“Apa dalam mimpi ya ketemunya?”
Serena menghela napasnya, mencoba untuk mengabaikan pikirannya. Ia meraih handphonenya lalu memberi kabar kepada Nakula tentang jadwal interogasi.
Serena beristirahat selama satu jam sebelum bertemu dengan pasien berikutnya. Hari ini ia hanya memiliki jadwal dengan dua orang pasiennya.
Pasiennya yang pertama adalah penderita Agoraphobia, mereka yang memiliki gangguan Agoraphobia biasanya takut berada di tempat di mana mereka mungkin mengalami serangan panik atau merasa terjebak bahkan sampai tidak mau meninggalkan rumah karena berpikir tidak ada tempat lain yang aman selain rumah mereka.
Penyebab Agoraphobia hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun, diduga gangguan serangan panik ini kemungkinan terkait dengan kejadian traumatik atau stres.
Sebelumnya pasien Serena ini memang pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan di tempat umum sehingga membuatnya merasa panik dan tidak aman saat berada di tempat umum atau keramaian.
Hari ini pasien tersebut telah menjalani pengobatan dengan terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang merupakan metode untuk membantu penderita lebih berani dan berpikir positif terhadap situasi atau tempat yang memicu phobia.
Kemudian, pasiennya yang kedua adalah pasien yang cukup berat penangannya, karena sampai saat ini pun Serena masih belum bisa berkomunikasi dengan pasien tersebut.
Kakak dari pasien tersebut mengatakan bahwa adiknya telah kehilangan sahabat yang menemaninya sejak kecil, namun ia juga tidak mengerti apa hal yang membuat adiknya begitu sedih sampai tidak mau melakukan apa pun dan tidak berkomunikasi dengan siapa pun.
Terhitung sudah dua minggu Serena menangani pasien tersebut, ia berusaha sangat keras untuk menumbuhkan kepercayaan pasien padanya agar pasiennya bisa mencurahkan segala hal yang mengganggu pikirannya.
Pasiennya itu tidak makan, tidak tidur, dan tidak bicara. Oleh karena itu, kini dia dirawat di sebuah rumah sakit yang dekat dengan kantor Serena.
Dan di sinilah Serena berada, di ruangan dengan dominasi warna putih, tempat di mana pasien bernama Lara dirawat. Diah, kakak Lara, menghampiri Serena sebelum Serena bertemu dengan Lara. Diah mengatakan bahwa kondisi Lara sama sekali tidak berubah, ia masih tetap diam, tidak tidur, tidak makan, dan sering melamun.
Wajah Lara terlihat sangat pucat, bibirnya pecah-pecah, pipinya terlihat lebih tirus, terdapat lingkaran hitam pada matanya, dan sorot matanya kosong. Posisi duduknya juga selalu seperti itu, duduk bersandar sambil melihat ke luar jendela.
Serena hanya berharap keadaan Lara bisa membaik secara berkala, perlahan saja. Ia hanya ingin Lara kembali memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu atau hanya sekedar berbicara dengannya.
“Hai, Lara,” sapa Serena dengan lembut. Atensi Lara teralihkan sepersekian detik, namun ia kembali mengabaikan Serena. Serena mengikuti arah pandang Lara, rupanya ia sedang melihat dua orang anak berlarian di taman rumah sakit tersebut.
“Mau jalan-jalan ke taman?” ajak Serena.
Lara tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk menyetujui ajakan Serena.
Serena tersenyum senang, akhirnya ada satu usahanya yang mendapat respon dari Lara. Ia membantu Lara berdiri dan menuntunnya ke luar ruangan.
Selama berjalan dari ruang rawat menuju taman, Serena bercerita tentang pertemanannya dengan Azhalya dan Reana. Ia mencoba untuk memancing Lara bercerita juga tentang bagaimana pertemanannya yang berujung membuatnya seperti sekarang. Serena tidak menyalahkan hubungan pertemanan itu, tapi ia ingin menemukan satu kata kunci yang berhubungan dengan kondisi Lara sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EFLORESEN
General FictionEfloresen artinya mekar atau berkembang. Dalam hal itu tuntutannya bukan waktu, bukan soal siapa yang paling cepat mekar, tapi waktulah yang menjadi peran dalam prosesnya. Soal bagaimana bisa mekar, kapan pun waktunya. Kenangan menjadi hal yang leka...