🌷Happy Reading🌷
☕☕☕
"Kamu butuh uang?" tanya Azel kembali.
Setelah selesai bekerja, Azam dipanggil Azel untuk menemuinya di kantor terlebih dahulu.
Azam yang saat ini tengah berdiri di hadapan Azel—terdiam sebentar, ia melihat ke arah Azel, lalu berkata, "Kamu mendengarkan segalanya?" tanyanya.
Azel membalasnya dengan anggukkan. "Maaf, saya tidak bermaksud menguping. Saat kamu meninggalkan saya tadi, saya berniat untuk menuju gudang. Tapi, sesaat membuka pintu, nggak sengaja saya melihat kamu berada di dalam sana, sepertinya sedang membicarakan hal serius di sambungan telpon. Jadi, saya
memutuskan untuk menunggu di luar aja. Tapi, suara mu terdengar, karena ruangan itu bukanlah kedap suara," jelas Azel panjang lebar, agar Azam tidak salah paham.Azam mengangguk paham, ia merunduk lalu perlahan mengangkat kepalanya kembali. "Saya tidak tau, kalau adik saya akan seceroboh itu!" ungkapnya tiba-tiba.
"Saya pernah berada di posisi adik mu saat ini. Saat itu, saya juga bingung harus melakukan apa. dan bedanya, Liya memiliki Abang yang peduli padanya. Namun saya? Haha, waktu itu saya hanya berjuang sendiri. Tapi .... Eh, maaf, malah curhat begini." Azel mencoba mengehentikan dirinya yang tiba-tiba saja ingin mengungkap masa kelamnya.
"Jadi berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Azel mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Bukannya kamu memiliki masa kelam yang sama? Kenapa kamu masih berani meminjamkan uang begitu saja kepada orang yang bahkan belum terlalu kamu kenal?" tanya Azam menatap Azel.
"Kan, kali ini saya mendengarkannya sendiri, kalau kamu benar-benar membutuhkan uang itu. Kalau kamu memang berniat menipu, sih, gampang, ya ... tinggal di proses aja!"
"Katakan saja yang sebenarnya!" Azam seakan tau wanita ini pasti memiliki maksud tertentu di balik tawarannya.
"Ka–"
"Katakan saja!" sergah Azam.
"Hm ... baiklah baik. Kamu benar, saya akan memberikan kamu satu syarat yang harus kamu penuhi, sebelum saya benar-benar akan memberikan uang itu. Ya ... tapi, jikalau kamu mau."
Azam menatap curiga wanita itu. "Hm, apa itu?" tanyanya.
"Pasangan kontrak!" jawab Azel yang saat itu juga langsung membuat Azam mengukir senyum miring karena ternyata tebakannya benar.
"Kamu masih mau menanyakannya setelah beberapa kali saya tolak? Tentunya kamu sudah tau jawaban apa yang akan keluar dari mulut saya, bukan?"
"Azam, saya mohon. Hanya sampai membuat mama percaya dan meyakinkannya kalau saya bisa dan sudah memiliki pacar sendiri, maka setelah itu dia pasti akan menghentikan semua kencan bergilir ini, dan kontrak kita selesai! Saya capek, Zam!" Azel memohon kepada Azam sembari merapatkan kedua tangannya.
"Tapi ... "
"Lagi pula ini saling menguntungkan untuk kita. Bahkan bila perlu, jika rencana ini berhasil, kamu tidak perlu membayar uang saya pinjamkan kepadamu! Sebut saja uang itu sebagai ucapan terima kasih saya untukmu!" tutur Azel yang terus mencoba membujuk—agar mendapat persetujuan Azam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]
RomansaDuo A----Azel & Azam yang tak sengaja dipertemukan oleh Cafe Quenzella. Awal pertemuan keduanya sedikit tampak absurd, hingga pada akhirnya, keduanya tiba-tiba saja terikat kerja sama karena satu hal, dan saat itu Azam diminta Azel untuk menjadi pas...