Ketahuan

218 21 25
                                    


"Tukar jilbab kita, Sha. Kita selesaikan waktu yang tinggal sehari ini," kata Rara sambil mengulurkan jilbabnya pada Bina.

Namun wanita berjilbab warna silver itu segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ra. Aku tak mau buat kegilaan lagi. Suda cukup main-main kita."

"Tapi, Sha-"

"Kita tak hanya mempermainkan ibadah pernikahan, Ra, namun juga mempermainkan suami kita. Apa jadinya kalau mereka tahu kita tengah mempermainkannya." Sasha segera menyela. Berusaha memberi pengertian.

"Lalu bagaimana dengan perasaan suamiku, Mas Genta?" Rara menatap dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa kau menanyakannya padaku? Dia suamimu, jelas mencintaimu. Kamu hanya salah paham saja, Ra."

"Tidak, Sha!" kata Rara cepat. Lantas maju satu langkah. "Aku sudah tahu sekarang, yang dia inginkan kamu sekarang."

"Apa dia benar-benar bilang begitu?" tanya Sasha, ikut penasaran.

Rara menggeleng pelan. "Tidak, namun aku bisa merasakannya juga mengerti bahasanya yang tengah merindukan sosok dirimu dengan mengiraku."

Sasha menghembuskan nafas sambil mengusap wajahnya. "Kalau dia tidak mengatakan sendiri, lalu kenapa kamu memvonis suamimu menginginkan aku. Ayolah, Ra, itu hanya perasaanmu yang sejenis cemburu. Sebab saat ini kamu sudah menerima bahkan mencintainya," jelas Sasha, kembali berusaha memberi pengertian.

"Karena itu aku ingin membuktikan, Sha. Apakah perasaan Mas Genta bukan untuk kamu."

"Iya, silahkan."

"Tapi dengan dirimu."

Sejenak Sasha termangu, menatap wanita yang sudah melepas jilbabnya dengan kening berkerut. "Dengan diriku?" tanyanya memastikan.

"Iya, kita tukar posisi kita sehari ini saja. Untuk membuktikan apakah benar hati Mas Genta untukku. Sebab dia ada bilang, perasaannya mulai terbit. Namun bisa kurasakan itu untuk kamu, Sha"

"Maaf, Ra, aku menolak." Sasha segera memalingkan wajah ke samping.

"Kenapa, Sha?" Pertanyaan Rara terdengar lemas.

"Bukankah tadi sudah aku bilang, kalau aku tak ingin mempermainkan suamiku juga pernikahan kita. Sudah cukup main-main kita, Ra. Rasa penasaran kita juga sudah terobati dengan menjadi istri pura-pura dari pria idaman kita." Sasha memberikan tatapan tajamnya.

Sedangkan Rara hanya bergeming.

"Aku sudah tak mau meladeni hawa nafsuku saat ini. Aku tak mau serakah. Toh aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan, yaitu cinta suamiku."

"Lalu apa suamimu mendapatkan cintamu, Sha?"

Pertanyaan Rara sontak membuat Sashs terbungkam. Beberapa kali mulutnya terbuka seperti hendak berkata namun ia urungkan.

"Aku yakin tidak, Sha. Sebab aku tahu kamu masih mengagumi sosok pria seperti Mas Genta." Rara tersenyum kecut sambil mengalihkan pandangan ke samping.

"Iya, kau benar, Ra. Namun juga salah."

Ucapan Sasha membuat Rara kembali menatap ke depan.

"Apa?"

"Benar, aku akui hatiku memang belum bersandar pada Mas Gasta. Namun aku akan berusaha untuk menghadirkan rasa itu seperti usaha kerasnya. Toh, tidak akan sulit rasanya mencintai suami sendiri apalagi dia pria baik-baik."

"Jadi kamu akan melupakan cinta pertamamu, Sha?"

Lagi, Sasha kembali terbungkam. Ia sadar kalau suami saudaranya itu adalah cinta pertamanya. Ia sendiri tak yakin bisa melupakannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tukar Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang