Hari Ini Kumencintaimu

77 8 3
                                    

Hari ini kumencintaimu

"Ra, kamu nangis?" 

Genta menatap heran pada istrinya. Segera Rara menyembunyikan air mata, mengelap kasar dengan tangannya.

"Gak, Mas. Hanya kelilipan saja," ucapnya beralasan sambil memaksakan senyum, agar suaminya tidak curiga.

"Yakin, Ra?" Pertanyaan Genta mengandung kecurigaan.

"Apa, Mas?" Suara Rara sedikit serak menahan tangis.

Genta tak segera menjawab, masih menatap Rara dengan lekat. "Aku gak lagi menyakitimu, 'kan, Ra?" tanyanya lagi, khawatir.

"Tidak, Mas." Rara tersenyum kecut. Bisanya dia bilang tidak. Padahal jelas-jelas suaminya barusan tengah mematahkan semangat berkobarnya untuk menjadi istri idaman dan impian.

Walaupun Rara sadar, suaminya itu tak ada maksud untuk menyakitinya, namun tetap saja kejujuran itu melukai hingga membuat ia yang mulai melangkah jauh tinggi, kini gugur bak dedaunan yang kering.

"Ra!" panggil Genta.

Rara pun mengangkat wajah yang sebelumnya menunduk.

"Coba kita jujur-jujuran saja. Toh kita suami istri," kata Genta dengan raut serius.

"Apa yang ingin dijujurkan, Mas?" Kali ini Rara tak menunduk, melainkan mengalihkan pandangan ke samping.

"Entahlah … aku seperti ada yang kamu sembunyikan dariku."

Sontak Rara menatap Genta dengan raut terkejut.

"Maaf, mungkin hanya aku aja yang su'udzon." Suara Genta melemah. "Ya sudah, ayo kamu makan, nasi di piring kamu belum tersentuh, tuh," kata Genta hangat.

Rara menggelengkan kepala, lemah. "Aku lagi gak selera makan, Mas. Mau masuk kamar aja." 

Setelah berucap, Rara langsung beranjak dan masuk ke kamar tanpa memperdulikan tatapan suaminya yang penuh tanda tanya.

Hilang sudah selera Rara untuk makan masakannya yang tadi dibilang enak dan pas di lidah suaminya.

Sesampainya di kamar, ia langsung menumpahkan air matanya dengan posisi wajah dibenamkan ke bantal.

Baru saja ia bahagia dan ingin memulai semuanya. Baru saja ia membuka hati, baru saja ia jatuh cinta dan baru saja ia ingin menelpon Sasha, mau mengatakan tuk menghentikan ganti posisi tukar istri, sebab ia sudah nyaman dan bahagia dengan suaminya.

Namun semua itu musnah saat Genta—pria yang dicintainya mengatakan rindu dan menginginkan wanita yang jelas bukan dirinya. Melainkan saudaranya.

"Tak tahukah dirimu, Mas. Hari ini aku sangat mencintaimu. Bahkan rasa ini sudah tumbuh dari kemarin," kata Rara lirih, dengan air mata yang terus mengalir. Sungguh kecewa rasanya.

Namun siapa yang bisa disalahkan. Yang jelas bukan suaminya, Genta. Pria itu tak tau apa-apa.

Ia sendiri yang memasukkan wanita lain dalam pernikahannya. Hingga tanpa ia sadari, apa yang telah ia anggap enteng itu memberi pengaruh besar untuk hati suaminya.

Apalagi perbandingan dirinya dengan wanita itu yang tak lain saudaranya sendiri cukup jauh. Dan tentu saja pria seperti Genta akan memilih wanita yang sebaik Sasha, bukan dirinya.

Sudah tak diragukan lagi.

***

"Sha, pilihlah!" Gasta yang baru saja pulang dari kantor, meletakkan dua paper bag di depan Sasha.

Tukar Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang