🌷Happy Reading🌷
Di sela diam dan kecewanya, Azam tiba-tiba saja teringat akan ibunya. Apakah semua kejadian yang terjadi pada Liya sudah diketahui oleh ibunya? Azam hanya berharap kalau ibunya belum mengetahui hal ini, karena Azam takut riwayat penyakit jantung ibunya akan kembali kambuh karenanya."Kamu sudah kasih tau semua ini pada Ibu?" tanya Azam yang akhirnya berbicara.
Liya yang tadi duduk bersimpu di kaki Azam pun mendongak ke atas, lalu perlahan ia pun berdiri sembari menggeleng. "Nggak, Bang, Liya nggak ada kasih tau Ibu soal ini. Liya nggak berani," jawab Liya dengan matanya yang kini tampak sembab.
"Liya, kenapa bisa kamu berani berhubungan dengannya," tanya Azel yang mencoba masuk ke pembicaraan kedua saudara itu.
Liya menoleh—melihat ke arah Azel. Ia terdiam sekejap, lalu perlahan menunduk. "Liya kira, dia orang yang baik, Kak," sahut Liya yang tampak menyesal.
Azel berjalan mendekat, kemudian saat itu juga ia langsung memeluk tubuh Liya. "Semoga ini bisa menjadi pembalajaran, ya. Kamu tidak bersalah, pria tak berperasaan itu memang tidak memiliki akal yang sehat." Azel melepaskan pelukan mereka sembari menatap wajah Liya yang saat itu tampak kembali mengeluarkan air mata. Azel dengan segera menyerka air mata itu. "Kakak sudah tau dia, dan Kakak adalah salah satu korban dari orang itu," tutur Azel, yang membuat Liya seketika terkejut.
"Kakak juga korbannya?" tanya Liya.
Azel menjawab pertanyaan Liya barusan dengan anggukan sembari berkata, "Bahkan yang dia lakukan kepada Kakak, lebih dari kamu. Sudah, kamu tidak perlu menangis, kita akan bawa dia ke jalur hukum. Orang seperti dia tidak pantas dibiarkan berkeliaran di luar sana!"
Lalu kemudian, tatapan Azel beralih kepada Azam.
"Zam, saya tau saya tidak berhak mengatakan ini. Tapi, maafkan Liya. Dia tidak bersalah," ucap Azel lirih.
Azam yang sejak tadi terdiam, kini mulai melangkahkan kakinya. Ia berjalan, lalu berhenti sejenak di samping Liya tanpa menoleh. "Ikuti Abang!" titahnya yang saat itu juga langsung melanjutkan langkahnya kembali untuk segera keluar meninggalkan semuanya.
Liya menoleh melihat ke arah Azam. Lalu detik selanjutnya ia menoleh kembali ke arah Azel. Azel menganggukkan kepalanya, menyuruh Liya untuk segera mengikuti Azam.
☕☕☕
Kedua saudara itu berjalan menuju teras belakang.
Suasana gelapnya malam hanya tampak diterangi oleh remang-remang lampu taman. Angin malam bertiup, menerpa dedaunan pohon yang tertanam di sekitaran sana yang membuat suasana terasa semakin dingin, sedingin kedua saudara ini.
Azam berhenti berjalan lalu kemudian berdiri menghadap depan sembari menghela nafasnya dengan gusar.
"Bang ... " panggil Liya pelan sembari mendakat.
Azam melirik sekali tanpa memutarkan tubuhnya ke arah Liya yang berada di belakangnya.
"Apakah kamu mempunyai alamat lelaki itu?" tanya Azam to the point.
Liya menggeleng. "Tidak, Bang. Waktu itu, Liya hanya diajaknya bertemu di depan perumahan pegawainya Kak Azel. Setelah Liya memberikan uangnya, dia langsung pergi."

KAMU SEDANG MEMBACA
CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]
Storie d'amoreDuo A----Azel & Azam yang tak sengaja dipertemukan oleh Cafe Quenzella. Awal pertemuan keduanya sedikit tampak absurd, hingga pada akhirnya, keduanya tiba-tiba saja terikat kerja sama karena satu hal, dan saat itu Azam diminta Azel untuk menjadi pas...