Contract Marriage?!

268 27 10
                                        

"Bagaimana kalau kita menikah saja?"

"Ngapain?" Riku tidak yakin apakah ia mendengarnya dengan benar, tapi yang pasti, Iori tidak memintanya untuk menikah dengannya, kan?

"Menikah. Tidak perlu yang grand, cukup nikahan private" ucap Iori seolah-olah dia sedang mendiskusikan sesuatu yang sederhana seperti cuaca. 

"Kita bisa membuat kontrak, hanya di antara kita berdua, yang menyatakan apa yang kita dapatkan dari perjanjian ini."

"Perjanjian?" Riku malah bertanya-tanya apakah Iori berada di bawah pengaruh semacam obat karena. "Kenapa?"

Sedikit ketidaksabaran melintasi wajah Iori. Kakinya bergeser dari lututnya dan dia mencondongkan tubuhnya ke depan, siku bertumpu pada pahanya. 

"Kupikir ini adalah cara yang sempurna untuk mengebor kepala manajer ku dan mudah-mudahan membuat publik sadar kalau aku tidak tertarik pada aktris itu... Dan aku harap ini akan menghentikan manajer untuk memaksa ku ke dalam situasi seperti membuat film dengan aktris ini - Kau tak perlu tahu siapa dia... "

Iori menghela nafas, "Semoga ini juga menghentikan orang tuaku untuk mencari tunangan dadakan..."

"Aku mengerti," adalah satu-satunya kata yang bisa diucapkan Riku saat ini. 

Ia ingat dari Haruka kalau Iori memang membantah tuduhan atas rasa sukanya pada seorang aktris... "Apa untungnya bagiku?"

Iori menegakkan tubuh, tatapannya tertuju pada Riku saat dia berkata, "Baiklah, jika kamu tetap menikah denganku, setidaknya untuk satu tahun, kan ku kembalikan rumah ini padamu. Tidak ada pembayaran apapun. Seperti yang kukatakan, kita akan menulis kontrak atau lebih tepatnya surat perjanjian yang menyatakan apa yang ku harapkan darimu dan apa yang akan kau dapatkan sebagai imbalannya."

Entah bagaimana, Riku memiliki firasat bahwa dia sedang berada di sorotan untuk salah satu acara lelucon yang populer dan mengharapkan Riku untuk melompat dan berkata "Kamu kena Prank!" atau sesuatu yang serupa dengan itu. 

Tapi Iori tampak seperti gelisah, semacam itu. Dan Riku sangat ingin tahu. "Jadi kalau aku setuju, aku akan mendapatkan rumah ini kembali?" Tokiya mengangguk. "Gratis?"

"Hanya jika kamu tetap menikah denganku setidaknya selama satu tahun."

Kedengarannya adil... mungkin? "Hanya itu yang harus kulakukan?"

"Kamu harus tinggal di sini bersamaku, tentu saja," ujar Iori, terdengar sangat tegas. 

"Kalau tidak, media dan masyarakat pada umumnya akan mempertanyakan keabsahan pernikahan kita. Tapi kamu akan punya kamar sendiri. Dan... apakah kamu bekerja?"

RIku mengangguk. "Tidak bekerja di kantor. Aku biasanya bekerja dari rumah. Sebagai guru online? Tidak besar, hanya cukup untuk membayar tagihan dan menyediakan makanan di meja."

"Kamu tidak perlu khawatir soal uang. Aku yang akan menanggung tagihan dan biaya belanja, tapi kamu yang harus berbelanja," kata Iori dengan cara yang jelas bahwa dia tidak meninggalkan ruang untuk berdebat. 

"Sebagai gantinya, kamu harus membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyiram tanaman dan-"

"Jadi istri sekaligus ibu rumah tangga saja," kata itu meluncur dari bibir Riku sebelum ia sempat menggigit lidahnya - Oh my God! Gua ngomong apa?!

Mata Iori menyipit. "Tentu saja, kau boleh menolak, lupakan kita pernah membahas ini tapi-"

"Ah, aku mau!" Riku berteriak lalu mencaci maki dirinya sendiri karena tidak berpikir dua kali karena... karena ini benar-benar gila!

Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang