Welcome Home

535 56 20
                                    

Haechan turun dari mobilnya setelah berkendara cukup lama karena ia kehilangan arah. Ia akhirnya memarkirkan mobilnya di sebuah jalan perumahan yang cukup sempit dan berkelok dengan pagar tembok yang menjulang tinggi yang membatasi jarak pandangnya.

Haechan tidak pernah menduga untuk datang kemari sebelumnya. Tetapi saat memikirkan ia tidak memiliki tempat lain sebagai tujuan, ia tiba-tiba teringat dengan "hadiah" yang pernah Jeno berikan padanya. Dan di sinilah ia sekarang, Haechan menatap sebuah rumah dengan alamat seperti yang Jeno berikan. Ia tidak tahu apa yang akan menantinya di dalam, Haechan terlalu lelah untuk menerka-nerka.

Haechan berjalan menuju pagar tembok berwarna putih itu yang menjulang sangat tinggi dengan pintu kayu di tengahnya. Pepohonan rindang dan tak kalah tinggi juga berada di belakang pagar itu hingga membuat Haechan tidak bisa melihat rumah yang ada di dalamnya.

Ia menatap ke arah pintu dan bingung harus melakukan apa. Haechan melihat sebuah kunci smartlock yang berada di sisi pintu kayu itu. Ia mencoba menyentuh benda itu dengan tangannya dan terkejut ketika kunci itu ternyata menyala.

Tiba-tiba Haechan teringat dengan angka lain yang tertulis di dalam kertas yang Jeno berikan selain dari angka yang menunjukkan letak geografis dari rumah ini. Mungkinkah itu dimaksudkan sebagai kata sandi dari kunci rumah ini?

Haechan berani bertaruh, angka-angka itu memang dimaksudkan untuk ini. Ia lalu dengan percaya diri mengetikkan susunan angka-angka yang terpatri di dalam otaknya. Tentu saja ia mengingatnya dengan jelas, angka-angka itu merupakan kombinasi tahun hingga hari dari ulang tahun Haechan sendiri.

Haechan tanpa sadar menahan napasnya, menunggu penuh antisipasi. Dan ketika pintu itu berbunyi lalu terbuka, ia kembali bernapas dengan lega. Haechan menatap ke sekelilingnya yang sepi, ia sejujurnya agak takut seseorang akan menangkapnya sekarang karena ia tengah melakukan pelanggaran dengan memasuki rumah orang lain sembarangan.

Jantungnya berdegup dengan kencang dan tangannya basah oleh keringat, ia menaiki satu persatu anak tangga yang membawanya menuju pintu utama rumah itu.

Haechan menelan ludahnya dengan kasar. Pintu depan rumahnya juga menggunakan fitur kunci smartlock, mungkinkah kata sandinya sama dengan pintu pagarnya, Haechan bertanya-tanya dalam hatinya. Walaupun diselimuti oleh keraguan dan ketakutan, tubuhnya tetap bergerak dan memaksanya masuk seolah otaknya tengah dikendalikan virus zombi.

Haechan terkesiap ketika mendapati pintu itu terbuka dengan tiba-tiba saat ia menyentuh kuncinya. Ia memikirkan kemungkinan seseorang membuka pintu itu dari dalam, tetapi reaksi tubuhnya terlalu lamban dan ia hanya bisa terpaku di sana.

Setelah menunggu selama lima detik, ternyata tidak ada siapapun di sana melainkan hanya dirinya sendiri. Haechan sangat terkejut ketika menyadari jika sidik jari tangannya terekam di rumah ini dan memiliki akses untuk membuka pintu itu sekarang.

Haechan menggigit bibir bawahnya dan merasakan detak jantungnya berpacu dengan cepat. Tubuhnya dipenuhi hormon adrenalin. Dan rasa penasarannya semakin besar sehingga membuatnya bergerak secara otomatis. Haechan membuka pintu itu dengan lebar dan mulai memasuki rumah itu.

Haechan akan mengesampingkan kenyataan mengenai dirinya yang bisa membuka pintunya. Ia memilih untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu. Lorong yang dilaluinya cukup panjang, ia membutuhkan waktu lima detik berjalan menuju pintu yang membawanya ke ruang tengah rumah itu.

Haechan cukup terperangah ketika membuka pintu, lalu di hadapkan dengan pemandangan di hadapannya. Ia terkesima dengan besar serta megahnya rumah yang dimasukinya ini. Namun ia juga cukup terkejut karena betapa familiarnya keadaan dan suasana rumah ini.

Ruang tengah yang dilihatnya sekarang memiliki suasana dan interior yang sama dengan rumah keluarganya yang berada di Chicago. Hidung Haechan menangkap aroma agarwood yang cukup segar dan menenangkan. Tentu ia langsung tahu, ia begitu mengenali wangi ini, papa Ten selalu membakar dupa dengan aroma pohon gaharu di rumah mereka di Chicago, dan ia selalu merasa rileks serta nyaman jika mencium aroma ini.

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang