13

132 22 2
                                    

Benarkan yang Waksa duga, keduanya tidak mungkin hanya akan berakhir ke rumah masing-masing. Marko dan Reva sekarang berhenti di sebuah lobby hotel. Dengan Marko yang memapah tubuh mabuk Reva.

Waksa tak melewatkannya begitu saja, ia memotret setiap gerak-gerik dua manusia itu. Jinan yang di sampingnya sedang menyetir, hanya bisa melihat dalam diam. Jinan tak tahu rencana apa yang dibuat Waksa hingga ia rela membututi pasangan itu.

"Ngapain sih kita sampai ke sini segala, urusan mereka sama kita apa?" tanya Jinan agak kesal, sebab ia jadi ikutan dibawa-bawa begini. Padahal rencananya ke Bar adalah untuk mencari pasangan one night stand baru.

Bukannya di jawab, Waksa malah memaksa Jinan keluar dan mengajaknya masuk hingga ke dalam hotel dan membututi dua sejoli itu. Seperti seorang istri yang sedang memergoki suaminya selingkuh.

Jinan menghela nafas lirih, jika Waksa sudah berambisi tidak ada yang bisa menghentikannya. Jadi ia hanya ikut ke sana kemari menemani Waksa hingga mereka pulang. Iya pulang, Jinan sudah tidak memiliki mood untuk kembali ke Bar, dan Waksa juga tidak bilang ingin ke mana. Jadi sebagai sopir dadakan, Jinan membawa Waksa pulang dan ia juga pulang.

Keesokan harinya di rumah Anjani, pagi-pagi sekali ponselnya sudah ramai dengan beberapa pesan masuk. Anjani meneliti pesan itu, yang ternyata dari nomor yang tidak di kenal.

Sebuah foto, oh tidak banyak sekali foto bahkan ada juga video. Marko dan Reva? Di sebuah hotel saling berpelukan.

Jantung Anjani rasanya masu berhenti saat itu juga. Tidak mungkin kan, Marko, kekasihnya selama ini berselingkuh dengan sahabatnya pula. Ini pasti jebakan, mana mungkin hal ini terjadi.

Pikiran Anjani mengelak sekeras mungkin, berusaha tidak langsung menuduh Marko selingkuh. Ia percaya pada lelaki itu.

X : [Terkejut?]

Sebuah pesan dari nomor tidak di kenal itu muncul lagi. Kata-katanya seperti sedang mengejek keadaannya. Anjani tak tinggal diam, ia langsung membalas dengan emosi.

[Apa-apaan ini? Siapa lo?]

X: [Sayang sekali, ternyata kekasih yang selama ini lo cintai tukang selingkuh ya.]

[Ini palsu, gue ngga percaya!]

X: [Mau bertaruh jika ini palsu atau bukan? Kalau mau, gue bakal tunjukkin buktinya langsung.]

Anjani terdiam, pengirim pesan ini sangat percaya diri sekali. Anjani mulai goyah, bagaimana jika ini serius. Ia tidak tahu bagaimana hatinya menerima penghianatan ini jika Marko benar-benar selingkuh.

Anjani tak yakin apakah orang ini bisa dipercaya, tetapi ia sangat penasaran. Ia tak mau hatinya dalam keadaan tidak pasti.

[Di mana gue bisa ketemu lo?]

X: [Good, dateng sekarang ke hotel xx. 'The Show' will start soon.]

Anjani menggenggam ponselnya, ia berlari ke kamar mandi untuk bersiap.

Di sisi lain, Waksa tertawa kecil melihat ponselnya. Ternyata Anjani sangat mudah termakan umpannya. Dengan begini, misinya untuk menghancurkan Anjani akan sangat mudah terlaksana. Dan juga Reva akan mudah juga ia singkirkan. Sekali dayung dua tiga pulai terlampaui.

Sesekali Waksa menyeruput kopinya, melihat orang-orang berlalu-lalang keluar masuk hotel.

Semalam setelah Jinan mengantarnya pulang, Waksa langsung menghubungi sekertaris Ayahnya untuk mencarikan informasi tamu pada hotel yang di tempati Marko dan Reva. Kenapa ia bisa melakukannya?

Tentu saja karena hotel itu adalah miliknya, meski belum resmi karena masih sang Ayahlah yang mengelolanya. Dengan mudah Waksa mengetahui informasi check in Marko dan Reva.

Makadari itu pagi ini, sebelum dua sejoli itu keluar dari kamar mereka untuk check out Waksa sudah sampai duluan di hotel. Masih ada satu jam perkiraan Waksa sebelum Marko dan Reva keluar. Waksa harap Anjani tidak melewatkan siarang langsung kekasih dan sahabatnya selingkuh.

TBC

Bucin [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang