Chapter 1 - Red Flag

408 23 9
                                    

PLAKKK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.

"Tutup mulutmu! Aku lebih suka kau diam karena bibirmu yang indah itu lebih cocok untuk kukulum daripada kutampar seperti tadi.", katanya lagi, mengelus pipiku yang panas perlahan lalu mencium bibirku kasar.

Aku berusaha melepaskan diri darinya dengan menendangnya sekali lagi. Namun tubuh Jungkook yang jauh lebih besar dariku dengan mudahnya kembali menarikku dan membantingku ke lantai.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"JUNGKOOK, HENTIKAN!", kataku cukup kencang pada Jungkook yang menekanku ke tembok di ruang latihan menari di MG Entertainment dengan kedua lengan berototnya. 

Tenaganya kuat hingga aku sama sekali tak bisa melepaskan diri. Ini sudah kesekian kalinya ia melakukan pelecehan padaku. Bahkan sampai detik ini pun, bibirnya masih menggerayangi leherku semaunya.

Aku berusaha menggerakan tubuhku tapi tak bisa. Sampai akhirnya aku menendang kemaluannya dengan cukup kencang sampai ia mengaduh dan melonggarkan tangannya pada lenganku. Aku berhasil melepaskan diri selama beberapa detik, tapi Jungkook berlari lebih cepat lagi untuk menangkapku kembali.

Sekarang sudah pukul satu dini hari. Tak ada seorang pun di kantor, terutama di area ruang latihan menari ini. Aku datang kemari karena aku adalah manajer Jungkook, sebuah pekerjaan yang sangat terpaksa kulakukan demi uang. Sebenarnya, aku tidak tahu kalau aku akan dijadikan manajer Jungkook saat aku melamar ke MG Entertainment ini. Saat itu aku hanya berpikir untuk masuk ke agency ini karena gajinya yang cukup besar jika dibandingkan dengan agency lainnya.

Siapa sangka aku malah bertemu lagi dengan manusia yang paling tak ingin kulihat di sini. Orang yang membuat kedua orangtuaku berhutang sangat banyak pada keluarganya bahkan sampai akhir hayat mereka. Akhirnya akulah yang harus membayar seluruh hutang keluargaku pada ayah Jungkook.

"Sudah kubilang bukan? Mengapa kau selalu memilih jalan yang sulit? Padahal aku bisa menghapus seluruh hutangmu jika kau bersedia menjadi istriku."

"Cih! Bahkan mengenalmu saja aku tak sudi. Kau sudah memeras dan menipu orangtuaku sampai kami berhutang sangat banyak pada keluargamu."

"Itu karena orangtuamu serakah! Mereka ingin membangun bisnis mereka dengan cepat dan meminjam uang yang sangat banyak. Salah siapa jika mereka bangkrut karena tak bisa mengelola bisnis dengan benar?", sahut Jungkook dengan nada penuh amarah. Tangannya masih menahan lenganku sekarang.

"Kau mengelabui ayahku hingga ia berhutang padamu. Lagipula, apa bedanya dengan keluargamu yang menjalankan bisnis rentenir yang kotor dan menipu banyak orang?", jawabku tak mau kalah, sambil menatap matanya tajam.

PLAKKK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.

"Tutup mulutmu! Aku lebih suka kau diam karena bibirmu yang indah itu lebih cocok untuk kukulum daripada kutampar seperti tadi.", katanya lagi, mengelus pipiku yang panas perlahan lalu mencium bibirku kasar.

Aku menggerakkan kepalaku, menolak ciuman itu. Lalu satu tamparan kembali mendarat lagi di pipiku yang lain. Kali ini tamparannya lebih kencang daripada yang sebelumnya hingga membuat sudut bibirku terasa panas dan perih.

"Sudah kubilang, DIAM, Hyunji! Aku ingin menikmati bibir indahmu itu daripada diceramahi soal kehidupan.", katanya lagi lalu mulai menciumi bibirku. Ciumannya basah, menyatu dengan rasa amis darahku sendiri dari luka di bibirku akibat tamparannya tadi.

Aku berusaha melepaskan diri darinya dengan menendangnya sekali lagi. Namun tubuh Jungkook yang jauh lebih besar dariku dengan mudahnya kembali menarikku dan membantingku ke lantai. Lengan kanan sampai bahuku terasa amat sakit karenanya. Jungkook lalu mulai menendang perutku kasar. Lalu menarik kerah kemejaku, mengangkatku dari lantai dan membantingku kembali ke tembok kaca ruangan menari dengan posisi berdiri. Hantamannya begitu kencang sampai aku bisa mendengar suara kacah pecah di belakangku.

Dalam beberapa detik saja, aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir di punggungku yang terasa amat perih sekarang. Aku tidak tahu apakah kepalaku ataukah punggungku yang terluka terkena pecahan kaca di belakangku. Aku meringis kesakitan sampai airmataku luruh tak tertahankan.

"Jangan sedih sayang. Kalau kau menjawab ya untuk lamaranku, aku berjanji akan berhenti menyiksamu seperti ini.", kata Jungkook.

"Sampai kapan pun tak akan pernah. Berhentilah bermimpi.", kataku sinis.

Jungkook tak menjawabku. Tangannya yang besar tiba-tiba mencekikku begitu kencang sampai aku terengah. Sementara tangannya yang lain mulai menggerayangi tubuhku, menyusup masuk ke dalam kemejaku tanpa bisa kucegah, melepaskan pengait bra-ku dengan mudahnya lalu mengacak-ngacak isinya penuh nafsu.

Kukira aku telah berhasil melepaskan diri darinya. Aku bahkan melakukan riset berkali-kali sebelum aku melamar ke MG Entertainment, hanya untuk memastikan kalau perusahaan ini bukanlah milik ayahnya yang memang kaya raya itu. Dan memang benar, perusahaan ini bukanlah milik keluarganya. Pemegang saham terbesar di perusahaan ini bernama Min Yoongi, yang juga seorang produser sekaligus idol yang cukup terkenal di Korea. Namun siapa sangka kalau Jungkook yang kuakui memang tampan dan berbakat ini, malah menjadi idol di bawah naungan MG Entertainment.

Kurasa keberuntunganku sudah menipis, atau bahkan tak ada sama sekali. Aku tak bisa menolak saat harus ditempatkan menjadi manajer Jungkook karena aku butuh pekerjaan ini untuk hidup dan membayar hutang. Hari ini baru dua bulan aku bekerja sebagai manajernya dan tubuhku sudah tak karuan bentuknya. Banyak luka di sana sini, lebam di kening, lengan, perut dan kakiku, serta tak terhitung pelecehan yang kuterima dari Jungkook.

Aku tahu ia menyukaiku. Sudah sejak lama ia menyatakan perasaannya padaku, tepatnya ketika ayahnya datang bersamanya ke rumahku untuk menagih hutang orangtuaku. Di situlah ia mulai terus mengejarku tanpa henti. Ia seolah terobsesi padaku, melakukan banyak cara untuk mendapatkanku tapi aku selalu berhasil melepaskan diri darinya. Tapi kali ini aku tampaknya tak bisa kabur lagi karena terdesak keadaan.

"Aku sedih kau berusaha kabur dariku, sayang.", tanyanya sambil menatapku penuh arti. Tangannya mengelus pipiku pelan. 

"Apa maksudmu?"

"Kau berusaha untuk berhenti jadi manajerku bukan?", tanyanya sambil mulai mencium pipiku, lalu berpindah ke leherku lalu menuju dadaku, mengecup lembut ujung putingku yang kini terekspos tanpa perlawanan karena Jungkook telah merobek kemejaku tanpa ampun. Tangannya yang tak tahu aturan itu mencubit putingku yang lain membuat sekujur tubuhku bergidik.

"BRENGSEK KAU! SEKARANG KAU MENGERTI KAN MENGAPA AKU MUAK MENJADI MANAJERMU?", teriakku marah pada Jungkook.

PLAKKK! Sekali lagi tamparan keras mendarat di pipiku, membuat perihnya makin menjadi.

"Kau cantik dan menawan, tapi kata-katamu menusuk, membuat hatiku sedih. Ayolah sayang, sampai kapan kau akan menolakku? Sampai kapan kau akan lari dariku? Aku tampan, aku berbakat, aku kaya raya. Aku bisa membuat semua hutangmu lunas dalam hitungan detik. Asal kau mau bersamaku. Apakah aku kurang dermawan padamu?", tanyanya sambil tersenyum miring.

Mataku kini sedikit kabur karena pukulan sebelumnya yang cukup kencang padaku hingga muncul lebam dan bengkak di situ. Aku hanya dapat melihatnya cukup jelas dengan mataku yang lain.

"KAU BAJINGAN! HANYA LAKI-LAKI BAJINGAN YANG MENGAKU MENCINTAI SESEORANG TAPI MENYIKSANYA SEPERTI INI.", sahutku geram.

Jungkook semakin mengencangkan cekikannya pada leherku hingga aku terbatuk dan sesak napas. Dadaku terasa sakit karena tak ada oksigen yang mampu kuhirup akibat cekikannya yang kasar itu. Aku memukul lengannya dengan seluruh sisa tenagaku dengan tanganku yang bebas tapi tampaknya percuma. Sekali lagi ia memukul perutku cukup kencang sampai aku meringis kesakitan lagi.

"Jung.. hhhhh... kook hhhhhhhh....", sahutku benar-benar kehabisan napas sekarang.

"Tak bisakah kau melihat diriku yang benar-benar mencintaimu?", tanya Jungkook dengan nada sendu.

"Jung.... Hhhhhh.... Hhhh..........", kataku dengan sisa tenagaku. Aku mulai kehilangan kesadaran sekarang. Mataku mulai terpejam. Lalu aku terkulai begitu saja di tangan kuat Jungkook yang masih mencekikku.

Love Potion || MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang