Prolog

38 7 7
                                    

BAB I

Rumah besar bercat ungu dan biru langit diujung jalan perumahan mewah Kota Bogor sangat terasa sunyi. Sejak pemilik rumah dan istrinya meninggal dunia sebulan yang lalu karena kecelakaaan pesawat terbang yang meninggalkan kedua anaknya yang masih duduk dibangku sekolah. Terdengar isu bahwa pemilik rumah dan istrinya tidak memiliki keluarga di kota ini.

Kesunyian rumah itu sangat terasa saat kedua anak pemilik rumah itu pergi sekolah dan baru akan terlihat adanya kehidupan saat senja menjelang, lampu rumah mewah itu menyala.

"Loe berani masuk ke rumah itu Yad?tanya seorang pemuda berbaju biru dan berambut ikal kepada pemuda berbaju putih didepannya.

Disamping si pemuda berbaju ada temannya yang mengapitnya, menatap pemuda didepannya.

Pemuda berbaju putih yang dipanggil Yadi terdiam, dan mengangguk pasrah.

"Iya bang"

"Ini adalah syarat keempat elo menjadi anggota klub kita"

"Iya bang"

"Ya udah sana masuk" perintah si pemuda berbaju biru.

"Iya bang"

Yadi harus memenuhi syarat untuk masuk klub di Kampusnya itu. Terdaftar sebagai mahasiswa baru tahun ini dan diharuskan untuk menjadi salah satu klub agar dapat menambah penilaian pada saat akhir semester. Seorang pemuda introvert dan berkepribadian pendiam diharuskan menjadi anggota klub. Dan hal itu adalah yang terberat bagi hidup Yadi.

Dengan langkah enggan Yadi berjalan menuju rumah mewah yang selalu kosong dan sunyi pada siang hari. Yadi memanjat pagar dan memasuki rumah itu melalui pintu belakang menuju dapur. Dengan langkah hati-hati, Yadi berjalan di dapur menuju ruang makan dan keluarga.

Yadi melihat foto keluarga di ruangan besar yang menghubungkan ruang keluarga dan ruang tamu. Foto si pemilik rumah dan istrinya yang sedang duduk dan dibelakang mereka ada seorang perempuan muda dan bocah laki-laki. Mereka terlihat tersenyum bahagia.

"Kasihan"

Yadi melanjutkan berjalan menuju tangga dan menaikinya. Di ujung tangga, disebelah kiri terlihat 2 kamar saling berhadapan dengan pintu terbuka. Yadi melihat masing-masing kamar itu. Kamar pertama iadalah milik anak perempuan pemilik rumah karena nuansanya berwarna merah muda dan kamar kedua adalah milik anak laki-laki karena didominasi dengan wallpaper berwarna biru dan bergambar mobil.

Yadi keluar dari kamar anak laki-laki dan tertarik untuk memasuki kamar terakhir di ujung lorong. Dengan pikiran yang saling berkecamuk, Yadi perlahan melangkah ke kamar itu.

"Kenapa jantungku berdebar sangat kencang?" bisik Yadi

"Apa benar ada hantu dirumah ini?"

"Tapi kedua anak itu tidak kenapa-napa"

Pikiran-pikiran buruk selalu muncul, apalagi Yadi sudah mendengar desas desus tentang rumah ini. Bahwa si pemilik rumah yang meninggal karena kecelakaan selalu datang melihat anak-anaknya. Yadi memberanikan diri untuk berjalan menuju kamar utama, dan membuka pintu yang tidak terkunci.

Bau parfum aroma lavender tercium di hidung Yadi, membuat bulu kuduk Yadi meremang. Hawa dinginpun terasa menerpa lengan dan wajah Yadi. Lalu buru-buru Yadi menutup pintu kamar itu, dan kembali ke ruang keluarga rumah mewah itu.

Ketika Yadi melihat-lihat foto-foto yang dipanjang diatas meja, tiba-tiba terdengar suara tawa bocah laki-laki dan perempuan muda didepan pintu. Mereka berbincang-bincang dan tertawa sambil memasuki rumah. Yadi terkejut. Tanpa sengaja Yadi menyenggol frame foto keluarga dan terjatuh ke lantai. Yadipun segera berlari menuju dapur. Tanpa berpikir panjang mengambil pisau yang berada di rak cuci piring dan bersembunyi di balik Kulkas besar.

KEPALA KAMBINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang