Second

431 14 1
                                    

One weeks later...

Ran tersenyum sepanjang pulang dari kampusnya. Memang hari yang melelahkan, namun kali ini dia memiliki bahan candaan baru. Ah.. she is pretty but–

Ran menepis kata pretty dari pikirannya. Ia hanya akan memuji untuk gadis yang dicintai, nantinya.

Seminggu ini memang kamu menjadi bahan omongan anak-anak kampus. Banyak yang mendukung, banyak juga yang menjatuhkanmu.

"Tumben senyum mulu,"

"Zu, lucu kali lah hari ini."

"Bahan baru ye?" Sanzu memutar bola matanya malas sembari menyesap kopi susu yang dia beli.

"Hahaha, true!"

"Gua no comment si.."

Ran tiba-tiba saja memiliki ide, dia memeriksa ponselnya dan mengetik sesuatu di kontak seseorang.

"Pak Ben, antar saya ke asrama univ dong,"

Sanzu tidak heran dengan niat Ran yang setiap harinya brutal. Sanzu hanya akan ikut mengantar, namun tidak menemaninya.

"Lu di mobil aja zu, kalo gua kelamaan pulang aja sama Pak Ben."

"Ngapain dah?"

"Sst, gua ada janji."

"Buka atau gua dobrak," Ran mengetuk pintu asrama itu berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buka atau gua dobrak," Ran mengetuk pintu asrama itu berkali-kali. Tetapi, sang pemilik ruangan hanya diam.

"Dih bangsat!"

Ran memeriksa kantong jasnya dan mencari duplikat kartu akses. Dia tersenyum saat percobaan kelima berhasil.

"M.. mau apa lo?!"

"Gua nggak akan ngapa-ngapain kalo lo mau dengerin gua ngomong." Ran mencoba menenangkanmu yang sudah memegang sapu di genggaman.

Ran mendekat perhalan dan menarik sapu dari genggamanmu, menyingkirkan benda itu. Ran menghimpit badan yang berbalut hoodie besar ke dinding.

"Kak Ran, tolong minggir!"

"Name.. gua gitu karena tertarik loh," Ran melingkarkan tangannya di pinggangmu dengan erat.

"Kak lepasin.."

"Not now," tanpa banyak omong, Ran langsung saja mencium bibir basahmu dengan lumatan yang kasar. Oh, bibirnya basah karena kamu habis minum jus.

Bibir yang manis.

Kamu memukul dada Ran agar melepaskan tautan paksa ini. Kamu berusaha untuk tidak menerima lumatan Ran, namun Ran meremas dada dan membuatmu membuka mulut.

Ran sangat nafsu dengan pangutan bibir kalian, muka memerah dan mata sayu milik Ran sangat tampan.

Kamu mencengkram pundak Ran tanda sudah tidak kuat menahan napas lagi. Ran menyudahi ciuman panas kalian untuk jeda sejenak.

Lust [Ran Haitani]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang