Chapter 41 - Possessive

135 12 12
                                    

---- POV Yoongi ----

"Halo bibi Choi, bagaimana keadaan Jin? Apakah dia sudah sadar?", tanya Hyunji di sambungan telepon begitu kami tiba di bandara JFK. Ia terlihat tidak sabar sejak kami mengambil koper kami yang baru saja keluar dari rel bagasi pesawat.

"Ah, baiklah kalau begitu. Syukurlah kalau kondisinya semakin baik. Aku harap dia segera pulih dengan cepat." Setelah berkata begitu, Hyunji mematikan sambungan teleponnya.

"Jadi, bagaimana kondisi Jin?", tanyaku sambil membantunya menyeret koper menuju tempat penghentian taksi.

"Antibiotiknya bekerja dengan baik. Selangnya bahkan sudah bisa dilepas karena saluran napasnya sudah kembali normal. Aku lega mendengarnya.", jawabnya. Ekspresi yang tak bisa kutebak.

"Kau terlihat sangat mengkhawatirkannya."

"Bagaimana tidak? Kau pikir melihat seseorang membiru di sampingmu itu menyenangkan? Aku benar-benar trauma melihat kondisi Jin yang seperti itu."

"Tapi kan dia sudah membaik.", jawab Yoongi datar.

"Iya, aku tahu. Tapi tetap saja aku merasa tidak adil. Waktu aku diopname waktu itu, Jin sering datang dan merawatku. Ia bahkan merawatku juga di rumahnya, menemaniku pergi fisioterapi, juga menyediakan semua keperluanku. Namun saat ini ketika ia sedang sakit, aku malah sedang berada di New York untuk bekerja. Aku hanya benci pada diriku yang tak bisa berbuat banyak untuknya."

"Padahal aku juga datang mengunjungimu hampir setiap hari.", gumamku pelan.

"Eh, kau bilang apa? Suaramu tak terdengar jelas.", sahut Hyunji.

"Di rumah sakit itu. Aku juga datang. Tapi memang selalu saat kau tertidur. Tapi ah sudahlah, itu tidak penting lagi sekarang.", kataku.

"Lalu untuk apa dibicarakan?" Jawaban Hyunji memang datar, tapi terasa menyakitkan bagiku. Aku tahu aku-lah yang menyerah dengan perasaanku padanya. Bahkan aku sudah terang-terangan mengatakan tak ingin memperjuangkannya. Tapi sebenarnya hatiku masih menginginkannya. Dan kini aku malah sakit hati dengan sikap Hyunji yang dingin.

"Kau hanya ingin membalas budi, atau kau benar-benar peduli padanya?", tanyaku mengalihkan pembicaraan soal rumah sakit itu.

Ayolah Hyunji, jawab saja membalas budi. Kalau kau memberikanku jawaban itu, aku akan melupakan semua omong kosongku padamu soal menyerahkanmu pada Jin. Aku akan mencoba merebutmu kembali. Aku benar-benar berharap Hyunji menjawab begitu padaku.

"Menurutmu?"

"Kau benar-benar peduli padanya kan?"

"Kalau terus memikirkan saat-saat Jin hampir mati karena kehabisan napas termasuk dalam kategori peduli, ya mungkin aku memang peduli padanya."

Jawaban yang sungguh ambigu di telingaku, seolah membiarkan aku yang menyimpulkan sendiri di dalam kepalaku soal tindakannya pada Jin. Aku menghela napas, tak ingin melanjutkan pembicaraan kosong ini. Semakin banyak bertanya, hanya akan membuatku terlihat menyedihkan.

"Karena jadwal hari ini kosong, aku akan pergi berjalan-jalan seorang diri di sekitaran hotel.", kataku pada Hyunji.

"Baiklah. Silahkan menikmati waktu bebasmu."

---- End of POV Yoongi ----


Sekali lagi sikap Yoongi yang sama sekali tidak kumengerti. Untuk apa membahas tentang kedatangannya ke rumah sakit di saat aku koma waktu itu? Berusaha menarik simpatiku kembali padahal sudah jelas-jelas mengatakan tak ingin memperjuangkanku? Apa sih maunya laki-laki menyebalkan itu? Aku menghela napas pelan. Ternyata tidak semudah itu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa sementara kepala dan hatiku rasanya sudah akan meledak kapan saja. 

Love Potion || MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang