02. asrama, dan kemiri

9 3 0
                                    

Maaf kalau di part sebelumnya penggunaan kata ku kayaknya membosankan. Atau terlalu puitis. Tapi aku suka cara menulis seperti itu.

💍

Hari ini, sore-sore sekali mungkin pukul 5. Seharusnya semua anak kelas 12 IPS 3 sudah berada di asrama. Tetapi mereka melenceng ke pasar terlebih dahulu. Bayangkan, seluruh murid laki-lakinya pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan di asrama.

Nasib anak sekolah rantauan.

"Seumur-umur gue tinggal satu ruangan sama kalian. Gue baru lihat si Hugo marah!" Ujar Yohanes menarik satu stick pocky oreo milik Nandreo.

Agaknya, Yoha sedikit berlebihan. Padahal Hugo hampir setiap hari frustasi dengan apa pun yang mereka lakukan. Entah dengan dapur yang berantakan karena eksperimen memasak chef cabang depoknya Nandreo dan Alam. Dengan Matheo dan Chio yang suka menaruh barang tidak pada tempatnya. Atau dengan Axello yang tidak pernah menyiram WC dengan baik setelah digunakan. Semua punya tugas masing-masing untuk membuat Hugo merasa stress tak tertolong.

"Lebay. Bukannya kita punya tugas masing-masing buat bikin paketu, stress?" Bisik Chio pada Yoha. Yohanes tertawa puas, lalu melirik pada Hugo. Takut tiba-tiba sebuah wartel melayang dikepalanya.

Sementara di paling belakang. Zeus dan Axello yang selalu berdua ke mana-mana bagaikan doraemon dan pintu ke mana saja. Mereka berdua hanya pasrah mengekori tanpa berniat membalas celotehan maupun  celetukan Daniel dan Libra. Yang ada dipikiran mereka adalah kasur dan bantal. Biasanya sore begini, Axello bangun-bangun sudah menemukan Zeus tertidur dengan kaki yang hampir menendang wajahnya.

Namun ada satu pertanyaan Libra yang membuat Zeus tak mampu menahan senyumnya. Meskipun pertanyaan itu untuk Daniel. Seperti ini. "Selain sapi, kira-kira apalagi hewan yang mirip sama, lo?"

Pertanyaan itu sekonyong-konyong mendapat pukulan keras dibagian lehernya. Meskipun begitu, Daniel tetap menjawab. "Kambing, maybe?"

Sepintas kemudian, mereka tertawa. Praktis mendapat tatapan dari mereka di depan yang tidak tahu apa-apa.

Berbeda dengan Axello, bocah super bodoamat itu hanya menggidik bahu. "Whatever. Manusia-manusia tengik." Katanya yang hanya didengar Zeus.

"Rombongan study tour dari mana, nih?"

Diluar dugaan. Kedua belas remaja itu menoleh pada Abang parkir yang menyeletuk pada mereka. Mau marah, tapi mereka sedang pakai seragam sekolah saat ini. Tidak salah kalau-kalau orang-orang menegur mereka sedang study tour. Alhasil, mereka hanya tersenyum kecut. Lalu melanjutkan untuk menyeberang jalan menuju pasar kecil tempat ikan, daging dan semacamnya dijual. Setelah tadi mereka berkutat dengan sayur—lebih tepatnya Hugo berkutat dengan sayuran. Yang lain hanya menemani saja.


"Gue nantangin lo pinjem pemantik ke orang random. Kalau berhasil, gue kasih pinjem laptop gue 1 jam. Gimana?" Daniel merangkul Libra. 

Pada langkah besarnya Libra mendekati penjual gulali untuk sekedar bertanya. "Bapak punya pemantik?" Yang membuat eksistensi Bapak yang semulanya sedang membereskan barang dagangannya, beralih padanya.

"Ada, ini. Mau pinjam?" Tanya Bapak itu dengan baik hati.

"Iya, buat temen saya ngerokok." Balasnya.

BESOK KITA KUMPUL LAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang