Chap 6

13 6 0
                                    









     Feya mendorong pintu kaca didepannya, denting lonceng kecil diatas pintu menggiringnya masuk. Gadis itu memasuki sebuah restoran berukuran sedang yang tak begitu ramai dengan pengunjung, mungkin karena baru pukul setengah empat sore. Matanya menyapu dalam ruangan mencari tempat, pandangannya menangkap meja dengan dua kursi diujung ruangan dengan jendela besar disisinya. Mengangguk dalam hati, Feya melangkah kesana.

   Tak sampai lima menit, pelayan datang membawa menu. Feya langsung memesan beberapa yang menarik dari menu tersebut, tak ingin menunggu lama, ia sudah kelaparan.
   Gadis itu beralih memandangi jendela besar disisinya, menikmati jalanan yang ramai dan bising oleh deru kendaraan serta klakson. Bising itu bisa menenangkan jika kau menyamainya dengan napas mu, menerima nadanya dalam melodi detak jantung.


   "Hai, Fey..!"

   Sebuah suara mengalihkan pandangan Feya, gadis itu menoleh kearah pemuda yang berdiri disisi mejanya. Pakaian kasual nya tampak santai, pemuda itu menampilkan senyum manis pada Feya.

   Tak menjawab, Feya mengernyit samar padanya. Ia tak kenal pemuda ini, tapi tak akan keberatan meladeninya.
   Ayolah, pemuda ini tampan!

   Senyum manisnya tampak proporsional dengan rahang tegasnya, jangan lupakan kerjap matanya yang berbinar. Pemuda yang manis!
   Jika diibaratkan dengan makanan, pemuda ini pasti permen gula keras dengan balutan karamel.

   "Aah.." Pemuda itu mengerjap, seakan menyadari sesuatu. "Itu aku.." Ia meringis malu, tersenyum tak nyaman.
   "Kenalkan, aku Ryan. Ryan Abdera, kita sekelas.." Pemuda itu mengulurkan tangannya, tanda perkenalan.

   Feya melirik tak acuh tangan pemuda itu sekilas, ia asik memperhatikan mata sang pemuda. "Ada apa?"

   Ryan berdeham menenangkan diri, tatapan gadis didepannya itu terasa menyentuhnya. "Boleh aku duduk disini, kau sendirian, kan?"

   Feya menoleh sekilas kearah kursi diseberangnya, kemudian kembali pada pemuda itu. Diam sejenak, berpikir apakah ada keuntungan jika membiarkan pemuda itu duduk bersamanya.

   Baiklah, Feya mengangguk. Mempersilakan pemuda itu duduk, paling tidak ia bisa puas menatap binar matanya yang menarik.

   Senyum pemuda itu melebar mendapat izin dari Feya, dia menarik kursi dan duduk. Ikut diam, kehilangan kata. Tatapan gadis didepannya ini membuatnya gugup.

   "Kau darimana?" Baiklah, mari coba membuka percakapan dengan pertanyaan klise. Dia tak suka suasana canggung, membuat perutnya tak nyaman.

   Feya menggeleng, "Aku lapar," Alisnya naik saat tatapannya bersirobok dengan Ryan. "Dan sedang malas untuk memasak, jadi aku kemari"

   "Kau tinggal sendirian?" Pikiran itu terlintas di kepala Ryan begitu mendengar ucapan Feya.

   Feya mengangguk, menatap pelayan yang berjalan kearah mejanya. Ketika pelayan itu dengan lihai meletakkan makanan keatas meja, Feya menatap Ryan dengan raut bertanya.

   "Aah, aku sudah pesan" Ryan mengangguk kearah Feya, tersenyum senang. "Tak masalah jika aku ikut makan disini, kan?"

   Feya mengangguk lagi tanpa menoleh, tangannya sibuk menyiapkan makanan dihadapannya. "Silakan.." Terdiam sesaat, ia menoleh pada Ryan. "Aku duluan.."

   Ryan tak menyahut, pemuda itu diam memperhatikan gerakan tangan Feya yang tampak anggun dan tegas. Tangan gadis itu kecil, jemarinya lentik dan putih. Pasti cantik jika ada cincin sebagai pemanis disana.

   Ryan tersentak mengerjap, pandangannya kehilangan arah sesaat. Astaga, apa-apaan pikirannya itu!
   Pemuda itu mengerumuti bibirnya yang kering, mengangkat pandangannya kearah Feya perlahan. Dia merasa tak enak, seperti baru saja melakukan hal bejat.

AtharezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang