ignore typo
Kamu bingung ingin melakukan apa untuk hari ini, pasalnya tidak ada jadwal mata kuliah alias libur. Waktu menunjukkan pukul tiga sore dan kamu hanya merebahkan badamu hingga bosan. Kamu pergi ke kamar mandi melepas semua pakaian bagian atas lalu membelakangi cermin. Disitu kamu lihat tulisan spidol milik Ran samar-samar menghilang.
Kamu bernapas lega. Larut dalam pikiran sendiri, kamu menyadari kalau kamu menyukai Ran. Semakin lama kamu terikat dengannya, kamu merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirimu.
Ponselmu bergetar diatas meja rias, dengan cepat kamu mengambil untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan. Ternyata Claire.
Claire : aku mau ngajak kamu ke cafe internet deket flower shop, be fast ya!
You : okay
Kamu tersenyum lebar kala Claire mengajakmu hang out. Karena akhirnya kamu bisa menghabiskan waktu bersama teman, bukan Ran terus-menerus.
Jalanan lumayan tidak ramai. Meski begitu, kamu tetap ingin berjalan di gang yang sepi tapi aman, biasa dilewati orang-orang.
Ditengah perjalananmu, kamu melihat siluet Ran yang sedang keluar dari nightclub sembari merangkul wanita. Kamu berusaha untuk tidak melihatnya tapi Ran menyadari bentuk badanmu. Ia segera meninggalkan sang wanita lalu menghampirimu.
"Hi princess, how's your day."
Kamu menjawab 'fine' lalu berakting lebih dingin dan tidak peduli dengannya. Ran geram, ia membawamu ke gang yang sedikit sempit.
"Gua minta maaf–
"Kak, buat apa minta maaf, itu terserahmu."
Kamu membalikkan badanmu tapi tangan Ran sudah lebih dulu meraih pinggangmu. Badannya ia condongkan agar pergerakanmu terkunci. Ia menghela napasnya.
"Biarin aku pergi kak!"
"Sstt, bahaya kalo kita pergi sekarang."
"Kenapa sih??! Udah cukup kak aku sakit hati. Kakak gak tau apa-apa tentang perasaanku. Aku capek," katamu sembari mendorong badannya agar menjauh.
Kamu berlari menuju jalan keluar dari gang, tapi tanganmu tetap diraih oleh Ran. Ia menggelengkan kepala sebelum seseorang berdiri menutupi jalan keluar kalian.
"Jangan!"
"Lepasinn.." kamu berusaha memberontak kemudian menoleh ke arah seseorang yang sedang menodongkan pistol ke arahmu dan Ran.
Kamu mendengar suara tembakan lalu menutup mata dengan rapat. Hening beberapa saat kamu membuka mata berharap masih hidup. Tapi yang kamu lihat justru dada Ran yang menutupi pandangan.
Kamu mendongak dengan pelan serta badanmu bergetar. Kamu melihat wajah Ran yang meringis kesakitan karena tembakan orang tidak dikenal itu mengenai lengan Ran.
"Abang! Abang gapapa??" suara familiar datang dari arah belakang punggung Ran, itu adalah Rindou, adik Ran.
"Shh.. iya Rin, untung cuma disini," kata Ran dengan sigap membalut lengannya dengan perban yang dibawa Rindou. Perlahan ia mengeluarkan peluru yang menancap di lengan.
Ran menyandarkan badannya sembari membalut lukanya sendiri. Ia menatapmu yang masih shock juga menutup mulut dengan telapak tangan.
"Name, it's okay."
Badanmu masih bergetar akibat insiden tadi. Ran yang menyadari itu langsung mendekapmu ke pelukannya. Ia mengusap rambutmu dengan satu tangannya dengan lembut.
"Tadi gua mau jelasin kalo klien gua tadi itu orang berbahaya, jadinya gua bawa cewe lain keluar club karna berhubung sama ini."
"Tapi, maksudnya apa? Kalian kenapa sampe ada urusan begitu?"
"Kita punya banyak musuh name," kata Rindou sembari menuntun kalian untuk masuk ke mobilnya.
Kamu mengangguk mengerti apa yang diucapkan Rindou. Tidak ada salahnya mereka sangat ternkenal pasti memiliki musuh.
"Tinggal di mansion gua aja dulu ya name?"
Kamu menatap Ran dengan ragu dan rasa sungkan. Bagaimana jika kedua orang tua Ran melihat dirinya dekat dengan si sulung?
"Aku.." kamu menjawab Ran dengan nada ragu.
"Cukup temenin gua aja."
Kamu mengangguk sebagai tanda setuju sebelum Rin menyuruh kalian untuk beristirahat. Kata Ran, mansion miliknya adalah tempat yang aman untuk ditinggali.
Setelah Ran membersihkan badan dan mengobati lukanya, ia duduk di sofa mewah di samping kasur. Ia menatapmu yang menunduk dan masih duduk di unjung kasur. Ran memutar bola matanya malas melihat tingkahmu.
"Sini," titah Ran.
Kamu tersentak sedikit dan langsung menghampiri Ran untuk duduk di sampingnya. Ia membelai pipimu, mengusapnya dengan lembut, serta menatapmu dengan tatapan yang dalam.
"If I ask you for a date, would you date me?"
Kamu menatap Ran dengan kaget sembari melebarkan matamu. Ran terkekeh karena reaksimu yang sangat lucu.
"I like you"
"Tapi kak.. aku engga pernah pacaran,, terakhir aku ditinggalin. Aku benci punya pacar," kamu menjawab itu dengan senyuman miris.
"Jangan takut, i will help you," kata Ran.
Ran mendekatkan wajahnya ke arahmu, menempelkan bibir kalian tanpa paksaan maupun nafsu. Hanya kecupan lembut.
"Let me be your man."
Satu tangan Ran menarik pinggangmu dan tangannya yang lain mengusap rahang sampai tenggorokkanmu. Ia menekannya dengan pelan agar kamu menjawabnya.
"I.. iya kak," katamu dengan gugup. Jujur, ini seperti mimpi.
"I have prepared something for us. We will go to my family's lake house and no one can disturb our dating,"
Ran menatapmu lagi, wajahnya seakan ingin kamu menerima tawaran itu. Kamu pun mengangguk lalu memeluk Ran.
"Siap-siap pakai dress okay? I will pick you at 3 p.m tomorrow."
"Okay Kak," jawabmu dengan kekehan lembut.
Malam ini, kamu dan Ran menghabiskan waktu untuk mengenal satu sama lain. Rasa sukamu semakin tak terbendung karena perlakuan Ran yang manis malam ini.
Hanya ada afeksi tanpa nafsu. Kamu sangat menyukai momen seperti ini. Kamu merasa sangat aman saat berada disisi Ran. Lagi-lagi jatuh ke pesona Ran.
Tbc.
Dont forget to leave vote and comment, thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust [Ran Haitani]
FanfictionName, seorang mahasiswa biasa yang mendapat undangan ke kampus ternama di daerah Roppongi, Jepang. Roppongi terkenal dengan kemegahan serta sebagai kota bisnis. Tidak heran biaya hidupnya mahal. Siapa sangka, name termasuk ke dalam ekonomi kelas B a...