Mengagumi

235 18 0
                                    


"Kenapa kamu kaget gitu?" tanya Gasta, menatap heran pada Rara yang dikira istrinya, Sasha.

"Tuduhan Mas itu lho, ngagetin," jawab Rara.

"Benar 'kan, tapi? Kamu ingin nafkah batin dariku?"

"Iya, eh, tidak maksudnya."

Rara merutuki dirinya sendiri yang begitu jujur menyatakan keinginannya yang ingin disentuh.

Memang iya, sih, dia suka sekali sama suami saudara kembarnya, yang asli memang tipenya. Namun ia masih waras, tak mungkin mengharapkan nafkah batin itu dari pria yang bukan suaminya.

Meskipun ia gak pintar ilmu agama, tetap saja ia sedikit tahu tentang mana yang boleh dan tidak boleh. Contohnya, ya seperti  yang saat ini ia lakukan. 

Tukar posisi istri. Bukan dia gak tahu kalau dosa. Namun ia wanita biasa, jauh dari kata alim hingga sulit untuk tak terbujuk nafsu.

Apa yang sedang ia lakukan dengan saudaranya itu  karena nafsunya, bukan? Menginginkan milik orang lain tanpa mensyukuri milik sendiri.

"Terus?"

"Apa?" tanya Rara.

Gasta tak segera menjawab, mata elang pria itu hanya menatap lekat wajah Rara.

"Gak papa, lupakan saja." Gasta berdiri dari kursi dan melangkah.

Segera Rara menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. 

"Oh ya!" Gasta menghentikan langkahnya, dan berbalik. "Besok aku mau bawa kamu ke pesta temanku. Namun sebelum itu aku masih ada acara seminar sebentar.  Siap-siap besok pagi!"

Setelah berucap, Gasta kembali melanjutkan langkahnya.

Sedangkan Rara, ia langsung bersorak girang. Akhirnya, ia bisa jalan dengan cowok keren juga.

***

"Gak usah jaim, aku tahu kamu menginginkannya 'kan?" 

Sasha menelan ludah mendengar tuduhan pria di depannya yang mengatakan dirinya ingin disentuh.

"Meskipun aku gak pernah dekat dengan seorang wanita selama ini, namun aku tahu wanita seperti kamu itu memang … maaf, sedikit agresif."

Kali ini mulut Sasha menganga lebar bersamaan dengan rasa malu yang menjalar dari ujung rambut hingga ke wajahnya.

Sadar yang dikatain itu adalah Rara bukan dirinya, namun tetap saja ia yang merasa malu, lebih-lebih dikatakan secara langsung.

Benar ternyata kata Rara, kalau suaminya itu memang lebih suka jujur, walau kadang menyinggung.

Sehabis makan malam, Sashalangsung  masuk ke kamar dan duduk di sofa mainan ponsel.  Tak lama dari itu, Genta juga masuk dan duduk di kursi meja, membuka laptopnya.

Gabut, wanita berjilbab putih itu mengirim pesan untuk saudaranya.

[Ternyata wajah kita benar-benar mirip, ya?] 

Pesan  terkirim dan langsung terbaca oleh Rara.

[Kenapa memang?] 

[Aneh aja, suami kita gak ada curiga dengan kita yang tengah tukar posisi,] balas Sasha.

[Iya, tak hanya wajah kita. Bahkan suara kita juga sama. Akan sulit orang membedakan kita. Hanya ada satu orang yang bisa membedakan kita dengan mudah.]

[Papa?] tebak Sasha.

[Iya, dan jangan sampai Papa tahu akan ini, apalagi posisi kita yang tukar posisi istri.] 

Tukar Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang