6 years later
"Wren!"
"Baby..." teriak seorang wanita yang mengenakan rok putih dan baju coklat tua bermotif bunga. Ia baru saja keluar dari rumahnya. Rumah yang tidak begitu besar bewarna krem kecoklatan. Bahkan cenderung tampak menempel satu sama lain dengan rumah di sekitarnya.
"Wren!" panggilnya lagi kini ia beralih ke samping kiri rumahnya. Di bawah pohon plum. Seorang bocah berambut hitam legam dan mata coklat tengah memetik bakal buat plum yang terjatuh di tanah.
"Wren.... mommy memanggilmu dari tadi. Kenapa tidak menyahut?"
Kini bocah kecil itu menoleh ke arah sang ibu. "Hm?"
"Kau sedang apa?"
"Mengambili bunga kecil ini."
"Wren sudah hentikan, atau tanganmu akan kotor jika memunguti benda itu terus."
"Sebentar Mom."
Wanita itu menghela napas. Ia sudah terbiasa dengan keseharian ini. "Here you go." Gadis kecil itu mendekati sang ibu dengan rok yang terangkat untuk menangkup hasil pungutannya.
"Where is your brother?"
Bocah berkulit putih pucat itu mengendikkan bahu. "I dont know, Mom."
"Can you find him, please...?" Mohon wanita itu dengan suara lembut.
"Why me?" jawab bocah itu dengan nada tak suka.
"Oh c'mon baby, i need to talk to your brother now."
"No i won't! I hate Zeus!" Kesalnya menghentakkan kaki kiri kesal lalu beranjak dari tempat tersebut sembari membawa hasil pungutannya ke dalam rumah.
Wanita itu menghela napas.
"Apa lagi?" ucap bocah kecil itu menoleh pada sang ibu.
"Jangan bawa bunga itu ke ruang tamu atau Mommy akan menyuruhmu membersihkan."
Bocah lima tahun itu memutar bola matanya jengah. "Ya ya ya..."
"Kenapa sih Mommy selalu mengkhawatirkan Zeus?"
Wanita itu mendekati sang anak dan menyentuk kedua pipi gembulnya. "Bukan hanya pada Zeus, Mommy juga mengkhawatirkamu karena kalian saudara sayang."
"Kenapa sih harus Zeus yang lahir lebih dulu?"
Wanita itu terkekeh. Ya, dia adalah Cleo. Kini ia hidup bersama kedua anak kembarnya serta adiknya. Di sebuah rumah sederhana bertingkat pinggir lautan.
Bocah 5 tahun ini benar2 menguji jiwa keibuannya
"Why?" jawabnya lembut.
"Lihatlah, dia menghancurkan ramuanku!" Tunjuknya seraya berjalan ke meja depan yang berisi mainan dengan wadah-wadah ala laboratorium.
Cleo terkekeh. "Hahaha hari ini apalagi yang kau buat, Sayang? Kemarin kau membuat ramuan penghilang kerutan. Sekarang apa?"
"Ya aku akan membuat ramuan untuk mommy agar tampak cantik seperti aku," ucapnya dengan penuh kepercayaan diri.
"Oh maksudmu aku tidak cantik?"
"Bukan, mommy ku ini saaaangat cantik."
Cleo mencebikkan bibir gemas dengan ucapan putrinya itu.
"Yasudah terserah kau saja. Tapi jangan lupa bereskan nanti ya."
"Siap mom!"
"Oh ya, di mana Uncle Damian?" tanya Cleo lagi.
"Dia berada di... " ucapnya sambil celingak celinguk ke segala arah.
Senyumnya mengembang mendapati orang yang tengah dicarinya akhirnya terlihat dari kejauhan. Seorang pria berambut hitam kecoklatan membaca keranjang di tangan kiri dan tangan kanannya membawa sebuah box.
"Aha! Itu dia!"
Wren memanggil, "Uncle! Uncle!"
Cleo pun juga tersenyum melihat sang adik datang yang tentunya membawa pesanannya. "Hei kau sudah mendapatkannya?"
"Tentu ini." Damian memberikan box pada Wren.
"Wahhh terima kasih Uncle Damian!"
"You are welcome baby."
****
Welcome to this story😂 cerita yang update nya setahun sekali ahhaa
Kabuuuuurr
![](https://img.wattpad.com/cover/147872534-288-k954699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Scientist [#2 LANCASTER SERIES]
Ciencia Ficción#1 in Science Fiction Category [#2 LANCASTER SERIES] --> Mature Content🔞 be wise readers "Kau benar-benar sudah melampaui hukum alam, Brahms! Kau akan dihukum karena ini!" "I DON'T FUCKING CARE!!!" Jeaden Brahms Lancaster, putra kedua keluarga Lanc...