gengsi 0.7

170 27 7
                                    

Happy Reading
✿✿✿

Mobil lamborghini bewarna hitam itu dengan cepat membelah jalanan kota Seoul. Amarah yang ia pendam sedari tadi kian memuncak kala mobilnya sudah berada di sebuah club.

Jaehyun melangkahkan kakinya keluar dari mobil menuju sebuah club. Tembakan sinar-sinar lampu club menyambut kedatangan Jaehyun. Sorot matanya yang tajam mencari sosok pria bajingan mana yang dengan berani melukai tubuh mulus Yeri istrinya.

Beruntungnya saat kejadian semalam Jaehyun dapat melihat sekilas sosok pria yang mengganggu Yeri.

Jaehyun mendatangi seorang pria bertubuh besar dengan banyak tato di lengan kanan juga lehernya. Dengan cepat Jaehyun memukul pria tersebut dengan tangannya. Ia juga meraih salah satu botol alkohol dan memukul kepala pria tersebut dengan botol alkohol berkali-kali.

Suara kegaduhan serta rintihan kesakitan memenuhi club malam tersebut. Jaehyun yang sudah gelap mata tidak lagi peduli dengan pria yang sudah terkapar bersimbah darah di lantai. Yang ada dipikiran Jaehyun adalah terus memukul pria tersebut sampai ia merasa puas. Tidak ada seorang pun yang berani melerai Jaehyun. Kejadian seperti ini sudah menjadi hal biasa sekalipun salah satu dari mereka mati.

"JUNG!!"

Rose berlari menuruni anak tangga menghampiri Jaehyun yang masih setia dengan kegiatannya. Mata rose membulat melihat kondisi Jaehyun yang banyak terkena percikan darah dari pria tersebut. Bahkan tangannya juga terluka akibat pecahan botol kaca yang digenggamnya.

Rose mencoba melerai Jaehyun, menarik pergelangan tangan Jaehyun agar berhenti memukul pria yang sudah tidak sadarkan diri di hadapannya. "Hentikan Jung"

"Minggir!" -jaehyun menghempaskan tangan rose. Ia tidak peduli siapa-siapa lagi disini. Amarahnya yang memuncak sudah mengambil alih kewarasan Jaehyun hingga akhirnya seorang pria datang dan ikut memukul wajah Jaehyun.

"Brengsek! Hentikan tindakan gegabah mu itu"

Lee taeyong menarik Jaehyun secara paksa, memukul area wajah Jaehyun hingga sudut bibir Jaehyun mengeluarkan sedikit darah.

"Jika kau terus memukulnya dia bisa mati brengsek. Jangan menambah masalah lagi Jung"

Jaehyun menghela lega nafasnya, ia tersenyum puas melihat kondisi pria yang sudah tergeletak lemas di lantai dengan bersimbah darah. Kemudian ia pergi meninggalkan club begitu saja.

Dengan tubuh yang terasa begitu lelah Jaehyun kembali pulang ke apartemen. Ini adalah pertama kalinya Jaehyun pulang cepat dari sebuah club setelah menikah.

Telapak tangannya yang penuh luka dan pecahan kaca kecil itu perlahan membuka pintu apartemen miliknya. Jaehyun berjalan menuju kamarnya. Ia melihat tubuh Yeri yang sedang tertidur dengan membelakangi arah pintu. Jaehyun hanya ingin mengecek kondisi Yeri dan setelah itu ia kembali menutup pintu kamar dengan hati-hati.

Jaehyun merebahkan dirinya pada sofa di ruang tamu. Dengan baju yang bersimbah darah juga tangan yang terluka jaehyun memejamkan matanya sejenak. Baru seperkian detik Jaehyun memejamkan mata ia mendengar suara langka kaki yang menuruni anak tangga.

Matanya melihat Yeri dengan membawa kotak p3k, juga handuk kecil di tangannya. Yeri berjalan ke arah dapur mengambil mangkok kecil berisikan air lalu mendekat kearah Jaehyun.

Ia duduk tepat di samping Jaehyun. Tangan mungilnya meraih tangan Jaehyun yang terluka lalu mengobatinya dengan hati-hati.

Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Yeri. Ia hanya fokus mengobati dan membersihkan luka di tangan Jaehyun.

"Akhh bagian itu sakit yerima, tolong pelan-pelan"

"Sakit? Luka karna pecahan kaca kecil ini sakit?"

"Walaupun kacanya kecil itu juga sakit yerima"

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang