🌷Happy Reading🌷
Azel duduk di kursi kerjanya, mengecek hp-nya yang tak kunjung mendapat notif dari Rafa. Namun, tak lama berselang, terdengar suara ketukan yang terdengar dari balik pintu kantornya.
"Permisi, Bu. Saya Rafa, saya sedang bersama Azam saat ini," ucap seseorang yang berada di balik pintu itu—yang ternyata adalah Rafa—saat ini ia terlihat sedang berdiri bersama Azam yang berada di sampingnya.
Mendengar ucapan itu, Azel seketika bersiap. "Ekhm .... Masuk!" suruhnya.
Rafa pun masuk, diikuti Azam yang berjalan di belakangnya. "Silahkan, Zam," suruh Rafa kepada Azam untuk segera mendekati meja Azel.
"Baik, saya keluar dulu, ya!" ucap Rafa.
"Iya, makasih, Fa," balas Azel.
Rafa pun segera berbalik untuk keluar. Namun, saat sebelum ia benar-benar keluar dari kantor Azel, Rafa tiba-tiba saja menolehkan kepalanya tampa memutarkan seluruh tubuhnya—sembari mengacungkan jempol—mencoba memberi semangat kepada Azel.
"Jangan lupa tutup pintunya, ya!" suruh Azel kepada Rafa, dengan suara yang sedikit keras—Azam yang berada di dekatnya pun segera menoleh melihat ke arah pandangan Azel yang ternyata masih terdapat Rafa yang berada tidak jauh dari belakangnya. Melihat Azam yang menoleh ke arah belakang, lalu dengan cepat Azel menyahut Rafa dengan mengedipkan satu matanya sembari tersenyum. Setelah itu Rafa pun segera keluar—menutup pintu kantor lalu benar-benar pergi dari sana.
"Silahkan duduk." Azel mempersilahkan Azam yang sejak tadi hanya berdiri.
"Makasih," ucap Azam lalu ia pun segera duduk berhadapan dengan Azel.
"Akhirnya kamu berubah pikiran, ya," ujar Azel tersenyum.
"Iya. Maaf sebelumnya atas perlakuan saya yang kemarin. Saya rasa, saya memang terlalu keterlaluan pada kamu saat itu," jelas Azam.
Azel seketika terdiam mendengar pernyataan itu. Benarkah yang terjadi saat ini?
Namun, di sisi sana tampaknya sepertinya ada ada sedikit sebuah perasaan terpaksa dalam hati Azam saat mengatakan hal itu. Ya, tentu saja karena sebelum datang, Rafa yang memintanya untuk meminta maaf kepada Azel, walau sebenarnya ia sama sekali tak mau melakukan hal itu. Tapi, mau gimana lagi, ia berpikir jika ia kembali merusak suasana hati Azel, kemungkinan besar ia akan di tolak dan berakhir untuk mencari kost dan pekerjaan kembali.
"Saya maafkan. Saya juga salah waktu itu, jadi saya akan makluminya. Baik, kamu mau bekerja di sini bukan?" sahut Azel
"Kok kamu tau? Eh, Ibu maksudnya!"
"Haha, Rafa yang memberitahu."
"Oh, pantas saja."
"Ya sudah, kalau kamu mau, kamu boleh bekerja hari ini," ucap Azel yang membuat Azam lantas sedikit mengukir senyum tipis. "Tunggu sebentar." Azel sedikit menunduk, lalu membuka laci mejanya-mengambil beberapa helai baju bewarna hitam khusus untuk pegawainya yang saat ini akan diberikannya untuk Azam.
Azel memberikan baju itu kepada Azam. "Ini, seragam wajib kamu pake setiap hari," tuturnya.
Azam mengambilnya, lalu tiba-tiba saja ingin membuka kertas yang membungkus baju itu. Namun, saat itu juga dengan cepat Azel menghentikan aktivitas Azam.
Azam terdiam, lalu melihat ke arah Azel. "Ada apa?" tanyanya bingung.
"Lebih baik kamu memakainya di toilet!" titah Azel terdengar lirih.
"Saya hanya ingin melihat, bukan ingin memakainya di sini," jelas Azam yang saat itu juga lantas membuat Azel salah tingkah.
Azel terdiam sebentar, lalu kemudian ia mengalihkan pandangannya sambil menjauhkan tangannya dari baju itu. "O–oh, begitu," sahut Azel sedikit gagap sambil memundurkan tubuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/332685507-288-k335912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]
RomanceDuo A----Azel & Azam yang tak sengaja dipertemukan oleh Cafe Quenzella. Awal pertemuan keduanya sedikit tampak absurd, hingga pada akhirnya, keduanya tiba-tiba saja terikat kerja sama karena satu hal, dan saat itu Azam diminta Azel untuk menjadi pas...