Prolog: Gadis yang Senang Mengobrol.

2.1K 351 56
                                    

Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

PROLOG: Gadis yang Senang Mengobrol

"LOVELY, isn't she?"

Mulanya, lelaki berkacamata itu tidak memperhatikan siapa yang dimaksud oleh kawan sejawatnya. Namun, karena sang kawan terus membicarakan orang yang sama, lelaki itu mendongak dari salinan rekam medis di tangannya.

"Arah jam 9, sebelum gerbang keluar," ulang kawannya, lalu ketika dia menoleh, sang kawan memperingatkan, "jangan terlalu diperhatikan, nanti orangnya sadar."

Dia lagi. Gadis yang sama.

Lelaki berkacamata merasa peringatan kawannya itu percuma. Gadis yang dibicarakan terlalu larut dalam obrolan dengan pedagang dawet ayu dan seorang pembeli lain. Wajahnya tidak begitu jelas dilihat dari tempat lelaki itu, tetapi bahasa tubuhnya menyiratkan antusiasme. Sesekali, dia tergelak ringan diiringi anggukan pelan.

"I love the way she laughs," tambah sang kawan lagi, "hard to describe, tapi selalu nyaman dilihat berlama-lama."

"Cantik, that's it. You mean she's beautiful." Lelaki itu menggulung dan menyimpan kertasnya pada saku bagian dalam jas.

"No--yeah, I mean, she's beautiful. Not that beautiful 'beautiful', but ... dia berbeda. A different kind of beauty."

Karena dia tidak ikut merasakannya, lelaki itu mengangkat bahu. Ada dua hal yang dia pahami dari situasi ini.

Pertama, sang kawan ini sudah memperhatikan si perempuan muda kira-kira sejak dua bulan yang lalu. Berawal dari depan salah satu ruang kuliah Pendidikan Dokter, hingga berlanjut ke food court, perpustakaan, dan hari ini rumah sakit pendidikan. Sang kawan hanya mengamati dari kejauhan, dan dirinya selalu diseret dalam usaha diam-diam itu.

Jika ada yang berbeda, mungkin karena setiap kali dua sejawat itu mendapatinya, gadis itu selalu sedang mengobrol.

'Hampir semua perempuan suka mengobrol' adalah rahasia umum yang tidak terbantah. Namun, mereka tidak memulai obrolan dengan sembarang orang jika tanpa tujuan pasti. Hanya kepada orang yang dikenal. Sedikit berbeda dengan gadis berpotongan rambut bob itu. Pada banyak kesempatan, gadis itu terlihat bercakap-cakap dengan orang asing yang dipilihnya: sekuriti, juru parkir, tukang becak, tukang ojek, pedagang asongan, pedagang makanan, pedagang mainan, reparasi sepatu keliling, pengamen, bahkan kucing.

Oh, bukan, dia bukan sejenis gadis yang menceritakan derita hidup kepada kucing. Kucing liar itu menghampirinya ketika sedang makan nasi kuning pedagang kaki lima, jadi dia memesan satu lauk tambahan untuk ditaruh di depan hewan kurus itu. Lalu, keduanya makan dalam diam.

Kedua, lelaki itu paham sang kawan sedang mengalami gejala cinta. Diagnosisnya kali ini pasti tepat.

"Stop talking rubbish to me. Make a move. Do something. Go smash her you bloody creepy stalker," sindirnya, tanpa sadar melontarkan umpatan british kentalnya karena kesal.

Kawannya tertawa. "Should I? Aku tidak cukup menarik untuk dia pilih sebagai teman percakapan random seperti itu. Apa menariknya konsulen bedah umum? Dia calon dokter, anyway. Medis makanan sehari-harinya. Daripada aku, pedagang dawet ayu di sana punya lebih banyak cerita baru dan seru untuk gadis yang seperti dia."

Lelaki itu tidak sepenuhnya sependapat. Jika kawannya tidak semenarik itu, mustahil para perawat dan koas perempuan diam-diam menanyakan padanya apakah kawannya itu sudah memiliki kekasih.

"She's a welcoming one. Dengan senang hati dia akan merespons bahkan kalau kamu yang pertama memulai."

"Respons sopan-santun standar which means I still cannot catch her attention, Dude."

"Man, unless you show her some interest. Tanya saja namanya."

"Namanya Wening."

Jawaban itu di luar dugaan. Lelaki berkacamata menoleh keheranan pada sang kawan yang kemudian melanjutkan, "Pedagang bakso yang mangkal di luar gerbang FK memberitahuku."

Lelaki itu ber-ah pelan, kemudian mengembalikan pandangannya pada si gadis yang melambaikan tangan mengiringi kepergian gerobak es dawet ayu. Sambil menenteng dua plastik es, dia kembali ke parkiran sepeda di samping parkiran motor. Seorang juru parkir datang untuk membantunya mengeluarkan sepeda. Gadis itu menyerahkan salah satu plastik kepada juru parkir. Mulanya dia ditolak, tetapi karena kegigihan gadis itu, si juru parkir menerimanya.

Gadis itu segera menaiki dan mengayuh sepedanya. Dia keluar kompleks rumah sakit tanpa menyadari ada dua pasang mata yang sejak tadi mengamatinya dari parkiran mobil.

Lelaki itu menyikut kawannya yang masih bergeming karena terkesima. "Kita tidak diam di sini sampai besok karena satu perempuan. Aku sudah lapar."

Dia merogoh kunci sedan dari saku celana, tetapi berhenti saat lengannya ditahan sang kawan. "I will."

"Sorry?"

"I'll do it. Show her some interest."

Kesungguhan sang kawan terpancar jelas dari matanya, tetapi lelaki itu tidak tahu harus menanggapi apa selain, "Yeah." Dia berpikir sesaat sebelum menambahkan kalimat dukungan lain. "Great. Finally. Aku menunggu kabar baiknya."

"But I need your help. Do something for me, would you?"

•°•°•

Malang, 5 Juni 2023.

Kurirasa 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang