Mark membuka pintu ruangannya dengan wajah lesu. Hari ini ia merasa begitu lelah, tetapi sayangnya pekerjaannya belum selesai dan ia masih harus menyelesaikan beberapa masalah, untuk itulah ia harus lembur. Mark menarik dasinya yang terasa mencekiknya dan melonggarkan benda itu dari lehernya sambil mendesah dengan keras.
Pikiran Mark begitu kusut, dan kepalanya terasa sakit. Ia memijat pelipisnya dan berjalan menuju mejanya ketika tiba-tiba saja kursinya berputar dan menghadap ke arahnya, menunjukkan seseorang tengah duduk di sana dengan ekpresi cemberut diwajahnya.
"Yeri?" Mark hampir berteriak melihat wanita muda itu sedang duduk dikursinya sambil menyilangkan kakinya. "Oh, god. Sejak kapan kau ada di sana?" Serunya.
"Berani-beraninya kau memanggilku Yeri." Wanita itu menatap Mark dengan sinis. "Apakah karena kau sudah menikah dengan adikku dan sekarang mulai berani?" Tanyanya, dan menggantikan tatapan tajamnya dengan tawa yang cukup keras hingga matanya membentuk lengkungan seperti bulan sabit.
Mark berdecak, "adik siapa yang kau sebut adik, ha?" Ia memutar bola matanya dengan malas. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Jahat sekali," Yeri bangkit dan berjalan menuju Mark. "Tidak ada pelukan hangat untukku, tuan tampan yang sombong?" Tanyanya sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Mark. "Aku sangat merindukanmu, adik kecil."
"Berhenti memanggilku begitu, itu terdengar menjijikan." Berkebalikan dengan perkataannya yang terdengar menyebalkan, senyum Mark kini mulai terbit, ia berjalan menghampiri Yeri dan memeluknya dengan erat. Mencium bahu wanita itu dan mendesah dengan lega. Rasa lelahnya kini hilang dan menguap dari tubuhnya.
"Kupikir aku saja yang merindukanmu." Gurau Yeri di tengah pelukan mereka, ia mengelus punggung Mark dengan sayang.
Mark menggeleng, "aku juga merindukanmu. Kau pulang tanpa mengabariku lagi dan tiba-tiba sekarang ada di ruanganku. Untuk apa?" Desisnya.
Yeri melepaskan pelukan mereka dan mencium pipi Mark, "kau benar-benar tidak berubah. Selalu sinis dan menyebalkan padaku." Ia lalu berjalan menjauh Mark dan duduk di sofa yang tersedia di ruangan pria itu dan menyilangkan kakinya.
"Suka-suka diriku berada di mana saja." Yeri mengibaskan rambutnya yang panjang dengan centil.
"Tapi aku serius, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau malah pulang ke Seoul? Sudah kubilang untuk menetap di Kanada lebih lama." Mark kini berbicara dengan nada serius.
Yeri melipat tangannya di depan dadanya dan menatap Mark dengan kesal, "jangan mengaturku. Aku bisa pulang kapan pun aku mau. Dan aku telah menuruti permintaanmu untuk membantumu dan suamimu itu. Sekarang sudah saatnya aku pulang, kau pikir aku tidak memiliki kehidupan di sini? Lagipula pernikahanmu dan Donghyuck sudah berjalan hampir setahun. Tidak ada salahnya untuk menyapa adikku tercinta." Kilah Yeri.
"Haechan." Koreksi Mark. "Dan semuanya belum selesai, aku dalam masalah besar sepertinya." Mark ikut duduk di samping Yeri dan memasang wajah frustrasinya.
Yeri mengedikkan bahunya tidak peduli dengan perkataan Mark. "Jangan menggerutu seperti itu, kau tidak pantas melakukannya." Candanya, "tapi aku di sini untuk membantumu, kau tahu." Yeri mengedipkan selah matanya. "Lalu bagaimana dengan kabar suamimu? Aku sebenarnya tidak sabar ingin bertemu dengannya."
"Haechan masih tetap sama." Mark menjawab sambil menatap Yeri penuh arti. "Dan kau sudah cukup membantu dengan tetap tinggal di Kanada. Kepulanganmu hanya akan menyulitkanku." Sahut Mark.
"Jeez, aku hanya menanyakan kabar Donghyuck, dan aku sangat merindukan lelaki kecil itu. Kenapa kau selalu marah-marah? Kau memang menyebalkan persis seperti yang Jaemin katakan." Yeri berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage
Fanfiction《《《BAHASA》》》 ‼️ read the tags on summary . . Haechan always felt his life was very funny, but when he married Mark Lee he felt his life was at the peak of comedy. "Don't worry, this isn't the first time." Mark smiled crookedly. . . Mark Lee x Lee H...