DISCLAIMER
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebelum menyelam lebih jauh dalam cerita ini:
1. Kedua tokoh utama BEDA AGAMA.
Satunya Islam, satunya Katolik. "Kenapa nggak dibikin sama, sih, Kak? Sengaja mau adu domba, kah? Karena ini happy ending, berarti salah satu bakal convert."
(dan pembaca MBAK/Sakura Kiss pasti tahu siapa yang bakal convert di sini 😅)
Jawabanku: karena itu LOGIS. Karena LOGIS kalau mereka beda agama.
Justru kalau di awal keduanya sudah sama-sama Islam jadi CACAT LOGIKA. Sejak awal, si male lead ini turunan bule murni. Nggak ada mix manapun dan nggak pernah bersentuhan dengan budaya ketimuran, apalagi Islam. Dia baru mengenal teman-teman muslimnya pertama kali di Indonesia. Jadi, kalau dia sudah Islam sejak awal, itu biggest plot hole.
Kalau sejak awal agama mereka sama, tandanya aku penulis yang males putar otak, pengin cari aman tapi mengesampingkan logika cerita.
2. Ini BUKAN cerita religi.
Genre utamanya romansa dan keluarga. Pembahasan religi harus ada karena itu bagian dari konflik romansanya. Meskipun salah satu bakal convert, aku tidak mendiskreditkan agamanya yang lama. Juga tidak mengglorifikasi agama yang baru seolah yang ini lebih baik (dibanding yang itu). Keduanya akan kutulis secara berimbang. Caranya? Baca aja dulu, nanti tahu.
Ini bukan cerita tentang pencarian eksistensi Tuhan. Ini tentang pasangan dengan jurang gap yang sangaaaaaat besar dan dalam. Tentang kompromi yang mereka lakukan untuk menjembatani gap itu supaya bisa bersama. Nggak cuma yang convert yang berkompromi besar-besaran, sementara yang satunya berleha-leha sambil ngucap syukur. GAK GITU PAK EKO 😭 Yang satunya pun akan jor-joran membersamai yang convert dalam proses adaptasinya. Mereka itu sama. ❤️
3. Convert karena bucin.
Iya. Enggak usah munafik dan bukalah mata baik-baik. Faktanya, mereka yang convert hampir semua karena pasangan. Demi pasangan. Bukan 100% panggilan dari lubuk sanubari terdalam untuk mengimani Tuhan dari agamanya yang baru.
Pada awalnya begitu.
Sisanya tinggal bagaimana si converts ini menekuni agama barunya. Golongan mbelgedes yang ibadah ogah-ogahan ada, golongan lurus yang akhirnya kebawa pasangan jadi beneran taat juga ada. Iman manusia dalam beragama itu naik-turun. Jadi, proses menuju taat pun nggak mungkin instan. Karena yang instan-instan itu nggak sehat, yagesya.
Yang udah baca MBAK/Sakura Kiss, menurut kalian si converts di cerita ini masuk golongan yang manakah?
Kalau menurut Hansel, "Golongan yang mandi sebelum subuh kecuali Mama mens."
4. Happy ending.
Jelas happy ending, wong sudah ada di MBAK/Sakura Kiss.
Sejujurnya, dari sekian romansa (fiksi) yang kubaca, yang mengusung tema serupa, pasti berakhir sad. Dalam artian mereka pisah. Itu nggak salah, memang masuk akal. Tapi kenapa nggak ada yang mau coba buat happy ending berakhir bersama gitu, sih? Takut pro-kontra kah? Atau aku yang mainnya kurang jauh? 🥲
Padahal, di lapangan, banyak juga kok pasangan beda agama dan akhirnya bisa menua bersama. Entah dengan pernikahan beda agama atau salah satu convert dulu. Untuk opsi pernikahan beda agama bakal menimbulkan pro-kontra tentang keabsahannya, dan materi itu di luar kapasitasku, jadi aku nggak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurirasa 1990
General FictionADIK MENIKAH DULUAN, MEMANGNYA KENAPA? Ketika Wening dilangkahi oleh sang adik, seketika keluarga besar mulai panik. Kekhawatiran mengenai calon jodoh yang menjauh hingga masa depan rumah tangga yang keruh membuat Wening terdesak oleh tuntutan menca...