Chapter 15 - Win-Lose

108 20 8
                                    

Suara berat yang sangat kukenal itu menyergap manis telingaku, memanjakan diriku yang haus akan perhatian di pesta yang penuh kepura-puraan ini. Samar-samar suara itu terdengar di tengah mataku yang tengah terpejam dengan kesadaran di ujung tanduk. Seluruh tenagaku telah habis untuk bertahan menunggu taksi di luar restoran ini.

Ada yang bisa tebak laki-laki ini siapa? :P

---- Pov Yoongi ----

"Maaf aku lupa kalau ada tepung kentang yang dipakai dalam lasagna tadi. Chef kepalanya yang memberitahuku dan memohon maaf untuk itu."

"Tidak apa-apa. Aku juga lalai memberitahu chef di Boccalino kalau aku alergi kentang.", sahut Hyeri sambil tersenyum. Senyum yang selalu kurindu selama dua tahun terakhir.

Aku panik saat tahu Hyeri pingsan di toilet tadi malam. Dan benar dugaanku. Pasti akibat kentang. Hyeri memang alergi dengan kentang dan biasanya aku yang memastikan seluruh makanan untuknya tidak mengandung kentang. Ah, rasanya aku jadi bernostalgia kembali ke masa tujuh tahun yang lalu. Sama-sama berada di perusahaan yang sama untuk meniti karier sebagai seorang produser musik membuatku menghabiskan banyak waktu dengannya. Dan tanpa kusadari, perasaan itu muncul begitu saja.

"Bagaimana keadaan Hyunji. Apakah dia baik-baik saja?"

"Dia masih tertidur tadi saat kutinggal. Kau sudah merasa lebih baik?", tanyaku, tak mampu menyembunyikan kekhawatiranku akan Hyeri. Bagaimana pun, perasaanku padanya masih ada, menggelitik nostalgia yang tercipta saat aku berada berdua dengannya saat ini.

"Aku baik-baik saja. Jin sedang pergi membeli kopi. Nanti dia yang akan menemaniku. Kau pergilah ke kamar Hyunji. Dia membutuhkanmu."

Jadi kau tak membutuhkanku, Hyeri? Ada perih yang muncul lagi di hatiku melihat sikapnya yang seolah ingin mengusirku pergi. Bertahun-tahun aku hidup dengan rasa ingin tahu, mengapa ia meninggalkan acara pertunangan itu tanpa kabar. Dan kini ia kembali seolah tidak terjadi apa-apa? Mengapa itu terasa tidak adil bagiku?

"Kenapa?", rasa ingin tahuku kini memaksa kata itu keluar dari mulutku.

"Kenapa apa?"

"Kenapa kau pergi dari acara pertunangan itu tanpa kabar? Menghilang dan tak bisa ditemukan. Apakah aku tak pantas mendapatkan sedikit penjelasan soal itu?", tanyaku muram. Hatiku mulai tercabik lagi saat mengatakannya, seolah itu membuka luka lama yang selama ini telah mati-matian kujahit sembuh.

"Pergilah. Aku tak ingin membicarakan hal itu sekarang. Aku ingin istirahat.", katanya lalu membalikkan tubuhnya membelakangiku.

"Hyunji. Tolong pergilah padanya. Kau harus benar-benar menjaganya. Dia wanita yang baik."

"Kau benar-benar tak pernah mencintaiku? Setelah semua yang pernah kita lalui, kau yakin tak punya rasa padaku?", pertanyaanku menuntut. Aku benar-benar ingin tahu alasan di balik kaburnya seorang Hyeri di acara pertunangan kami.

"Itu sudah berlalu. Dan yang pasti, aku tak mau mengulanginya lagi.", jawabnya singkat. "Sekarang tolong tinggalkan ruanganku. Aku ingin istirahat."

"Selamat ulang tahun. Kutinggalkan kado itu di meja samping tempat tidurmu."

Kupikir tak ada gunanya lagi aku memperpanjang perbincangan ini. Hyeri tak akan mengatakan apapun kalau ia sudah bilang begitu. Aku tahu pasti sifatnya itu.

Yah, setidaknya aku masih sempat menyampaikan kado ulang tahun itu padanya. Set jersey basket dari atlet basket favoritnya yang berhasil kudapatkan lengkap dengan tanda tangan asli dan sebuah pin limited edition berbentuk bola basket.

Aku melangkahkan kakiku ke ruang inap Hyunji. Aku hampir saja terlambat membawanya ke rumah sakit setelah menyerahkan Hyeri pada Jin dengan terpaksa.

"Biar aku saja yang membawa Hyeri ke rumah sakit. Kau yang bawa Hyunji ke rumah sakit. Kau tak mau mempermalukan diri sendiri di tengah teman-teman dan kolega kita bukan? Sudah jelas kau memperkenalkan Hyunji sebagai pasanganmu di acara makan malam ini. Masakan tiba-tiba kau pergi menolong Hyeri?

Love Potion || MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang