6 | Six (18+)

127K 1.1K 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading

📛 Skip untuk pembaca di bawah umur 📛

***

"Tidak! Jangan lakukan ini!!" Vella berteriak dan menangis tersedu-sedu saat Thomas mengangkat tubuhnya dan membawa ke bahu.

Tangis Vella semakin kencang saat Josh memalingkan wajahnya dan memilih untuk pergi dengan sebuah amplop pemberian Thomas kepadanya.

"Kakak! Jangan pergi! Jangan! Aku mohon!!" Vella terus memohon dengan air mata berlinang deras.

Vella benar-benar tidak mempercayainya.

"Hiks ... aku takut ..."

Semua harapan Vella seolah musnah saat kakak satu-satunya yang ia miliki dan percayai meninggalkannya pergi.
Vella tidak bisa berhenti menangis. Tangisnya pecah bersamaan saat Thomas membawanya masuk ke sebuah rumah tua yang gelap.

"Sssstt ... kenapa menangis, Sayang?" Thomas menurunkan Vella tanpa melepaskan pelukan intimnya.

Vella tidak bisa berhenti menangis. Rasa takutnya mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

"HIKS!!" Vella menangis sesenggukan dengan kedua tangannya menutupi wajahnya.

Vella ingin kabur!

"Jika kau menurutiku, semuanya akan baik-baik saja." Bibir Thomas merayap bagaikan lintah yang begitu lekat mencumbui leher Vella. Sesekali Thomas menggigitnya dan menularkan sensasi sakit dan takut kepada Vella.

"Hen ... tikan!" Vella mendorong dada Thomas saat ciuman laki-laki itu dirasa semakin menyakitkan dan agresif. Tangannya bergerak turun dan meremas pantat, bahkan berusaha menerobos masuk melewati roknya. Berkali-kali Vella mencoba mendorong dada Thomas, namun semuanya berakhir sia-sia.

Thomas tersenyum melihat usaha Vella. Lalu dalam satu kali coba, dengan mudah Thomas mendorong dan membawa tubuh Vella menuju ke atas tempat tidur.

"Ayolah Sayang, berusahalah lebih keras lagi." Thomas terkekeh sambil memandangi tubuh Vella yang berada di bawah dominasinya. Kedua tangannya berada di sisi kanan kiri kepala Vella, menumpu berat tubuhnya yang tinggi dan lebih besar dari Vella.

"Kau benar-benar bajingan!" Vella menghapus genangan air mata yang sempat mengganggu panglihatannya.
Saat Vella membuka matanya lagi, ia terkejut dengan posisi Thomas yang telah berada begitu dekat dengannya. Jarak mereka begitu dekat, seolah Thomas ingin mencium bibirnya.

Vella tidak ingin Thomas menciumnya! Tidak mau! Tubuhnya terlalu berharga untuk bajingan seperti itu.

Vella membuang wajahnya jauh-jauh, hingga bibir Thomas hanya mendarat di pipinya.

Bibir Thomas lama menempel di pipinya dan membuat tubuh Vella menggigil. Dalam kondisi tegang itu, matanya tanpa sengaja melihat pergelangan tangan Thomas yang bebas dan begitu dekat dengan wajahnya.

Dan ...

"ARGH! FUCK!" Thomas mengumpat karena Vella menggigit pergelangan tangannya.

Belum selesai dengan menggigit tangannya, Vella menggunakan kesempatan dari lengahnya Thomas dengan menendang selangkangannya.

"SHIT!!" Thomas mengumpat tiada henti. Ia bergerak menjauhi Vella dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya. Bahkan saat Thomas mengusap pangkal pahanya-penisnya yang sedang on-Thomas menatap lurus kepada Vella sambil mengumpat lebih kejam, "BITCH!"

Vella menghapus sisa-sisa air matanya, dan melihat pintu yang saat ini dalam kondisi setengah terbuka.

Inilah waktunya untuk kabur!-Begitulah yang ada di dalam kepala Vella.

Saat kakinya yang telanjang dan dipenuhi luka berhasil menjejak lantai, dengan langkah yang sedikit goyah, Vella berusaha berlari.

Namun saat Vella baru mencapai bibir pintu tiba-tiba dua sahabat Thomas berdiri menghalanginya.

"Hai, Cantik. Mau kemana?" Ucap pria berkulit gelap, lalu disambut oleh siulan lelaki di samping kirinya.
Vella berjalan mundur menjauhi mereka hingga punggungnya menabrak tubuh seseorang ... Thomas?

Vella menoleh dan melihat Thomas tidak lagi tersenyum. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya yang tampan. Yang ada hanya matanya yang menggelap. Mengerikan!

"Kau berhasil membuatku marah, Vella." Geramnya dengan suara yang terdengar sangat menakutkan.

"Ahh ... sakit Thomas..." Vella merintih saat tangan Thomas meraih lengan sikunya dan mencengkramnya begitu kencang.

Vella semakin dilanda rasa sakit saat Thomas menariknya lebih dekat, "Apa kau ingin kami bertiga melakukan-nya kepadamu?"

"Tho-Thomas ..." Vella menggelengkan kepalanya sambil mencengkram pakaian Thomas.

"Apa kau ingin kami memasukimu secara bergiliran, Vella?" Bisiknya dengan tatapan yang tak kalah tajam dan dingin.

Vella menggelengkan kepalanya semakin kuat, "Tidak ... aku tidak mau ..."

"Aku menjadi yang pertama untukmu ..." Thomas menatap dua bawahannya sekilas, lalu kembali menatap Vella lekat, "... dan setelah itu giliran merekalah yang akan menyetubuhimu."

"Thomas ... jangan lakukan itu ..." Vella semakin erat mencengkram pergelangan tangan milik Thomas. Lalu menatapnya dengan tatapan memohon berharap Thomas tidak akan melakukan hal bejat itu kepadanya.

"Kenapa, Vella? Apa kau takut?"

MY SEXY VELLA (24+) : ROMANSA GELAP | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang