05.

108 22 7
                                    

Seberapa besar kemungkinan kita tanpa sengaja akan berpapasan dengan orang yang tidak begitu kita kenal dalam kurun waktu tidak lebih dari dua puluh empat jam?

Kecuali kalian bekerja di gedung yang sama, atau mereka adalah tetangga baru yang rumah kalian hanya terpisahkan oleh tembok pembatas, maka jumlah kemungkinannya cukup besar.

Tapi bagaimana kalau orang itu bukan tetangga sebelah rumah dan juga bukan rekanan kerja? They're just a stranger. Kalian hanya berpapasan sekali waktu di suatu kesempatan.

Hal ini yang sempat terlintas dalam benak Marion.

Awalnya ia sempat mengira kalau dirinya berhalusinasi. Barang kali matanya sedang mengelabuinya. Namun perempuan itu nyata ada dihadapannya, yaa... kira-kira sepuluh jengkal jaraknya.

Arumi tengah berdiri di depan rak sereal siap santap, salah satu tangannya menjinjing keranjang belanjaan. Jemarinya menjelajahi deretan kotak warna warni dengan gambar kartun lucu sebelum menarik satu dan membaca nutrition fact yang terletak di sisi bungkus.

Marion berdecih, semua ini terlihat lucu baginya. Ia pun mulai bertanya-tanya, semua pertemuannya dengan Arumi; lift hotel, gerbang sekolah Luna, ketika ia membantu menggantikan ban mobil perempuan itu dan sekarang...,

Kota ini besar, jumlah populasi penduduknya saja mencapai puluhan juta, hal yang mustahil jika ia bisa secara tidak terduga berpapasan dengan Arumi dan itu terjadi dalam waktu satu bulan ini?

Begini, ketika Marion mengatakan, ya masih ada kesempatan lain yang ditujukannya kepada Arumi ─dan teman perempuan itu yang Marion tidak begitu ingat siapa namanya─, ia sama sekali tidak menaruh harapan sedikit pun.

Pun juga pagi ini. Ketika Marion berniat untuk menyapanya saat mobil sedan silver milik perempuan itu berhenti di depan gerbang sekolah sang Anak. Namun, alih-alih Arumi yang turun dari mobil tersebut, Marion justru mendapati fakta lain yang membuatnya menjadi sangat sensitif sepanjang hari ini.

Sangat lucu, begitu dalam pikirannya. Mengetahui bahwa status perempuan yang belum ia kenal begitu baik itu bisa membuatnya moody dan Marion tidak memiliki alasan yang jelas akan perubahan suasana hatinya tersebut.

Lantas Marion memilih cuek. Ia tidak ingin memperdulikan tentang siapa laki-laki yang pagi tadi ia lihat dan apa hubungan mereka berdua. Atau anak laki-laki yang menurut perkiraan Marion usianya tidak berbeda jauh dari Luna.

Entah mendapat dorongan dari mana, Marion dengan implusif membalas pesan Damar yang mengatakan jika sahabatnya itu menunjukkan ketertarikkannya kepada Arumi. Look, niat Marion ini baik. Ia hanya tidak ingin perasaan Damar terlalu jauh sehingga ia perlu untuk mengingatkannya.

Tapi sepertinya, sahabat laki-laki itu memiliki persepsi sendiri dalam mengartikan deretan kalimat pesan yang Marion kirim kepadanya. Saat jam makan siang, dengan langkah terburu Damar menghampiri Marion dan Benjamin yang sudah terlebih dahulu menyantap makan siang mereka.

"Maksud lo apa? Memangnya lo tau dari mana kalau Arumi sudah ada pawangnya?" tanya Damar menggebu-gebu sembari menyodorkan gawai miliknya tepat di depan wajah Marion.

Marion menanggapinya dengan enteng. Ia menghardik kedua bahu seraya memasukkan sesuap makanan ke dalam mulut. "I just saying. Kalau ternyata Arumi sudah ada yang punya gimana."

"Arumi siapa sih? Anak baru di kantor?" tanya Benjamin dengan raut kebingungan. Ia memandang Marion yang asyik menikmati sepiring ketoprak, lalu berganti ke Damar dengan kernyitan di dahi serta matanya yang menyipit di balik kaca mata minusnya. Tatapan matanya penuh selidik, ia sangat yakin ada yang disembunyikan Marion darinya.

heart plus 2 [ jinrene ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang