DETIK-DETIK

1.3K 42 0
                                    

Suara burung dan ayam bersahut-sahutan. Cahaya matahari pagi menembus jendela kamar dua sejoli yang sedang di mabuk cinta indahnya malam pertama. Suara tangisan Bella tak juga membangunkan dua insan yang tengah dilanda lelah akibat kegiatan bercinta mereka semalam.

"Ma, bangunlah. Bella menangis. Mungkin dia haus." Kata Fahri membangunkan Shinta yang masih tengkurap di sampingnya.

"Kamu saja pa, tolong gendong Bella. Perut dan pinggul aku tiba-tiba sakit pa. Aku gak kuat buat bangun." Rintih Shinta.

"Kamu kenapa ma ?" Fahri langsung bangun mendekati Shinta.

"Gak tau pa, tiba-tiba nyeri banget tadi. Biasanya gak pernah begini."

"Perlu kita ke rumah sakit ma ?"

"Tidak pa, aku pakai istirahat sebentar mungkin sembuh."

"Yasudah, aku urus Bella dulu ya ma. Sekalian nanti aku siapin buat kita sarapan nanti."

"Makasih pa."

****

Niken sudah mulai membaik, setidaknya dua hari di rawat dia sudah tidak mengalami kram perut lagi, tapi dia tetap harus istirahat total. Kandungan Niken bahkan harus di suntik penguat kandungan agar dia tidak mengalami keguguran.

"Kamu tau abang perginya kemana ?" Tanya Niko.

"Kemarin sih bilang mau ke Ngawi Nik." Jawab Niken.

"Kamu yakin dia betul-betul pergi ke Ngawi untuk urusan kerjaan ?" Tanya Niko meyakinkan lagi.

"Aku selalu percaya apa yang mas Fahri katakan Niko, biar bagaimanapun dia suamiku. Hubungan dalam rumah tangga itu biar langgeng dan harmonis harus ada rasa saling percaya. Itu berlaku juga buat kamu dan Melani nanti." Kata Niken.

"Kalau benar soal pekerjaan harus nomer ponselnya mati hingga tiga hari berturut-turut ?"

"Mungkin memang dia sedang sibuk sekali. Dia bilang dia akan menghubungiku kok."

Niko tersenyum kecut melihat betapa sekali lagi Niken terlalu mencintai Fahri hingga dia buta dengan keadaan yang terjadi. Dia melihat Melani yang duduk di samping Niken menggelengkan kepalanya seolah memberikan isyarat agar Niko tak lagi melanjutkan interogasinya kepada calon kakak iparnya itu.

"Oh iya aku mau cerita sesuatu." Kata Niken.

"Apa itu mbak ?" Tanya Melani.

"Baju pernikahan kamu yang dulu aku bikin itu kamu masih ingat Mel ?"

"Ummm yang pertama dulu yang salah pilih warna itu mbak ?" Tanya Melani.

"Iya betul. Kamu masih inget ?"

"Masih mbak. Kenapa memangnya ?"

"Aku memberikannya pada Shinta." Kata Niken yang langsung membuat mata Niko membulat.

"Apa ?" Tanya Niko.

"Shinta ?"

"Shinta itu mantan kekasih mas Fahri dulu." Jawab Niken.

"Sebelum aku sakit, aku melihat Shinta berkunjung ke ruko. Mungkin dia tidak tau kalau itu ruko milik mas Fahri. Dia bilang dia akan menikah dengan pria yang mau menerima dia apa adanya dan dia sedang mencari baju pengantin. Karena kupikir aku masih ada dulu bekas punya kamu yang gajadi dipakai aku kasih ke Shinta. Ya hitung-hitung sekalian ucapan terimakasihku pada dia karena dulu dia juga sudah menolongku kan Niko ?" Jelas Niken.

"Tapi Mel, jangan salah paham dulu. Meskipun modelnya sama, tapi kubikin desainnnya berbeda. Jadi bajumu masih tetap limited edition, gak ada yang ngembarin." Lanjut Niken.

"Mbak Niken ya Allah." Melani langsung merengkuh Niken ke dalam pelukannya.

Melani yang tau cerita sebenarnya menangis memeluk Niken. Sedangkan Niken hanya berfikir bahwa Melani memeluknya karena ucapan terimakasih atas pengertian yang diberikannya pada Melani.

"Lho, kamu kenapa kok nangis Mel ? Kamu gak marah to sama aku karena aku ngasih desain baju yang sama ke Shinta ?" Tanya Niken.

"Kamu tau dengan siapa Shinta menikah ?" Tanya Niko.

"Aku gak nanya juga sih. Dia kesana bawa anak kecil yang katanya anaknya, trus habis itu dia cuma cerita kalau mau nikah gitu aja. Pas itu mas Fahri juga kesana buat menjemputku."

"Trus apa yang dilakukan abang saat ketemu Shinta ?"

"Ya biasa aja. Kan mereka memang pernah bertemu sebelumnya. Mas Fahri pernah cerita sama aku soal Shinta. Jadi ya mungkin dia ga kaget."

Niko mengepalkan tangannya lagi. Emosinya kali ini sudah meluap. Ternyata semua memang sudah terencana. Niko melihat Melani yang mengangguk mengisyaratkan bahwa dia setuju jika Niko membongkar semua kebusukan suaminya. Melani merasa ikut hancur dan sedih dengan kepolosan Niken yang dibalas dengan kebohongan bertubi-tubi oleh Fahri, untuk itulah dia setuju jika Niko akan membongkar semuanya.

*****

Fahri dan Shinta sedang bersiap untuk pergi ke telaga Sarangan. Mereka akan menikmati waktu kebersamaan mereka yang tinggal 5 hari untuk berbulan madu. Bahkan mereka berencana menitipkan Bella pada tetangganya dengan bayaran satu juta rupiah.

"Kamu yakin akan menitipkan Bella ke mbak Rini ?" Tanya Fahri meyakinkan.

"Iya pa. Dia sendiri yang menawarkan. Lagian kan kita bayar mahal pa. Sudah ga pa-pa. Aku ingin bulan madu kita berkesan." Kata Shinta sambil mengecup bibir Fahri.

"Kamu sudah tidak sakit lagi ?" Tanya Fahri.

"Sudah sembuh pa. Jadi nanti malam kita bisa berpanas-panasan lagi. Aku ketagihan sama kamu."

"Baik. Saya juga sudah siap untuk kembali bercinta denganmu. Tapi sebelum berangkat boleh saya menelfon Niken dulu ? Dia pasti khawatir karena saya sudah tiga hari tidak menghubunginya."

"Papa ..... Seminggu saja tolong jangan ingat Niken. Jangan membuatku mengingat bahwa aku adalah selingkuhanmu." Shinta merajuk.

"Maafkan saya. Tapi saya janji setelah ini saya tidak akan menghubunginya lagi. Hanya sebentar saja. Lima menit kalau perlu. Kamu juga bisa disini disamping saya untuk mendengarkan apa yang akan saya bicarakan nanti."

"Yaudah deh. Buruan. Habis ini kan kita harus berangkat."

Fahri menghubungi Niken yang sedang berada di kantor Fahri. Niko dan Melani membawa Niken ke kantor Fahri untuk mengetahui bahwa Fahri telah membohonginya selama ini. Fira mengatakan bahwa Fahri ijin cuti selama seminggu karena ada urusan keluarga, untuk itulah Fira kaget ketika dia melihat Niken berkunjung ke kantor dan menemuinya.

"Halo mas." Jawab Niken.

"Halo sayang kamu apa kabar ? Maaf saya baru sempat menghubungi kamu." Kata Fahri diujung telepon.

"Mas kamu dimana ?" Tanya Niken.

"Di Ngawi sayang. Ada urusan kerjaan. Kan kemarin saya sudah pamit sama kamu."

"Kamu sama siapa mas ?"

"Sama Fira sayang, kan dia sekertaris pribadi saya." Niken melihat Fira yang masih berdiri di depannya. Sedangkan Niko memberi syarat kepada Fira untuk tetap tenang tanpa suara.

"Mas sibukkah disana sehingga tidak sempat mengabariku ?"

"Sangat sibuk sayang. Sampai sini saya langsung bekerja dan meeting. Doakan saya semoga proyeknya deal. Nanti kita pesta untuk kamu, Dea dan si kecil ya kalau proyek kita deal."

"Iya mas. Aku selalu berdoa semoga kamu selalu mencintaiku."

"Saya mencintaimu. Kalian semua sehat kan ?"

"Iya mas. Mas Fahri sehat ?"

"Iya sayang. Yasudah saya harus lanjut kerja dulu. Beberapa hari kedepan saya tidak bisa mengubungi kamu dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik. Salam buat Dea ya."

Telpon mati. Mata Niken berkaca-kaca. Dia menyaksikan sendiri kebohongan Fahri di depan matanya. Melani mengusap bahu Niken memberikan support pada Niken. 

istri terbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang