5 | Five (18+)

149K 1.2K 7
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Maafkan aku, Vella." Satu kalimat yang keluar dari mulut Josh membuat Vella menarik kedua kakinya mundur. Tangannya yang sempat memeluk lengan Josh, tiba-tiba terlepas.

Vella tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar olehnya.

Maaf? Apa itu berarti kakaknya ...?

"Vella, ini demi kebaikan keluarga kita." Josh berusaha menjelaskan semuanya, tetapi Vella tidak ingin mendengar.

"Tidak! Aku tidak mau!" Vella berteriak dengan mata memanas, benci. Bisa-bisanya Josh melakukan hal ini kepadanya.

"Vella, dengarkan aku," Josh berjalan menghampiri Vella, namun Vella melakukan hal yang sebaliknya.

"Tidak! Aku tidak mau mendengarnya! Aku akan mengatakan semua ini kepada Ayah!!" Vella berjalan mundur dengan menatap kecewa Josh.

Vella merasa terpukul dengan rencana Josh yang ternyata berniat menjualnya kepada Thomas, "Kak Josh jahat!"

Bersamaan dengan itu, langkahnya terhenti karena punggungnya tiba-tiba menabrak sesuatu yang keras.

Vella menoleh dan terkejut karena tubuhnya menabrak Thomas yang berdiri kokoh di belakangnya.

"Dengar? Dia sudah menjual kebebasanmu kepadaku." Thomas tertawa puas.

Vella sekali lagi menepis tangan Thomas yang mengarah kepadanya, seolah berniat menyentuhnya.

Vella merasa dikhianati. Kakak yang selama ini Vella anggap sebagai pelindung ternyata adalah sumber bencana untuknya.

Lalu Thomas, matanya yang dingin memberikan sorotan tajam dan mengintimidasi kepadanya, sungguh menakutkan dan menjijikkan.

Vella tidak tahan! Vella ingin pulang dan mengatakan semua ini kepada ibu dan ayahnya.

Ibu ...

"Tidak ... aku tidak mau! Tidak!"

Vella akhirnya memaksakan kedua kakinya yang telanjang untuk berlari, memaksa kedua kakinya yang lemah itu untuk bergerak sekuat tenaga.

"Vella!"

Vella berusaha menulikan indera pendengarannya dan memilih untuk terus berlari. Vella takut. Vella benar-benar takut dan ingin segera keluar dari tempat asing ini.

Genangan air mata di matanya semakin dalam dan membuat penglihatannya sedikit terganggu. Air matanya tidak lagi terbendung. Tangis Vella pecah bersamaan dengan hilangnya keseimbangan pada tubuhnya saat berlari. Patahan ranting, kerikil tajam dan daun berduri membuat kakinya dipenuhi luka.

"Ahh ..." Vella jatuh terjerembab. Goresan luka yang cukup dalam kini menghiasi lutut dan pergelangan tangan Vella.

"Hiks!" Vella terduduk dan mengusap lutut kakinya yang berdarah. Rok pendeknya robek hingga mengekspos paha putih.

"Ck, kasihan sekali. Apa sakit?" Suara Thomas membuat Vella terkesiap. Tangisannya terhenti dan berganti dengan sikap waspada.

Vella beringsut mundur untuk menjauhi Thomas. Vella semakin dilanda rasa takut saat Thomas berjalan dengan langkah mengancam, mendekatinya, "Tunggu! Jangan mendekat!"

Thomas terkekeh dan mengabaikan ucapan Vella dengan terus berjalan menghampirinya, "Kau sangat cantik saat ketakutan seperti ini, Sayang."

Vella melempar segala benda yang berada dalam jangkuan tangannya kepada Thomas, termasuk patahan ranting dan gumpalan pasir, dia lemparkan kepada Thomas.

"A-ayahku sangat kaya! Kau akan dipenjara karena mencoba melakukan hal buruk kepadaku!" Vella berdiri dengan susah payah.

"Ah, aku takut!" Thomas menirukan suara ketakutan, namun tawanya segera meledak, "Tapi sayangnya ayahku jauh lebih berkuasa daripada ayahmu, Sayang."

Tawa Thomas berhenti dan berubah dingin.

"Aku bisa dengan mudah mengambil kekayaan ayahmu. Kapanpun aku mau, setiap detik maupun menit, kau dan keluargamu bisa tinggal di jalanan." Thomas memainkan ranting di tangannya dan mematahkannya dengan begitu mudah.

Vella memeluk dadanya dengan erat. Kakinya mundur mengikuti gerakan dan langkah Thomas yang berjalan mendekatinya.

Saat jarak mereka semakin dekat, Vella membuat ancang-ancang untuk kembali berlari. Vella menghitungnya dalam hati.

Satu ...
Dua ...
Tiga ...

Vella kemudian berlari pada hitungan ketiga.

Namun baru tiga langkah, lagi-lagi Thomas telah membaca pikiran dan gerak tubuh Vella. Thomas berhasil menahannya dengan memeluk tubuh Vella dengan sekali coba.

"Arghh! Jangan sentuh aku, Bajingan! Lepaskan aku!" Vella menjerit histeris ketika Thomas berhasil menangkapnya.

Vella berusaha memukul dan mencakar sepasang tangan kukuh yang telah memeluk tubuhnya dari belakang. Vella meronta dengan membabi buta. Tangisnya kembali pecah karena rasa takut di sekujur tubuhnya.

Tubuh Vella gemetar hebat dibawah pelukan Thomas.

"Ssssstt ... jangan menangis. Aku bahkan belum bermain denganmu." Thomas tertawa kecil dan mendekatkan bibirnya ke leher Vella, menghirup aroma tubuh Vella dan menciuminya penuh gairah.

"Tidak! Jangan lakukan ini!" Vella menjerit dan menangis tersedu-sedu saat Thomas mengangkat tubuhnya, lalu menaikkan ke bahunya.

Tangis Vella semakin kencang saat Josh memalingkan wajahnya dan memilih untuk pergi dengan sebuah amplop di tangannya.

"Kakak! Jangan pergi! Jangan! Aku mohon!!"

Vella benar-benar tidak mempercayainya.

"Hiks ... aku takut ...."

MY SEXY VELLA (24+) : ROMANSA GELAP | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang