"Ini ruko yang saya maksud mas"
Setelah memarkirkan mobil, dan turun. Yadi dan Pak Syahdudi melihat-lihat ruko yang akan dibeli oleh Yadi. Ruko dengan 2 pintu dan 3 lantai yang direncanakan Yadi untuk membuka usaha terlihat sangat tidak terawat. Cat merah dan kuning yang sudah memudar. Dinding yang terkelupas karena terkena cuaca. Membuat Yadi mereka-reka berapa biaya untuk melakukan renovasi ulang.
"Bangunan ini sudah berapa lama kosong pak?"
Yadi berdiri di depan pintu ruko yang terbuat dari teralis besi padat yang melindungi pintu kaca didalamnya. Mengamati setiap rinci bangunan itu.
"Oh, bangunan ini sudah kosong 5 atau 6 tahun yang lalu sih mas. Karena pemilik sebenarnya sudah bekerja katanya jadi tidak bisa mengurus toko. Lalu diserahkan kepada keluarga jauhnya untuk dijual."
"Oh, pantes. Dindingnya sudah mengelupas dan catnya sudah mulai memudar."
"Iya mas. Dari cerita yang saya dengar. Pemiliknya seorang perempuan muda. Dia seorang yatim piatu dan tidak memiliki saudara kandung. Dia membuka toko ini untuk biaya hidupnya dan kuliahnya. Lalu setelah diterima menjadi Polwan. Karena dia tidak bisa mengurus tokonya. Maka meminta keluarganya untuk dijualkan."
"Lalu untuk proses jual belinya bagaimana pak?"
"Oh itu, sudah diserahkan sepenuhnya ke kami sebagai agen real estate dan notaris. Jadi mas tinggal tanda tangan untuk transaksi jual belinya."
"Oh begitu. Saya boleh lihat ke dalam pak?"
"Tentu saja. Harus itu, supaya mas tahu bahwa bangunan ini sangat istimewa. Jadi mas tidak akan rugi apa-apa. Disamping itu harga yang ditawarkan juga sangat murah menurut saya."
"Masa iya pak?"
"Iya mas. Harga jual ruko-ruko disini terbilang mahal lho mas. Walaupun tempatnya sulit untuk kendaraan umum. Tapi wisatawan banyak mampir kesini untuk menginap dan trekking ke gunung pancar yang ada di belakang gedung ini. Mari mas, silakan masuk."
Yadi memasuki ruko itu mengikuti langkah pak syahdudi yang menerangkan seluk beluk setiap sudut ruang bangunan itu. Yadi tampak tertarik dengan kamar-kamar yang dimiliki oleh ruko tersebut dilantai dua dan tiga. Bahkan ada ruang khusus yang dijadikan ruang pendingin untuk bahan-bahan yang perlu dibekukan.
Setelah berkeliling, sambil menunggu Pak Syahdudi mengunci pintu dan teralis ruko itu. Yadi melihat sekeliling ruko yang di kelilingi oleh rumah, villa dan perkebunan masyarakat. Bahkan diseberang jalan, ada hutan yang sengaja dilestarikan untuk para trekking.
"Bagaimana mas Yadi, apakah tertarik dengan ruko ini?"
"Saya sebenarnya sangat tertarik untuk membeli ruko ini. Tapi apakah bisa kurang lagi? Sedikit saja sekitar 10 % dari harganya untuk biaya renovasi ruko ini."
"Hmm. Bagaimana ya? Sebenarnya saya senang sekali kalau mas Yadi memiliki ruko ini. Sesuai sekali dengan jiwa mas Yadi yang menyukai ketenangan dan bersifat klasik."
"Iya pak. Terimakasih pak. Bolehkah pak untuk mengurangi harganya?"
"Saya tanyakan saja dulu ya kepada pemiliknya yang diwakili oleh keluarganya"
"Iya pak. Terimaksih sekali."
Lalu Pak Syahdudi mulai menelepon. Sedang Yadi mulai berkeliling sekitaran ruko. Tampak dibagian belakang ruko sungai yang mengalir. Serta gunung pancar yang menjulang dengan gagah. Yadi menyukai suasana ini. Sejuk, tenang dan tidak ada yang mengenal Yadi ditempat yang minim penduduk ini.
"Mas Yadi sepertinya sangat menikmati pemandangannya ya?"
Yadi menoleh ke sumber suara.
"Iya pak, sangat indah dan tenang. Bagaimana pak? Apakah pemilik mau kurang sesuai dengan permintaan saya?"
"Mas Yadi memang sangat beruntung. Sepertinya Dewa Fortuna selalu mengelilingi mas Yadi. Pemiliknya setuju dengan tawaran mas."
"Ah syukurlah. Bapak bisa saja memuji saya." Mereka berdua sama-sama tertawa.
"Nah, sekarang tinggal tanda tangan kontrak jual beli ini. Ayo kita bicarakan di kantor saya"
"Baik pak. Ayo."
Selama perjalanan menuju Kantor Pak Syahdudi. Sementara pak Syahdudi sibuk menghubungi stafnya untuk dibuatkan akta jual beli. Yadi sendiripun larut dengan pikirannya untuk merenovasi ruko itu seperti keinginannya.
Tanpa disangka, kawanan kambing menyeberangi jalan yang sedang dilewati oleh Yadi. Membuat Yadi dan Pak Syahdudi terkejut, dengan sigap Yadi langsung membanting stir kemudinya kearah kiri dan menghantam trotoar dibahu jalan. Untung saja, Yadi dan pak Syahdudi menggunakan safetybelt dan airbag mobil Yadi masih berfungsi dengan baik.
"Bapak tidak apa-apa"tanya Yadi cemas
"Tidak apa-apa mas, untung saja"
Yadi memasukkan kembali airbag ke penyimpananya. Lalu turun dari mobil. Melihat kawanan kambing yang sudah berada diseberang jalan. Pak Syahdudi pun turut ikut turun dan melihat kondisi bumper mobil Yadi yang terkena trotoar jalan.
"Wah, bumper mobil mas Yadi jadi gentat."
Yadi tersadar lalu menoleh ke pak Syahdudi yang sedang memperhatikan kondisi mobilnya.
"Eh, iya pak."Yadi garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Sementara Artemis yang masih bersama mereka, menggonggong menegur Yadi. Yadi menghampiri Artemis dan mengelus-elus bulunya dari balik jendela mobil. Anjing itu seperti menikmatinya.
"Maaf ya Artemis, kamu jadi kaget ya?"
Anjing itu menatap Yadi dan menggonggong sekali seperti mengiyakan pertanyaan Yadi. Yadi terus mengelus-elus bulunya untuk menenangkan anjing yang juga kaget karena kecelakaan yang mereka alami.
"Mas Yadi. Bagaimana mobilnya? Apa sudah ditelepon mekaniknya?"
Yadi menoleh pak Syahdudi yang sudah berada disampingnya.
"Sepertinya tidak perlu pak. Karena mobilnya masih bisa jalan. Hanya sedikit rusak dibagian bumper depan"
"Oh. Apa benar tidak apa-apa? Atau saya telepon mekanik langganan saya?"
"Eh, tidak usah pak. Saya ada bengkel langganan kok. Nanti setelah dari kantor Bapak, saya akan mampir kesana."
"Baiklah mas. Mas mau gantian dengan saya? Siapa tahu mas masih trauma dengan insiden tadi?"
"Saya baik-baik saja pak, terimakasih. Tidak apa-apa, saya saja yang menyetir pak. Mari pak kita lanjutkan perjalanan kita."
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke kantor pak Syahdudi dan menyelesaikan penandatanganan akta jual beli ruko yang diambil oleh Yadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPALA KAMBING
Mystery / ThrillerPembunuhan demi pembunuhan terus dilakukan Yadi untuk memenuhi sesembahannya selama 10 tahun ini, Kepala Kambing. Setiap bulan purnama, Yadi harus menyiapkan darah segar dari manusia yang telah terpilih untuk dijadikan tumbal persembahan dan menamba...