Chap 5

20 8 0
                                    



   Memegang nampan ditangannya, Feya mengambil duduk di kursi disebelah dinding. Feya, Zeya dan Reefa, ketiga gadis itu memilih duduk dipojok kantin.

   Meletakkan nampan keatas meja, Feya menatap sekilas dua gadis yang duduk bersisian dihadapannya. Tersenyum tipis, matanya menyapu sejenak seluruh kantin. Merasa posisinya telah pas, Feya mulai menyuap makanannya.

   Makanan kantin sekolah ini lumayan juga.

   "Oh, ya Fey..," Zeya membuka suara, mencoba mengakrabkan diri dengan -calon- teman baru mereka.
   "Kau baru dikota ini?"

   "Ya..!" Tak menunggu jawaban Feya, Reefa lebih dulu menyerobot. "Kau pindahan darimana?"

   Feya diam sejenak, menyelesaikan kunyahan dimulutnya. "Yaa, aku baru disini.."
  
   Well, walaupun tubuhnya sekarang asli dari kota ini. Tetap saja dirinya baru, kan?

   Aah, bahkan jiwanya baru di dunia ini.

   "Aku bukan pindahan," Feya menyesap minumannya, mencoba tersenyum pada dua gadis dihadapannya yang menatapnya antusias. "Tapi karena beberapa alasan aku terpaksa baru bisa mengikuti kegiatan formal sekolah sekarang.."

   Zeya mengangguk, masih mengunyah ia lanjut bertanya diikuti Reefa. Dua gadis itu cukup merepotkan Feya, ia tak terbiasa menghadapi orang yang begitu aktif dan banyak bicara seperti mereka. Feya hanya menjawab semampunya, berusaha tak mengecewakan semangat dua gadis muda itu.

  

   Melepas begitu saja sendok ditangannya, sendok itu berdenting pelan saat menyentuh piring. Feya menatap sekilas Zeya dan Reefa yang masih menghabiskan makanan mereka, kemudian pandangan matanya menangkap mesin minuman otomatis didekat pintu masuk kantin.

   Astaga, kenapa ia tak menyadarinya tadi?

   Tapi kemudian gadis itu mendengus dalam hati.

   Ia tak mungkin menemukan bir kaleng disitu. Inilah kenapa ia kesal jika harus kembali menjadi remaja.

   Ia jadi tak bisa minum alkohol.

   Bir-nya!

  
   Tangan Feya bergerak bosan memainkan batu es yang masih berada didalam gelas kosongnya, menggerutu dalam hati. Apalagi kebebasannya yang akan hilang karena tubuh remaja ini?

   "Fey.." suara Reefa mengalihkan atensi Feya, ia memandang dua gadis itu yang telah menyelesaikan makannya.

   Mereka berdiri sembari menatap Feya, mengajak Feya kembali ke kelas. Gadis itu mengangguk samar, ikut berdiri. Mereka berjalan meninggalkan meja dan menuju pintu kantin. Tapi Feya berhenti didepan mesin minuman otomatis, gadis itu ingin sesuatu yang menyengat.

   Aah, untunglah ada soda disini. Ia masih bisa meminum soda sebagai ganti bir, kan?

   Setelah mendapatkan kaleng sodanya, Feya menegakkan tubuh sembari membuka kaleng ditangannya. Ia mendekati Zeya dan Reefa yang ternyata menunggunya, mengangguk pada keduanya.
   Mereka melanjutkan langkah beriringan menuju kelas, obrolan ringan tak habis diantaranya. Terutama Reefa, gadis itu benar-benar seorang yang banyak bicara. Feya menyimak sambil sesekali menyesap sodanya, tak banyak suara, hanya ikut nimbrung saat ditanya.

   Tak buruk untuk hari pertama, bukan?

-

   Meletakkan asal ranselnya dilantai, Feya melangkah ke dapur sembari melepas seragamnya. Ia membuka lemari pendingin dan mengambil minuman dingin didalamnya, gadis itu berjalan kembali keruang tengah. Melempar asal seragamnya ditepian sofa, Feya menghempas pelan tubuhnya di sofa itu. Beringsut mencari posisi nyaman, ia kemudian menyesap minumannya.

AtharezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang