Kembali Bertemu

4 2 4
                                    

Satu jam lebih, dua perempuan beda generasi itu bergulat di dapur berukuran cukup besar tersebut, kini sudah terhidang berbagai macam menu makanan kesukaan Kirei karena gadis cantik dengan tubuh ideal itu jarang pulang ke rumahnya, jika tak ada hubungannya dengan hal berburu iblis.

Kirei sedang sibuk mengoles roti panggang untuk sang ayah dengan selai almond, setelah selesai berkutat dengan roti milik sang ayah, gadis pemilik toko bunga itu beralih mengambil sebuah gelas untuk ia tuangkan secangkir susu hangat untuk ayahnya.

Seorang pria dengan senyuman yang begitu khas muncul dari balik pintu yang terhubung ke arah mini garden rumah tersebut.

"Wah, anak gadis Ayah semakin rajin saja," goda pria paruh baya bernama Sagara.

Kirei yang belum melihat ayahnya dari tadi malam, akhirnya berlari kecil ke arah sang Ayah, memeluk tubuh lelaki berumur tersebut begitu erat.

"Selamat pagi, Ayah! Apa tidur Ayah nyenyak?" tanya Kirei.

Sagara balas memeluk tubuh sang putri begitu erat karena ia juga merindukan Kirei yang akhir-akhir ini jarang sekali pulang karena sibuk dengan bisnis toko bunganya.

"Selamat pagi juga, Nak! Tidur Ayah kurang nyenyak karena semalaman ibumu mengorok," ujar Sagara sengaja membangkitkan suasana pagi yang penuh akan lawakan recehnya.

Amara selaku ibu dari Kirei, hanya bisa tersenyum menggelengkan kepalanya mendengar ocehan suaminya di pagi hari.

"Jangan banyak bicara, sekarang waktunya sarapan, bukankah kau bilang sebentar lagi akan ada pesanan beberapa buket bunga yang akan dijemput jam 8 pagi?" Amara mengingatkan putrinya.

Kirei yang asyik berpelukan dengan sang Ayah, lantas menepuk keningnya karena ia sungguh lupa akan hal tersebut.

"Kenapa aku bisa lupa? Pesanan itu harus segera selesai," ujar Kirei mulai panik.

Gadis itu langsung duduk di kursi meja makan dan mengambil beberapa menu makanan yang sudah disiapkan oleh sang ibu.

"Pelan-pelan, Kirei! Kami tak akan berebut denganmu, Nak!" Amarah menegur putrinya karena gadis itu makan dengan cara kilat.

"Sudah tak ada waktu untuk aku makan dengan tata cara keluarga Kerajaan, Bu! Setidaknya aku tak makan dengan rakus, bukan?" Kirei tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

Amara dan Sagara hanya bisa tersenyum melihat kelakuan putri mereka berdua.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya acara sarapan telah usai dan kini adalah momen di mana Kirei akan berpamitan pada kedua orangtuanya.

"Aku langsung berangkat saja ya, Bu! Jangan lupa, jaga kesehatan Ayah dan Ibu karena aku mungkin tak akan sering kemari, jika para iblis itu tak selalu mengacau," oceh Kirei.

Gadis itu memang jarang menginap atau hanya sekedar mampir ke rumah orangtuanya karena setelah melakukan tugasnya, Kirei langsung kembali ke kota untuk kembali mengelola toko bunganya.

"Aku pergi dulu," pamit Kirei.

Gadis itu langsung berlari cukup cepat dari halaman rumahnya.

Sagara dan sang istri hanya bisa menatap sendu kepergian putri mereka karena tanpa kehadiran Kirei, rumah itu kembali terasa sepi.

Sepasang suami istri itu hanya dianugerahi satu orang putri dah hal tersebut membuat mereka berdua begitu sayang pada Kirei.

"Putri kita tadi malam sudah pas berumur 20 tahun," jelas Amara pada suaminya.

"Kau benar, umur 20 tahun adalah umur sakral bagi kaum pemburu iblis, di mana kekuatan murni pada diri mereka semakin kuat dari sebelumnya dan Kirei ... memiliki kekuatan murni yang tak biasa," gumam Sagara fokus menatap ke arah sudut pohon di luar pagar rumahnya.

CINTA PERTAMA KING EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang