01

103 14 0
                                    

Lima tahun kemudian . . .

.

Asahi meregangkan tubuhnya setelah berjam-jam berkutat dengan laptopnya. Otot leher dan punggungnya terasa kaku akibat terus duduk dalam posisi yang sama. "Astaga pegelnya..."

"Ya iyalah pegel. Lo ga ada ngerubah posisi duduk lo selama tiga jam ini ya, Sa."

Asahi melirik Yoshi yang tadi menyahuti keluhannya. Pemuda itu adalah seniornya di masa kuliah dan pertemanan mereka terus berlanjut hingga saat ini. Yoshi ini mengelola sebuah kafe bergaya Jepang bersama keluarganya. Asahi sendiri bekerja sebagai pianis di kafe itu. Namun untuk saat ini dia juga dipercaya untuk mengurus manajemen kafe menggantikan kakak Yoshi yang sedang kuliah S2 di Amerika. Asahi yang tadinya bekerja part-time di sebuah minimarket sejak SMA pun kini memiliki pekerjaan dan gaji yang lebih baik untuk menunjang hidupnya sebagai anak rantau.

"Ngomel mulu lo, kak."

"Gue ngomel juga ga pernah lo dengerin. Encok beneran tau rasa lo nanti."

"Ya jangan dong. Masih muda masa kena encok?"

"Makanya benerin postur badan lo kalau duduk, Sa. Susah amat tiap dibilangin ni anak."

"Iya, iya. Besok-besok gue duduknya yang bener, deh..."

"Pret lah. Paling juga dalam beberapa menit udah bungkuk lagi nanti."

Asahi tertawa kecil seraya mematikan laptop lalu dimasukkan ke tasnya. Yoshi duduk berpangku tangan memandangi Asahi. "Sa..." panggilnya pelan.

"Ya, kak?"

"Lo ga ada niatan cari pacar gitu? Ini udah lima tahun lo single, kan?"

Asahi menggaruk kepalanya. "Emangnya harus banget ya punya pacar? Single menurut gue not bad. Malah jadinya lebih bebas mau kemana atau mau ngapain."

Yoshi mengedikkan bahu. "Ya ga harus juga, sih. Cuma gue penasaran aja. Dari jaman lo masih maba, lo itu udah jadi incaran banget. Banyak tau temen gue sama senior lain yang naksir lo. Tapi tiap ditembak, lo pasti nolak."

"Ya itu karna gue ga siap buat memulai hubungan baru. Sekalinya gue pacaran sama first love gue selama dua tahun di SMA, ujung-ujungnya kami putus karna hubungan yang mulai ga sehat. Gue jadi males buat pacaran lagi, kak."

Yoshi mengangguk-anggukkan kepalanya. Asahi dulu sudah pernah cerita soal kisah cintanya itu walaupun tidak secara lengkap. Dia pun memahami perasaan dan keputusan yang Asahi ambil. Terkadang melupakan cinta pertama itu memang sulit. Yoshi sendiri juga sudah pernah mengalaminya dulu.

"Gini deh, Sa. Hari sabtu nanti lo ikut gue, ya?"

Asahi mengerutkan dahi. "Sabtu itu kafe lagi rame-ramenya lho, kak?"

"Tenang aja. Kakak gue kan udah pulang dari Amrik. Nanti dia yang bakal balik megang manajemen kafe."

Asahi terdiam dengan raut wajah sedih. "Te-terus gue dipecat, nih?" tanyanya dengan teramat polos. Yoshi facepalm.

"Ya nggak dipecat juga atuh, Sa. Lagian emak sama kakak gue udah sayang banget sama lo. Yang ada nama gue dicoret dari kartu keluarga kalau berani mecat lo."

"Terus nanti gue kerjanya ngapain dong?"

"Balik megang urusan musik lah. Anda ini dari awal pianis di sini ya wahai saudara Asahi yang terhormat."

"Oh iya. Gue lupa sama jobdesk awal gue. Hehe..."

"Lo kenapa jadi lemot gini dah?"

"Sori, kak. Gue laper soalnya."

JaeSahi - CLBK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang