8 • Interogasi Tersangka

8 2 0
                                    

Serena turun dari taksi dan melangkah masuk ke kantor Kejaksaan, ini pertama kalinya ia datang ke sini dan ia tergugah saat melihat banyak Jaksa berlalu lalang. Ada yang berjalan dengan membawa berkas-berkas di tangannya, ada yang berlari tergesa ke luar Gedung, ada yang sedang duduk sambil berdiskusi. Semua orang di sini tampak fokus dan bekerja keras.

"Lantai empat, ruangan di sebelah kiri lift," gumam Serena membaca pesan dari Nakula.

Ia segera menuju ke lantai empat dan mencari ruangan yang Nakula maksud, tapi ia melihat satu koridor dengan cabang-cabang koridor yang sangat banyak di sebelah kiri lift. Ia pikir akan langsung ada pintu ruangan di sana.

Serena berjalan menyusuri setiap koridor dengan membaca setiap papan nama yang terdapat di bagian atas pintu.

"Nyasar, Mbak?"

Serena terlonjak kaget saat mendengar suara lelaki dari belakangnya, ia berbalik badan dan melihat ada Zafar yang berdiri sambil memegang beberapa lembar kertas.

"Iya kayanya."

Zafar terkekeh pelan mendengar jawaban Serena, "ayo, saya antar."

"Nakula ngga ngasih tau, ya, ruangannya di mana?" tanya Zafar sambil berjalan berdampingan dengan Serena.

"Bilangnya sih di lantai empat, sebelah kiri lift," jawab Serena.

"Udah, itu doang?"

Serena mengangguk mengiyakan pertanyaan Zafar dan Zafar menggelengkan kepalanya pelan setelah mendapat respon Serena.

"Sorry ya, anaknya emang suka irit. Setelah interogasi tersangka, terapi aja Jaksanya biar agak cerewet sedikit," ucap Zafar.

"Kayanya dibiarin irit aja deh, biasanya orang irit ngomong kalau udah cerewet suka nyebelin."

Zafar tertawa mendengarnya. Mungkin ada benarnya juga ucapan Serena, membayangkan Nakula menjadi cerewet saja sudah pusing, apalagi jika hal tersebut benar-benar terjadi.

Nakula yang irit bicara pun jika sudah berada di pengadilan selalu berhasil membungkam pihak lawan. Kalau sampai ia menjadi orang yang banyak bicara, kasihan juga orang-orang yang akan berhadapan dengannya di pengadilan nanti.

"Nah, itu ruangannya," ucap Zafar menunjuk sebuah pintu.

"Masuk ke ruangan sebelahnya aja dulu, Nakula ada di sana," lanjut Zafar.

"Terima kasih, Zafar."

Serena masuk ke ruangan yang telah Zafar tunjukkan, ia mengetuk pintu sebelumnya. Di sana sudah ada Nakula yang berdiri melihat ke arah tersangka yang berada di ruangan sebelah dengan pembatas kaca one way, sehingga hanya dari ruangan ini saja yang bisa melihat keadaan di ruangan sebelah, tidak dengan sebaliknya.

"Selamat pagi, terima kasih sudah datang sebelumnya," ucap Nakula sambil berjabat tangan dengan Serena.

"Ini adalah daftar pertanyaan untuk tersangka, kamu bisa memulai saat kamu sudah siap, dan saya akan mengawasi dari sini." Nakula memberikan satu lembar kertas kepada Serena.

"Bagaimana dengan latar belakang tersangka?" Tanya Serena.

"Namanya Bobbi Setya Athmar, usianya dua puluh delapan tahun, dia anak tunggal, ayahnya sudah meninggal sekitar lima tahun yang lalu, jadi dia bekerja untuk membantu ibunya. Tepatnya dia bekerja sebagai office boy di Highlos Restaurant, lokasinya dekat dengan TKP" jelas Nakula.

Serena mengangguk paham setelah mencermati pemaparan yang Nakula berikan.

"Baik. Saya mulai sekarang," ucap Serena lalu keluar dari ruangan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EFLORESENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang