[5]

11 8 0
                                    

"Mama kangen kamu, kapan pulangnya?"

"Besok aku udah berangkat buat pulang kok, ma"

"Udah libur emang? Mama gak mau kamu cuma sehari disini ya"

"Nggak, kan ada study tour 3 hari tapi Esa gak ikut kan jadi ya...libur"

"Oke mama tunggu ya"

"Iya, ma"

Tut!

Erisa menatap kosong bingkai foto dirinya semasa kecil bersama teman-temannya, hatinya masih berdenyut sakit saat mengingat kematian salah satu dari sahabatnya. Karena dia merasa bersalah, dia merasa dia yang membuat sahabatnya meninggal

"Kenapa bilangnya tiga hari, Sa? Kan liburnya seminggu" seorang wanita berjalan dari luar memasuki kamarnya dan kini duduk di samping ranjangnya "Kamu gak betah banget ya tinggal disana, Sa?" Tanyanya lagi

"Bukan gitu, bi. Aku cuma gak mau terlalu lama disana nanti mama susah lagi ngelepas aku"

"Kamu gak ada masalah disana, kan?"

"Nggak ada kok"

"Yaudah bibi mau keluar ya"

Erisa terdiam setelah bibinya keluar. Sejak kematian sahabatnya itu, teman-temannya bertingkah seolah itu bukan kejadian yang besar, seolah kejadian itu tidak ada artinya. Padahal kejadian itu sangat membuat Erisa terpukul, membuatnya hidup dengan rasa bersalah selama ini

"Andai saat itu aku ngambil ventolin inhaler mungkin semuanya akan jadi lebih baik" lirihnya, tangannya terangkat mengusap air mata yang menetes "Ini alasanku untuk tinggal dengan bibi, aku gak mau ditempat sahabat ku meninggal karena diriku" selama ini Erisa selalu menyalahkan dirinya sendiri

Bahkan dia melihat di sosial media Danira bahwa teman-temannya sudah tidak bersama lagi. Membuatnya semakin malas untuk kembali dan bertemu dengan mereka. Dia menghadapi semua yang dirasakan sendirian, dia tidak bercerita pada siapapun karena takut mereka akan membencinya

"Aku minta maaf, Ra. Aku yang gak guna, aku yang pengecut, aku yang lemah, aku gak berani buat ambil benda itu dari sungai. Andai saat itu aku bisa lebih berguna, mungkin kamu masih ada disini, gak akan separah itu" Erisa mengambil bingkai foto dirinya dan teman-temannya itu, mengusapnya lembut

Dia membaringkan tubuhnya sembari meletakkan bingkai itu di dadanya. Karena foto itu yang membuatnya tidak mengalami mimpi buruk tentang kejadian waktu itu. Dan kini dia mulai memejamkan matanya untuk tidur, berpikir semuanya akan baik-baik saja esok hari

***

"Hati-hati ya, Sa"

"Iya, makasih bibi udah mau nganterin" Erisa berniat membalikkan tubuhnya untuk memasuki kereta, tapi tangannya digenggam oleh bibinya. Membuatnya kembali menatap bibinya dengan penuh tanda tanya "Ada apa, bi?" Tanyanya, dia tidak mengerti karena bibinya tidak menjawab juga

"Sa...kalo kamu ada masalah, selesain  ya, jangan lari dari masalah"

"I-iya, bi. Aku mau masuk ya, dah" Erisa langsung cepat-cepat masuk kedalam kereta dan duduk di kursi dekat jendela, kini dia merenungkan perkataan bibinya "Apa bibi denger curhatan gue ya? Kenapa perkataannya nyambung banget sama yang gue hadapi" saat sedang memikirkan itu, handphone bergetar

Drrrtt drrrttt

"Halo, ma?"

"Kamu udah dimana, Sa? Lama banget"

"Baru juga naik kereta, paling sebentar lagi sih nyampe, kan gak jauh-jauh banget ini"

"Yaudah, tapi kamu dijemputnya sama Raka ya. Ayah kamu kan udah berangkat kerja"

"Raka siapa? Gak mau ah, aku naik bus aja"

"Raka tetangga itu masa kamu lupa, dulu emang sering iseng sih waktu kecilnya"

"Oh yang gendut itu?"

"Ish kamu ini! Udah ganteng dia sekarang. Udah ya, mama banyak kerjaan"

"Iya"

Tut!

"Hadeh males banget" Erisa menghela napas kesal. Dia jadi menyesal kembali ke rumah, dia mengira ayah atau mama nya yang akan menjemputnya dari stasiun, tapi malah orang yang dulu sering menjahilinya dan teman-temannya "Bentar lagi nyampe lagi" ucapnya sembari memotret pemandangan disampingnya

Kereta pun berhenti, tanda bahwa dia sudah sampai. Erisa perlahan turun dari kereta dan berjalan keluar stasiun, dia mencari-cari seseorang anak gendut yang akan menjemputnya. Tapi dia tidak dapat menemukan orang itu, yang membuatnya kesal adalah bahwa dia tidak memiliki kontaknya

"Erisa...? Hai, aku Raka"

Erisa menoleh ke asal suara yang menyebut namanya

"Oh hai, iya gue Erisa"

"Ayo mari sini" dia berjalan menghampiri motornya lalu menaikinya dan menghidupkan "Cuma bawa satu tas?" Tanyanya saat melihat Erisa hanya membawa satu ransel penuh dan tidak membawa tas lainnya, padahal awalnya Raka ingin membantu membawakan tas-tas yang dibawa Erisa

"Nggak, cuma satu. Gue naik ya" Erisa langsung menaiki motor, dan Raka perlahan menjalankan motor itu

"Udah lama gak ngeliat kalian main"

"Iya"

"Mau reuni ya?"

"Hah?"

"Iya, kemarin aku liat Alana lagi ngobrol sama Bulan di cafe"

Erisa melebarkan matanya terkejut. Dia tidak tau bahwa ternyata teman-teman kembali bersama, setahu dia, setelah kematian Clara mereka menjadi jauh terlebih setelah kelulusan SMP, karena itu Erisa memilih tinggal bersama bibinya di kota. Bahkan yang dia lihat di sosial media pun mereka tidak bersama

"Kalo Danira gimana? Dia ada?"

"Waktu di cafe sih aku gak lihat Danira, tapi malamnya lihat Danira lagi ngobrol juga sama Bulan dijalan, aku juga gak ngerti sih, mungkin---"

"Sama! Gue juga gak ngerti apa yang terjadi sama mereka, yang jelas gue pulang karena mama gue bukan reuni itu." Ucapnya cepat memotong ucapan Raka, membuat Raka menganggukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa lagi, sehingga perjalanan mereka diisi dengan keheningan

Tidak butuh waktu lama sebenarnya untuk sampai. Kini mereka sudah berada didepan rumah Erisa

"Makasih ya, Raka" setelah mengatakan itu Erisa membalikan badan untuk memasuki rumahnya, tapi suara Raka menghentikan langkahnya, dan membuatnya kembali menghadap laki-laki itu

"Erisa...kalau memang kalian mau reuni, basecamp kalian masih cukup layak dikunjungi kok. Karena aku sering membersihkan setelah pulang sekolah. Iseng sih, aku cuma membersihkan kok, tata letak barang-barangnya masih sama. Siapa tau kalian minat buat kesana lagi" dia tersenyum "Yaudah aku pergi dulu"

Erisa hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Raka. Ya dia memang akan mengunjungi basecamp itu, karena setiap pulang kampung dia selalu menyempatkan untuk kesana, namun entah kali ini dia akan sendiri lagi kesana atau bersama dengan teman-temannya

"Gue harap kita bisa berteman kembali kaya dulu"

abcde✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang