Seventh

122 5 2
                                    

ignore typo & broken English

Just be careful, love isn't simple. Promise me no promises.

Kamu masih menangis sedari satu jam yang lalu bersama Rindou di studio milik band Rindou. Ia membawamu agar kamu bisa menangkan diri. Wajahmu sekarang sudah berantakan dan matamu membengkak akibat menangis.

Rindou hanya bisa melihatmu dari tempat duduknya yang ada di depanmu. Walaupun Rindou belum tau apa yang sebenarnya terjadi antara Ran dan Claire, yang pasti Ia tau kamu adalah kekasih (?) Ran.

"Udah, kasian mata lu."

"Aku benci banget Rin.."

Rindou mengangguk; ia duduk di sampingmu dengan tangannya yang mengelus lembut rambutmu, memberikanmu sinyal agar bersandar pada dadanya.

"Kamu tau kenapa Kak Ran bisa sama Claire?"

"Ntah. Gua tuh ya jarang banget ngobrol sama dia, cuma urusan penting. Ya lu tau kan kejadian waktu itu? Aslinya gua sama abang itu sindikat suatu grup lah. Tapi kalo ini gua gak ikutan, masalah kehidupan dia yang lainnya kaya rumit aja. Yang pasti dia gak pernah sama sekali bawa cewek ke rumah pribadi keluarga kita selain sama lu."

Kamu mencerna jawaban Rindou yang membuatmu berpikir mengapa Ran melakukan itu.

"Gua sama abang juga cuma tinggal sama ayah. Beliau ngewarisin direktur kampus sama perusahaannya ke Ran. Gua sih juga dapet ya, tapi Ran paling berpengaruh."

"Walaupun kamu jelasin begitupun kayanya gak bakal ngubah apa-apa."

Rindou melihat jam tangannya kembali sebelum meraih lenganmu untuk berdiri dan keluar studio. Kalian berdua berjalan ke tempat parkir motor, kamu menduga Rindou mengajakmu ke tempat dimana motornya terparkir.

"Ah gua lupa bawa helm lagi..."

Rindou menengok kanan dan kirinya untuk melihat beberapa motor yang terpakir. Ia menyeringai kecil saat mendapati motor temannya, Takemichi, yang parkir di sebelahnya. Ia mengambil helm Takemichi lalu memberinya kepadamu. Kamu sedikit kaget saat ia melemparkan helm ke arahmu.

Segera kamu memakainya saat Rindou memberikan sinyal untuk duduk di ruang yang masih tersisa untuk duduk. Ya.. sedikit sempit.

Kamu belum bersiap namun Rindou sudah menancapkan gas! alhasil kamu memeluk pinggang Rindou dengan erat. Sang pelaku hanya tertawa dengan seringainya.

"Kurangajar!"

"Macam siput, lama."

Saat menjelang tengah malam memang sepi, apalagi jalanan ke arah asramamu. Sudah tidak ada kendaraan melintas. Rindou menurunkanmu di depan gerbang asrama tepat sebelum kamu meminta satpam membukakan gerbang, satpam itu sudah mengenali Rindou. Kamu berbalik untuk berterimakasih namun Rindou sudah bergegas pergi lebih dulu.

Berpikir sejenak terasa ada sesuatu yang aneh..

"Oh iya! Ini helm Takemichi gimana njir.."

Kamu mendengus kesal karena helm itu masih di kepalamu, Rindou pun pasti tertawa di jalan.

Karena semua tenaga serta pikiranmu sudah lelah, kamu meutuskan untuk langsung ke kamarmu. Sebelum kamu membukakan pintu, kamu merasa janggal karena lampu di dalam ruanganmu menyala. Padahal kamu mematikannya tadi siang.

Otakmu selalu menangkap hal-hal positif, jadi kamu rasa kamu yang lupa. Setelah membuka pintu, kamu berjalan perlahan sembari menutup pintu dibelakangmu. Samar-samar wangi familiar bisa tercium di hidungmu. Kamu membuka pintu kamar perlahan namun tidak ada siapa-siapa sebelum sebuah tangan menepuk pelan pundakmu.

Jelas sudah pasti itu Ran, karena kamu ingat bentuk tangan orang itu. Kamu enggan menengok ke hadapan Ran.

"Name."

"Apa.."

Dia membalikkan badanmu, melihat wajahmu yang menunduk ke arah lantai enggan melihat wajah Ran.

"Bagus deh kalo kamu pulang bareng Rindou. Di luar bahaya."

Kamu mengangguk sebagai jawaban, tidak ingin mengucapkan banyak kalimat malam ini.

"Kamu lihat?"

"Lihat apa?"

"Claire."

"Iya kak."

"Yah gimana ya mau jelasinnya.. sebelum ayahku meninggal kayanya ini bakalan rumit. Ayah belum warisin semua hak yang aku punya."

"Kalau gitu gak perlu dibikin rumit."

"Honestly, aku tertarik sama kamu. Aku udah ungkapin semua kan kemarin?"

"Sama aja kak, aku gak percaya. Kalau memang Claire bisa bikin reputasi keluarga kamu sama keluarganya naik daun dan banyak apalah itu investor, aku rasa aku bisa kok move on. Lagian sesuai kesepakatan kan? Kak Ran maunya cuma butuh benefit dari aku. Jadi, aneh aja kalau aku anggepnya lebih dari itu?"

Ran menarik lenganmu dan memaksamu untuk menatapnya. Ia menempelkan bibirnya ke bibirmu, menekannya dengan kuat sebelum menjauhkan wajahnya.

"Aku mohon, sebentar lagi."

Kamu menatap wajah pria itu yang sekarang seperti sedang mengemis sesuatu. Bahkan kamu tidak dapat berkata apapun karena wajah itu seperti menghipnotis pikiran dan hati.

Mungkin hanya malam ini kamu bisa merasakannya lagi, menerima Ran, membuatnya mengeluarkan kata-kata kenikmatan. Wajahnya penuh keringat itu mendekat ke arah dadamu, menciumi dadamu yang mengkilap karena keringat lalu turun hingga pahamu. Seems he likes worshiping you right now, but time have limits.

"Ahh- K.. Kak Ran!"

Sudah ketiga kalinya dia melampiaskan amarah, kekesalan, bahkan penyesalan kepada dirimu. Tubuhmu sudah lemah dan hanya bisa mengeratkan cengkraman di punggungnya. Ran menciumu, meraih bibirmu dengan bibirnya dengan lumatan yang bersemangat hingga membuat saliva kalian mengalir sampai dagu.

Ran menjauhkan wajahmu untuk menatap apa yang sudah ia perbuat. Kamu sedikit menangis antara nikmat dan kesal karena pria ini sudah mempermainkanmu. Dia melepaskan tautan kalian berdua, merebahkan badannya di sampingmu sambil meraup napas yang banyak.

Kamu bisa merasakan cairan miliknya mengalir banyak dibawah sana. Bahkan perutmu terasa penuh. Ran menatapmu lalu menyandarkan dagunya di pundakmu.

"Kak, gak ada alasan buat ngejauh. Kalaupun kita pacaran juga gak ada gunanya. I'm just an ordinary girl and you're the famous boy ever."

"Hahah... memangnya aku gak tau siapa keluargamu?" Ran menatapmu dengan wajah mengejek.

"Hm? Siapa?"

"Itu masih panjang buat dikasih tau. Yang penting sekarang aku mau kamu nunggu aku buat selesaiin banyak masalah ini termasuk Claire."

"Kalau aku capek gimana?"

"Aku bakal berusaha, percaya ya?"

Ran mendekap kepalamu di dadanya, menaruh dagunya dipucuk kepalamu. Tatapan mata Ran kosong, seperti melamun akan sesuatu. Hanya keheningan malam yang bisa membuat suasana sunyi seperti ini. Malam ini akan singkat, tapi bagaimanapun kamu akan mencoba cari cara agar lepas dari Ran. Kamu tidak ingin berurusan dengan keluarga Claire ataupun antek-antek ayahnya Claire. Tidak bisa dibayangkan kalau keluargamu menjadi imbasnya.

 Tidak bisa dibayangkan kalau keluargamu menjadi imbasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.
Dont forget to leave vote and comment, thank you.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lust [Ran Haitani]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang