1. Pinjem Dulu Semilyar

1.8K 143 18
                                    

Sebelum kalian bertanya-tanya,
Iya, betul. Ini cerita baru.

Dan sebelum kalian tanya apakah cerita ini akan mandeg di tengah jalan atau nggak;
NGGAK BAKAL! Cerita ini udah aku ketik dialognya sampe tamat. Jadi tinggal nyicil ditulis lalu update dikit-dikit. Kemungkinan aku bakal update 1 bab per minggu. Kalo pembacanya rame, aku usahain 2 bab per minggu, deh.

Genre cerita ini romansa-komedi. Kek yang biasa aku tulis aja gimana. Kalian juga taulah, ya. Tapi, untuk persentase isi romansa dan komedinya, kalian silakan nilai sendiri setelah membaca kisah Jefino dan Yubian ini. ❤️

So, selamat membaca.
Semoga kalian suka.

Jangan lupa vote dan komen, ya.

______

Jefino Josandika, seperti hari-hari ke belakang, bakal selalu punya kegiatan yang sangat berfaedah. Seenggaknya, untuk dirinya sendiri. Cowok berusia 18 tahun ini akan menarik kerah anak orang, membawanya ke sudut sepi, kemudian menyuarakan kalimat super pahit yang sangat kurang ajar.

"Sini, duit lu!" Begitulah kira-kira bunyinya.

Membuat sosok korbannya yang tadi bahkan belum sempat bernapas akibat terkejut menjadi semakin kaget lagi.

Mimpi apa dirinya semalam sampai harus dihadapkan dengan sosok Jefino sang preman ugal-ugalan tukang malakin duit orang? Penampilannya yang urakan; tubuh tinggi besar; berwajah garang dengan tindik di telinga kiri dan kanan; rambut acak-acakan yang menambah kesan seram. Manusia lemah mana yang nggak akan ketakutan jika bertemu dengan dia?

Sedikit gemetar, cowok berkacamata di depan Jefino berkata, "G-gue nggak punya duit, Jef. Ortu gue miskin."

"SURUH SIAPA ELU MISKIN?" bentak Jefino nggak menerima alasan (Padahal sendirinya juga nggak kaya-kaya amat) "Kakek Nenek lu, nggak punya duit?"

"Mereka lumpuh, Jef. Nggak bisa nyari duit."

"Terus, elu kalo mau makan gimana?"

"G-gue numpang makan ke rumah tetangga."

Manusia normal apabila mendengar hal barusan, pasti akan bersimpati. Sayangnya, manusia jelmaan setengah setan seperti Jefino mustahil dapat memahami hal semacam itu.

"Beban juga lu, ya," cerca Jefino dan mendengkus. "Udah sarapan belum lu?"

"Be-belum."

Sesudah melontarkan jawaban, sekali lagi cowok nggak berdaya itu ditarik oleh Jefino. "Sini lu!"

"E-eh, Jef. Mau ke mana?"

Tahu-tahu mereka berdua melangkah menghampiri tenda tukang bubur ayam yang segera aja Jefino datangi.

"Bang, tolong kasih anak ini bubur satu mangkok. Terus dibungkusin dua, ya. Buat Kakek Nenek dia. Lumpuh, katanya."

Sontak aja kedua mata cowok berkacamata ini berkaca-kaca sekaligus membeliak lantaran shock mendapati pesanan barusan.

"E-elo mau nraktir gue, Jef?" Dia bahkan hampir nggak mempercayai pertanyaannya sendiri.

Jefino seketika menggeram. "NGIMPI LU!" bentaknya sembari menggebrak gerobak bubur. "Ini hutang elulah. Suatu hari, kalo elu sukses, jangan pernah lupain jasa Abang penjual bubur ini. Juga kebaikan gue." Dia berkacak sebelah pinggang. "Jadi kalo nanti elu udah sukses dan kaya raya, ingat-ingat nih, ya. Siapa nama lu?"

Ketos Cupu, I Love You [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang