"I was enchanted to meet you..." Gadis dengan rambut pirang di bagian bawah itu menyanyikan sebuah lagu yang membuat 2 temannya tertawa "Lucu banget waktu si Danira nyanyi bagian itu, hahahahah..." Dia tertawa, begitu juga seseorang yang bernama Danira "Ayo karaoke lagi, guys"
"Iya nanti kita karaoke sekarang ke cafe yuk"
"Ayookk gue mau videoin" Danira menyalakan kamera handphone nya, lalu mulai merekam dirinya "Halooo guys jadi disini aku baru aja pulang dari karaoke sama Kana dan Vio... Woy say hi..." Dia mengarahkan kameranya pada kedua temannya itu
"Haiii"
"Halooo menuju ke cafe terdekat, hahahaha"
"Iya, guys. Nah ini nih cafe nya..." Danira memperlihatkan cafe yang akan dia masuki bersama teman-temannya itu. Dia membuka pintu cafe tersebut diikuti dua orang lainnya, masih dengan terus merekam dirinya sendiri "Okayy sekarang kita mau milih kursi dulu...dimana ya??? Kita---Rara" ucapannya terhenti
"Halooo, Danira"
Danira mematung saat melihat sosok teman semasa kecilnya yang sudah meninggal, dia juga terkejut saat melihat ada Alana dan Bulan yang sedang menatapnya
"Lu kenal sama mereka, Nir?" Tanya Kana yang berdiri di samping Danira yang masih mematung "Itu kan si tukang bolos gak sih? Si Alana itu" ucapnya yang membuat Alana menundukkan kepalanya karena malu. Sedangkan Kana dan Vio kini mulai berbisik membicarakan Alana
"Danira, ayo sini. Ayo kita kumpul lagi" ucap Clara saat melihat Danira yang seperti enggan menghampiri mereka "Kenapa kamu diem aja?"
"Rara...aku..."
"Woy lu ngomong sama siapa, Nira?" Kali ini Vio yang bertanya, dia bingung tatapan Danira tertuju pada siapa, dan dia juga tidak mengerti Danira berbicara dengan siapa "Jadi males deh, ganti tempat aja yuk" Vio berjalan lebih dulu keluar dari cafe itu, disusul oleh Kana setelah menepuk bahu Danira
"Cuma kalian bertiga yang bisa liat aku, Danira" ucap Clara pelan "Ayo, Danira. Ayo sini"
"Iya aku..." Danira berjalan mendekat, tapi langkahnya terhenti saat mendengar teriakkan temannya dari luar cafe yang mengajaknya untuk cepat keluar dari cafe itu dan pergi mencari tempat lain "Maaf aku gak bisa. Maaf, Ra" Danira berjalan keluar cafe, meninggalkan ketiga teman masa kecilnya yang kecewa padanya
"Lu seriusan temenan sama mereka?" Tanya Kana setelah Danira keluar dari cafe dan kini mereka berjalan pergi "Ya ampun gue gak percaya kalo lu beneran temenan sama si Alana tukang bolos itu dan juga---gue gak tau siapa si kacamata tapi dia cupu banget sih, keliatan anak ambis nya tuh" Kana memasang wajah jijik
"Kok kalian kaya gitu?" Danira menghentikan langkahnya yang membuat kedua temannya juga berhenti, dia menatap mereka berdua dengan tatapan dingin "Emang kenapa kalo gue temenan sama mereka, hah? Ngerugiin kalian, kah? Kalian merasa paling oke, hah?"
"Nira...gue cuma---"
"Udahlah gue pulang aja."
"Nira! Woy! Ngeselin!"
Danira terus berjalan pergi meninggalkan kedua temannya untuk pulang ke rumah, tidak memperdulikan panggilan dan umpatan mereka padanya. Dia benar-benar kesal saat mendengar mereka yang begitu merendahkan Alana dan Bulan. Bagaimanapun Alana dan Bulan teman kecilnya
"Ihhh! Kenapa sih gue?!" Danira menghentikan langkahnya, dia menghentakkan kakinya kesal, lalu wajahnya terangkat untuk melihat langit yang sudah gelap "Kalo Kana sama Vio marah gimana? Yang lain juga bakal jauhin gue dikelas. AAAAA!!! KESAL!!!" dia menendang batu kecil didepannya "Bodo ah"
***
"Kakak pulang!!! Yeay!"
"Tumben pulang cepet, kak"
"T-ta..tata.."
"Iya, tadi cuma main ke karaoke, Dania sini sama kakak" Danira pulang ke rumah langsung disambut oleh ketiga adiknya yaitu Diego, Darell, dan bayi berusia 8 bulan Dania. Kini Danira berjalan memasuki dapur sambil menggendong adiknya Dania "Ma? Belum selesai bikin kue?"
"Belum, eh kebetulan kamu pulang cepet sekarang...ini tolong anterin kue ke bu Shopia ya"
"Baru juga aku pulang"
"Yeh, disuruh orang tua tuh harus cepet. Sana anterin!"
"Iya iya" Danira menurun adiknya ke kursi makan khusus bayi lalu dia pergi menuju kamarnya untuk menaruh tas, dan kembali lagi ke dapur untuk mengambil kue pesanan yang akan dia antar "Aku pergi dulu ya" ucapnya yang hanya mendapat senyuman dan jari jempol dari ibunya
"Kakak aku mau ikut"
"Mau ikut juga"
"Gak usah, kalian dirumah aja. Dahh" Danira berjalan santai menuju rumah bu Shopia yang memesan kue mama nya, karena memang dia sudah cukup sering ke rumah bu Shopia untuk mengantar kue. "Bulan?!" Matanya melebar saat dia melihat sosok Bulan yang berjalan ke arahnya
"Sombong banget lu ya, Clara minta lu duduk doang kayanya susah banget buat lu" Ucap Bulan saat dia sudah berada dihadapan Danira
"Apaan sih lu?! Lu gak ngerti---"
"Apa?! Apa yang gue gak ngerti?! Elu tau dia sedih karena lu gak mau ikut kumpul tadi. Iya sih gue tau, gue emang cupu, gak level deketan sama gue bagi lu si populer. Tapi ini buat Clara...bukannya lu yang paling kenceng nangis waktu dia mati. Kenapa sekarang gak peduli? Bohongan doang nangisnya, hah?!"
"Diem lu! Lu tau apa tentang gue? Gak usah sok peduli! Lu tuh egois, lu yang paling jahat, tapi lu gak mau mengakui itu, jadi lu nyalahin gue!" Danira menyentak balik. Dia mengangkat telunjuknya dan menunjuk-nunjuk wajah Bulan "Lu yang ninggalin kita, gak usah merasa paling baik!" Ucapnya lagi, lalu pergi
"Gue terpaksa, Danira. Gue juga gak mau kaya gitu!"
"Ya lu pikir gue mau?! Lu pikir gue mau hidup kekurangan kaya gini dan harus nyari uang dengan populer?! Gue juga cape, dan lu gak ngerti itu." Danira menghentikan langkahnya tapi tidak membalikan badannya "Gue harus temenan sama mereka biar gue bisa mempopulerkan usaha mama gue. Lu gak ngerti!"
"Lu pikir gue gak mau bantu? Alana? Erisa? Lu pikir mereka gak mau bantu lu?"
Danira mengepalkan tangannya dan membalikkan badan untuk menatap Bulan
"Gak usah sok peduli! Lu kan cuma peduli soal belajar! Kenapa? Gak suka gue bilang gitu?" Tanyanya yang membuat Bulan terdiam "Dan soal Clara...gue peduli sama dia. Gue bakal datangi Alana, gue bakal bantu Clara, tapi waktu itu gue gak bisa. Dan ya gue jauh lebih peduli tentang pertemanan kita dibanding lu"
"Gak usah bandingin gue sama lu, gak sudi gue. Okeh! Kalo lu emang peduli ya buktiin aja" setelah mengatakan itu Bulan pergi meninggalkan Danira yang masih terdiam ditempatnya
"Gue merasa bersalah. Kalo gue gak ngajak lomba lari waktu itu...mungkin Clara masih baik-baik aja" gumam Danira sembari terus menatap punggung Bulan yang semakin menjauh
KAMU SEDANG MEMBACA
abcde✔
Novela Juvenilkisah 5 orang sahabat yang kini menjadi asing karena meninggalnya salah satu dari mereka