Part 20

2.2K 63 1
                                    

▪︎▪︎▪︎

Tok. Tok. Tok.

Suara itu mengejutkan gadis dengan aura pucat yang sedang belajar di kamar dengan nuansa putih.

Alura mengalihkan pandangannya dari buku ke pintu kamarnya. Sampai akhirnya ia berdiri, meninggalkan kursi belajar untuk membuka pintu kamarnya yang berwarna putih.

Seorang pria dengan setelan jelas, tersenyum ke arahnya.

"Tuan memanggil nona di ruangannya."

Alura terdiam. Sekelilingnya seolah membeku setelah telinganya dengan jelas menangkap kalimat itu.

Dalam ketegangannya, Alura memberikan anggukan singkat kepada pria utusan papanya itu.

"Mari nona."

Pria itu memberikan instruksi agar Alura mengikutinya.

Alura mengikuti pria itu dengan perasaan semakin tegang. Gadis itu terus memainkan jemari tangannya sembari berjalan menuju ruang kerja papanya. Banyak pertanyaan bermunculan di kepalanya.

Kenapa papanya ingin menemuinya?
Kenapa papanya ingin menemuinya?
Kenapa papanya ingin menemuinya?
Pertanyaan itu yang paling banyak menyerangnya.

Memori buruk dari kejadian masalalu saat ia menemui papanya juga ikut datang menyerang pikirannya, membuat Alura ingin menghentikkan langkahnya atau bahkan kabur saat itu juga.

Tapi, tanpa ia sadari, ia telah sampai di depan pintu ruang kerja papanya.

Alura menatap horor pintu itu. Sekarang, sudah tidak ada jalan mundur. Ia harus tetap menemui papanya, apapun yang akan terjadi.

"Silahkan nona, tuan telah menunggu anda di dalam."

Setelah masuk ke ruangan, pria yang mengantarnya pergi dan hanya menyisakan Alura dan sosok pria yang ada di balik kursi.

"Papa manggil Alura?" tanya Alura dengan suara lirih. Pandangannya yang selalu dingin saat di sekolah, kini tampak lemah dan terlihat ketakutan melihat sosok pria yang duduk memunggunginya di balik kursi.

Hening beberapa saat sampai tatapan Alura melebar dan bibirnya bergetar.

Kakinya bergerak mundur saat sosok pria itu berdiri dari kursi lalu menghampirinya.

Pria tua itu mendatangi Alura. Gadis itu hanya terus menunduk takut sambil memejamkan matanya karena menganggap papanya akan menyakitinya lagi.

Dan benar saja, dengan kasar rambut Alura ditarik lalu kepalanya dihantamkan ke dinding.

Brak! Satu sisi kepala Alura sakit luar biasa setelah dihantamkan keras ke dinding. Tubuh gadis itu langsung merosot jatuh. Tapi Nando, pria itu masih memberikan Alura rasa sakit sekali lagi dengan menendang kuat perutnya.

"Akh!" Alura terhenyak hebat, lalu merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.

Ia tidak tahu kali ini salahnya apa. Lagipula, sudah menjadi kebiasaan Nando untuk melampiaskan masalahnya dengan menyakiti putrinya sendiri.

"Tidak berguna! Pembawa masalah! Sialan!"

Nando terus menendangi kaki dan tubuh Alura. Sementara gadis itu hanya bisa menangis sambil meringkuk kesakitan.

"Pa... sakit... berhenti.."

"Diam kamu!" bentak Nando menendang sekali tangan dan kaki gadis itu.

Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka. Mira diam terkejut melihat apa yang diperbuat suaminya, sebelum akhirnya berlari menghampiri suami dan putrinya.

GARKA : Bad MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang