitas seperti biasanya
Dan Erisa menghabiskan waktu dengan memotret daerah-daerah bersama dengan Raka. Mereka sekarang sedang beristirahat di warung setelah sedari pagi berkeliling melihat pemandangan bagus menaiki motor. Tak lupa Erisa pun memotret Raka yang sedang meminum es teh
"Jangan foto aku"
"Kenapa?" Tanya Erisa santai sembari melihat hasil jepretannya "Bagus kok" dia memperlihatkan hasilnya kepada Raka yang malah menggelengkan kepala dengan ekspresi jijik diwajahnya
"Jelek"
"Yeuu bagus!" Erisa kembali memotret jalanan, namun kameranya menangkap empat anak kecil perempuan yang berjalan sembari memakan es krim, membuatnya kembali mengingat teman-temannya dan juga permintaan terakhir Clara, wajahnya berubah sedih seketika. Tapi dia berusaha untuk melupakan
"Sa, kemarin kamu sama temen-temen kamu ke basecamp ya"
"Iya"
"Untung aja aku sering bersihin tempat itu. Kalo nggak gak bakal bisa ditempati lagi"
Erisa menatap Raka saat tiba-tiba pertanyaan melintas di kepalanya. Mengapa Raka membersihkan basecamp nya dan teman-temannya? Erisa ingat sekali Raka adalah anak nakal yang sering menjahilinya dan teman-temannya
"Kenapa lu mau bersihin tempat itu? Itu kan bukan punya lu"
"Oh...itu..." Raka terlihat bingung, dia menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Ya, sebenernya setelah kematian Clara dan kepergian kamu ke kota tiba-tiba aku merasa bersalah aja. Dan aku jadi suka bersihin tempat itu sebagai tanda maaf aku karena dulu suka jahilin kalian. Aku minta maaf ya" ucapnya memohon maaf
"Iya gak apa-apa, lagian itu waktu masih kecil" jawab Erisa yang membuatnya seketika mengingat rasa bersalahnya pada Clara, bahkan dia belum meminta maaf pada Clara, tapi dia kini melakukan kesalahan kembali dengan tidak mengabulkan permintaan terakhirnya itu. Air mata perlahan menetes dari mata Erisa
"Eh! Kamu kenapa? Kenapa nangis? Aku minta maaf! Beneran! Gak bakal jahilin kalian lagi" Raka panik saat melihat Erisa yang menangis, dan tidak mengatakan apapun
"Gak apa-apa, gue gak apa-apa. Jangan bersihin tempat itu lagi, Raka. Gue sama mereka gak bakal kesana lagi, gue sama mereka udah gak temenan" ucap Erisa sembari mengusap air matanya yang masih terus mengalir
"Kenapa? Kalian ada masalah apa? Berantem sama temen itu wajar kok, tapi bukan berarti gak bakal maaf-maaf, kan? Kalo ada masalah sebagai teman harusnya dibicarakan baik-baik, dan minta maaf kalo salah." ucapnya, Erisa terdiam menatapnya tidak percaya "Semuanya bakal baik-baik aja kok. Bicarakan, Sa"
Tangisnya pecah. Erisa menangis sekencang-kencangnya, dia tidak sanggup terus menahan air matanya melihat pertemanannya yang hancur, dan rasa bersalah yang sudah tidak terbendung lagi. Dia ingin memperbaiki semuanya, dia tidak ingin kehilangan teman-temannya hanya karena dia terus lari dari masalah.
"Gue ingin memperbaiki semuanya"
"Iya, Sa. Kamu pasti bisa"
"Makasih ya, Raka" Erisa tersenyum tulus meski matanya masih terus mengeluarkan air mata. Dia akan mendatangi basecamp terlebih dulu, lalu menghubungi teman-temannya untuk berkumpul kembali, dan dia akan meminta maaf atas kejadian saat itu pada Clara, dia akan mengakui kesalahannya. Lalu memperbaiki pertemanan mereka
***
Setelah pulang sekolah untuk pertama kalinya setelah seminggu tidak pergi ke sekolah, Alana sangat kelelahan sehingga dia mampir ke toko milik ayahnya, dan mengambil minuman, makanan, serta es krim sesuka hatinya. Kini dia sedang duduk bersandar di freezer bersama dengan anak kecil disampingnya
"Cape ya sekolah? Lemah banget orang gede" ucap anak kecil laki-laki itu yang meledek Alana karena terlihat sangat kelelahan hanya karena pulang dari sekolah
"Diem deh, anak kecil. Sana pergi" Alana terus memakan es krimnya tidak terlalu terganggu dengan anak itu yang masih duduk disampingnya "Kamu ngapain sih disini terus? Kenapa gak main sama temen kamu?" Tanya Alana sembari melirik anak itu yang kini terlihat sedih setelah Alana mengatakan tentang teman
"Teman ku lagi pada tidur siang. Kakak sendiri ngapain disini? Gak main sama temannya"
Alana menghela napas berat dia pikir anak itu di bully dan tidak punya teman, ternyata teman-temannya sedang tidur siang
"Ya kamu juga tidur siang dong, enak tau tidur siang. Kalo aku sih pengen tidur siang, tapi gak boleh sama ayah nanti malamnya susah tidur. Kalo teman sih..." Alana menghentikan ucapannya, dia sadar bahwa dia tidak memiliki seseorang yang bisa dia sebut teman, mereka semua meninggalkannya "Gak punya"
"Gak punya teman? Serius? Apa lagi marahan?"
"Kepo!"
"Ihhh kalo lagi marahan aku juga pernah waktu itu. Sebenernya aku yang salah, tapi karena rasa bersalah itu aku jadi jauhin mereka, ternyata mereka juga ngerasa bersalah jadi kami saling menjauhi" ucapnya yang membuat Alana teringat sesuatu "Kuncinya adalah ngobrol, dan minta maaf sih kalo aku. Jadi temanan lagi"
Alana teringat kejadian yang membuatnya sangat merasa bersalah. Kejadian saat dia membawa Clara di gendongannya untuk sampai ke rumah Clara sesegera mungkin, namun saat itu dia kelelahan sehingga larinya melambat. Membuat Clara harus dirawat dirumah sakit selama 1 tahun, mungkin jika dia lebih cepat...
Dan yang kedua, dia berlari secepat mungkin agar yang pertama tidak terulang kembali, namun dia terjatuh, yang membuat kepala Clara terbentur tanah lagi. Sehingga malamnya Alana menangis sangat kencang mengetahui Clara sudah meninggal. Tanpa sadar rasa bersalahnya itu yang membuatnya menjauhkan diri
"Kakak kenapa nangis? Aku minta maaf kalo kata-kata aku ada yang salah"
"Gak" Alana mengusap kasar pipinya yang basah karena air mata "Kamu bener, rasa bersalah yang buat aku menjauhkan diri dari yang lain. Yang sekarang harus aku lakuin adalah minta maaf, mengakui kesalahan, dan memperbaikinya. Makasih ya, kamu udah ingetin aku tentang itu" ucapnya lalu mengelus kepala anak kecil itu
"Kakak bakal temuin teman kakak?"
"Iya, walau susah karena satu teman ku sudah meninggal" setelah Alana mengatakan itu, wajah anak kecil berubah menjadi takut. Dan dengan cepat mendekatkan dirinya pada Alana dengan sangat ketakutan "Kamu kenapa? Jangan deket-deket, sempit tau" dia mencoba menjauhkan dirinya tapi tidak bisa
"Aku takut, kakak jangan pergi dulu. Temenin aku makan es krim, minum, makan, terus anterin aku pulang"
"Hah? Aku mau nemuin temen-temen aku, lagian masih siang mana ada hantu..." Alana terdiam, dia mengingat hantu Clara yang dapat keluar siang-siang "Ada sih, tapi---"
"Tuh kan! Kakak jangan pergi!" Anak itu memeluk Alana sambil menangis, membuat Alana menghela napas berat, dia menyesal telah mengatakan tentang hantu sehingga membuat anak itu kini menjadi ketakutan. "Ini salah kakak karena ngomongin hantu ya. Bukan salah aku" ucapnya lagi, membuat Alana ingin menendangnya
"Emang lebih baik gue sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
abcde✔
Teen Fictionkisah 5 orang sahabat yang kini menjadi asing karena meninggalnya salah satu dari mereka