Bukan yang Dirindukan

86 14 4
                                    

Buak yamn dirindukan.

"Toh, perasaan itu sedikit  mulai terbit, kok."

Tapi untuk siapa?

Rara semakin galau.

"Rara!" panggil Genta. Pria itu kini mengambil posisi duduk di samping Rara, bersandar pada dipan.

"Apa?"

"Bisa gak kita kerja sama?"

"Kerja sama apa?" Kening Rara mengkerut.

"Untuk saling menumbuhkan perasaan kita masing-masing." Jawaban Genta nampak serius. Rara dapat merasakannya itu.

"Kenapa memang, Mas?" tanya Rara. Genta bergeming, tak menjawab.

"Bukannya aku wanita yang jauh dari kriteria untuk jadi istri Mas Genta?" tanya Rara, menyelidiki.

"Memang," tanggap Genta.

"Terus? Ajakan ini?"

Genta menghembuskan nafas sebelum menjawab, "Rasa cinta maupun sayang itu bisa menyusul, Ra. Itu bisa kita usahakan dan aku menginginkannya. Namun, untuk mengakhiri pernikahan kita, sungguh tak kuinginkan, tak pernah terbesit di pikiranku untuk mengakhiri, malah ingin kulanjutkan, hingga tak ada ujungnya." Genta menatap serius saat berucap, seolah ingin membuktikan pada Rara bahwa apa yang dikatakannya itu sangatlah serius.

"Tapi, Mas …." Kata-kata Rara menggantung, seolah ragu untuk mengatakan.

"Apa?" tanya Genta, "kenapa kamu ragu?" lanjut Genta sambil menatap mulut Rara yang terbuka seperti hendak berkata namun wanita itu urungkan.

"Apa hatimu saat ini untuk orang lain?" tebak Genta. Suaranya terdengar lirih saat bertanya.

Sontak mata Rara melebar mendengar pertanyaan itu dari Genta.

Dan ia tak bisa menjawab. Entahlah, Rara sendiri saat ini bingung. Hatinya untuk siapa? Yang jelas masih bukan pada pria di depannya, melainkan … hatinya sedikit condong pada pria yang beberapa hari ini ia tinggal bersamanya.

"Diam berarti iya," tanggap Genta. Membuat mulut Rara kembali  terbuka untuk menyangkal namun ia urungkan. Ragu sendiri.

"Siapa dia? Boleh aku tahu?" tanya lagi Genta.

"Apa aku harus jadi seperti dia agar kamu mau menerimaku?" tanya lagi Genta.

"Tidak, Mas!" kata Rara cepat.

"Lalu? Aku harus apa? Supaya kamu mau bekerja sama denganku?" Genta mengalihkan pandangan ke depan seraya mengusap wajah dengan sebelah tangan.

"Mas tak perlu melakukan itu atau apapun."

"Kenapa?" Genta kembali menoleh, menatap sang istri di sampingnya.

"Aku bukan wanita baik-baik tuk jadi pasangan seukuran  pria baik seperti Mas," jelas Rara sambil menunduk.

"Apa kamu beranggapan dirimu buruk?"

"Ya begitulah." Sekilas Rara melirik.

"Ra, aku tak butuh wanita baik untuk bersanding denganku. Cukup kau menurut apa kataku. Dan aku rasa, kamu wanita yang penurut."

Rara mengangkat wajah. "Jadi, Mas?"

"Apa?"

"Mau Mas apa?"

"Gak ada, hanya ingin menjalani pernikahan ini dengan baik sama kamu. Mau 'kan?" Sebelah alis Genta naik.

"Gak ada kemauan lain?"

Tukar Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang