04~

142 9 1
                                    

Melihat semua abangnya diam ia jadi takut.

"Sebenarnya lu punya masalah apa hah?! Jawab pertanyaan gue!" tanya Oliver sembari menarik kerah baju adeknya.

"B-bang lepasin.." ucap Sebastian dengan susah payah karena tarikan itu sangat kuat.

"Olie kasian Seb, dia kesakitan." ucap Justin sambil berusaha melepas tangan Oliver dari kerah baju Sebastian tapi tangannya malah ditepis dengan kasar.

"Kalian diem jangan ikut campur!" ucap Oliver dengan tajam.

Sebastian yang baru kali ini melihat kemarahan abangnya, ia bergetar ketakutan. Sungguh ini bukan seperti abang yang ia kenal. Sorot tajam itu benar-benar menusuk matanya yang membuat matanya kini memerah menahan tangis.

"Jawab Sebastian! Lu punya masalah apa?! Apa susahnya jawab pertanyaan gue bangsat!" sentaknya.

"B-bang l-lepasin." Ia mencekal tangan abangnya yang berada di kerah bajunya berusaha melepaskan tapi itu sia-sia karena ia masih lemah untuk melakukan itu.

"Jawab dulu pertanyaan gue Seb!" bentaknya lagi.

"G-gue ga bisa c-cerita bangg..."

BUGH

"Oliver!!" teriak Justin, ia kaget saat tonjokan itu melayang ke pipi Sebastian dengan kuat.

Darah keluar dari sudut bibir Sebastian yang kini terdiam dan ia sudah benar-benar bergetar ketakutan, air matanya menetes saat itu juga. Bukannya sakit, tapi ia tidak menyangka abangnya melakukan itu.

"Bang Olie apa-apaan sih lu?! Seb lagi sakit bang, kenapa lu malah nonjok dia?!" ucap Darren yang kini sudah memeluk tubuh Sebastian yang masih bergetar.

Tatapan Oliver langsung tertuju ke arah adeknya, ia bisa melihat bagaimana tubuh itu bergetar ketakutan. Ia sontak langsung melepaskan tangannya dari kerah baju adeknya.

Oliver tidak sadar, ia baru kali ini main tangan sama Sebastian. Walaupun senakal apapun adeknya itu ia tidak pernah main tangan ke dia.

"Seb?" panggilnya lalu menarik Sebastian kedekapannya.

"B-bang m-maaf Seb beneran ga bisa cerita ke kalian..."

"Iya ga apa-apa ga bisa cerita, tapi kita tunggu sampai kamu udah siap buat cerita. Abang juga minta maaf udah tonjok kamu."

"I-iya ga apa-apa, tapi jangan lakuin itu lagi. Seb bener-bener t-takut, baru kali ini Seb lihat abang semarah ini."

"Iya ga akan, maafin gue dek."

"Iya sshhh." ucapnya diakhiri dengan ringisan pelan.

"E-eh kenapa Seb?" ucap Ryan khawatir.

"S-sakit banggg."

"Yang mana? yang gue tonjok tadi?" Sebastian menggeleng pelan.

"Terus apa yang sakit Seb?"

"Arghhh s-sakittt banget bang..." lirihnya sembari mencengkeram perutnya dengan kuat.

Wajah yang tadinya sudah pucat kini semakin pucat. Bibirnya terus ia gigit guna menetralisir rasa sakit di perutnya itu.

"Jangan dicengkeram kayak gitu Seb nanti tambah sakit." ucap Justin sembari melepas tangannya yang berada di perut itu.

"S-sakittt..." Ia meraih tangan Oliver yang berada di sampingnya lalu menggenggamnya dengan kuat untuk menyalurkan rasa sakitnya. Tangan Oliver yang lain sontak ikut menggenggamnya seolah-olah memberi kekuatan.

"Lu pasti telat makan makanya kayak gini, sekarang makan ya."

"G-ga mau."

"Tapi nanti lu makin sakit Seb."

BROTHER | NSBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang